TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM JUM'AT, 11 NOV 2011
BUAT PAPER MIN 4,5 HAL, SPASI 2 (LAMPIRKAN PUSTAKA) DENGAN ITEM SBB:
1. JENIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA
2. HYDRAOULIC JUMP DAN RAPIDLY VARIED FLOW
3. JENIS-JENIS LONCATAN HIDROLIK
4. PARAMETER LONCATAN HIDROLIK
5. SOAL PERHITUNGAN DENGAN STANDAR SBB:
- SALURAN BERBENTUK TRAPESIUM
-SALURAN TERDIRI DARI BATU-BATUAN (KOEF. SALURAN)
ASISTEN
Vivin Suryati's Blog
Koneksi sosial melalui jaringan maya Kujelajahi tuk mengorek dunia lewat sederet kata dan tulisan, karena Ku yakin bahwa bahasa adalah bagian dari komunikasi yang notabene adalah aktivitas kita sebagai Makhluk yang berbudaya (Homo sapiens)...Sepakat atau tidak, hidup adalah pilihan. Assalam
Rabu, 09 November 2011
Rabu, 26 Oktober 2011
HYDRAULIC JUMP
TUGAS PENDAHULUAN
PRAKTIKUM : LONCATAN HIDROLIK (HYDRAULIC JUMP)
HARI, TANGGAL : SENIN, 31 OKTOBER 2011
BUAT PAPER TENTANG LONCATAN HIDROLIK DENGAN ITEM PAPER SEBAGAI BERIKUT:
DEFENISI/BATASAN LONCATAN HIDRAULIK (POIN 10)
PERBEDAAN DASAR ANTARA LONCATAN HIDRAULIK DAN LONCATAN BEBAS (POIN 10)
KONDISI TERJADINYA LONCATAN HIDRAULIK (POIN 10)
ENERGI SPESIFIK (POIN 10)
KEDALAMAN KRITIS (POIN 10)
APLIKASI TEORI LONCATAN HIDRAULIK DALAM BIDANG KETEKNIKAN PERTANIAN (EX: IRIGASI, KONSERVASI TANAH DAN AIR, PERANCANGAN TEKNIK) (POIN 15)
CONTOH PERHITUNGAN LONCATAN HIDRAULIK
A. TINGGI ALIRAN AIR SEBELUM TERJADI LONCATAN AIR ADALAH 104 ft. SETELAH TERJADI LONCATAN AIR, ALIRAN AIR MENCAPAI KETINGGIAN 5X103 m. HITUNG NILAI PANJANG LONCATAN DAN ENERGI YANG HILANG PADA SAAT TERJADI LONCATAN HIDROLIK (GUNAKAN SISTEM SI) (POIN 15)
B. BUAT MODEL SOAL PERHITUNGAN LONCATAN HIDRAULIK DENGAN CATATAN SBB: (POIN 20)
- MODEL SALURAN ADALAH PERSEGI PANJANG
- PILIH SALAH SATU JENIS SALURAN (LIHAT TABEL 1)
Tabel 1. Koefisien Kekasaran Saluran
No Jenis saluran Koefisien kekasaran (n)
1. Saluran buatan dengan penampang seragam
a. Sisi-sisi dan dasar dilapisi dengan kayu yang seragam diserut halus 0,009
b. Dinding semen, pipa-pipa halus 0,010-0,011
c. Kayu yang tidak diserut 0,012
d. Batu bata pipa-pipa pembuangan air 0,013-0,015
e.Batu-bata yang kurang baik,pipa-pipa berkarat 0,017
2 Saluran dengan penampang tak Seragam
a. Saluran bersih dengan dasar kerikil 0,020
b. Saluran dengan dasar tanah, tanpa batu-batu besar dan rumput- rumputan 0,25
c. Saluran berbatu-batu dan dengan rumput-rumputan 0,030-0040
Sumber : Diktat Kuliah Mekanika Fluida, Djojodihardjo ,1982.
CATATAN : PAPER MELAMPIRKAN SUMBER REFERENSI
ASISTEN
PRAKTIKUM : LONCATAN HIDROLIK (HYDRAULIC JUMP)
HARI, TANGGAL : SENIN, 31 OKTOBER 2011
BUAT PAPER TENTANG LONCATAN HIDROLIK DENGAN ITEM PAPER SEBAGAI BERIKUT:
DEFENISI/BATASAN LONCATAN HIDRAULIK (POIN 10)
PERBEDAAN DASAR ANTARA LONCATAN HIDRAULIK DAN LONCATAN BEBAS (POIN 10)
KONDISI TERJADINYA LONCATAN HIDRAULIK (POIN 10)
ENERGI SPESIFIK (POIN 10)
KEDALAMAN KRITIS (POIN 10)
APLIKASI TEORI LONCATAN HIDRAULIK DALAM BIDANG KETEKNIKAN PERTANIAN (EX: IRIGASI, KONSERVASI TANAH DAN AIR, PERANCANGAN TEKNIK) (POIN 15)
CONTOH PERHITUNGAN LONCATAN HIDRAULIK
A. TINGGI ALIRAN AIR SEBELUM TERJADI LONCATAN AIR ADALAH 104 ft. SETELAH TERJADI LONCATAN AIR, ALIRAN AIR MENCAPAI KETINGGIAN 5X103 m. HITUNG NILAI PANJANG LONCATAN DAN ENERGI YANG HILANG PADA SAAT TERJADI LONCATAN HIDROLIK (GUNAKAN SISTEM SI) (POIN 15)
B. BUAT MODEL SOAL PERHITUNGAN LONCATAN HIDRAULIK DENGAN CATATAN SBB: (POIN 20)
- MODEL SALURAN ADALAH PERSEGI PANJANG
- PILIH SALAH SATU JENIS SALURAN (LIHAT TABEL 1)
Tabel 1. Koefisien Kekasaran Saluran
No Jenis saluran Koefisien kekasaran (n)
1. Saluran buatan dengan penampang seragam
a. Sisi-sisi dan dasar dilapisi dengan kayu yang seragam diserut halus 0,009
b. Dinding semen, pipa-pipa halus 0,010-0,011
c. Kayu yang tidak diserut 0,012
d. Batu bata pipa-pipa pembuangan air 0,013-0,015
e.Batu-bata yang kurang baik,pipa-pipa berkarat 0,017
2 Saluran dengan penampang tak Seragam
a. Saluran bersih dengan dasar kerikil 0,020
b. Saluran dengan dasar tanah, tanpa batu-batu besar dan rumput- rumputan 0,25
c. Saluran berbatu-batu dan dengan rumput-rumputan 0,030-0040
Sumber : Diktat Kuliah Mekanika Fluida, Djojodihardjo ,1982.
CATATAN : PAPER MELAMPIRKAN SUMBER REFERENSI
ASISTEN
Minggu, 02 Oktober 2011
TUGAS PENDAHULUAN LAB. MEKANIKA FLUIDA
Praktikum : Hydraulic Bench
Waktu : Selasa, 4 Oktober 2011 pukul 16.00 WITA
1. Air hujan memasuki saluran gorong-gorong dengan kecepatan aliran 100 ft/min dengan diameter 14,xx cm. Hitunglah debit aliran air hujan tersebut(gunakan sistem SI)! ket: xx adalah 2 angka terakhir dari NIM praktikan.
2. Deskripsikan berdasarkan literatur (masing-masing 2 literatur)hal-hal berikut:
a. Prinsip kerja Hydraulic Bench
b. Bagian-bagian Hydraulic Bench
3. Tuliskan persamaan Manning yang digunakan untuk menghitung debit aliran, kemudian jelakan hal-hal di bawah ini!
a. Pengaruh jenis saluran terhadap kecepatan aliran.
b. Pengaruh bentuk saluran terhadap kecepetan aliran.
c. Pengaruh kemiringan saluran terhadap kecepatan aliran.
d. Tuliskan 2 aplikasi Persamaan Manning dalam desain irigasi pertanian!
4. Buatlah 1 contoh soal perhitungan Manning beserta penyelesaiannya berdasarkan soal no 4!
5.Jelaskan teori tentang saluran terbuka dan saluran tertutup,(min 1 halaman spasi 1 dan lampirkan sumber referensi !
Bila ada hal yang ingin dikonsultasikan tentang praktikum Hydraulic Bench, silahkan mengirimkan email ke vivinsuryati@gmail.com atau vivin.tekpert@yahoo.com
Terima kasih,
Asisten.
Waktu : Selasa, 4 Oktober 2011 pukul 16.00 WITA
1. Air hujan memasuki saluran gorong-gorong dengan kecepatan aliran 100 ft/min dengan diameter 14,xx cm. Hitunglah debit aliran air hujan tersebut(gunakan sistem SI)! ket: xx adalah 2 angka terakhir dari NIM praktikan.
2. Deskripsikan berdasarkan literatur (masing-masing 2 literatur)hal-hal berikut:
a. Prinsip kerja Hydraulic Bench
b. Bagian-bagian Hydraulic Bench
3. Tuliskan persamaan Manning yang digunakan untuk menghitung debit aliran, kemudian jelakan hal-hal di bawah ini!
a. Pengaruh jenis saluran terhadap kecepatan aliran.
b. Pengaruh bentuk saluran terhadap kecepetan aliran.
c. Pengaruh kemiringan saluran terhadap kecepatan aliran.
d. Tuliskan 2 aplikasi Persamaan Manning dalam desain irigasi pertanian!
4. Buatlah 1 contoh soal perhitungan Manning beserta penyelesaiannya berdasarkan soal no 4!
5.Jelaskan teori tentang saluran terbuka dan saluran tertutup,(min 1 halaman spasi 1 dan lampirkan sumber referensi !
Bila ada hal yang ingin dikonsultasikan tentang praktikum Hydraulic Bench, silahkan mengirimkan email ke vivinsuryati@gmail.com atau vivin.tekpert@yahoo.com
Terima kasih,
Asisten.
Empat Negara "Gudang Herbal" di Dunia
Penggunaan obat-obat kimia ternyata memberikan efek samping dalam proses penyembuhan penyakit. Penggunaan obat-obatan kimia dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan hati. Harga obat-obatan tersebut juga semakin mahal. Kondisi ini, membuat pakar kesehatan dan juga masyarakat untuk kembali ke alam (Back to nature, yaitu penggunaan obat tradisional herbal.Badan kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan obat tradisional sebagai obat asli di suatu negara yang digunakan secara turun-temurun di negara itu dengan kriteria antara lain sudah digunakan minimal tiga generasi dan telah terbukti aman dan bermanfaat. Berikut adalah 4 negara yang dikenal sebagai gudang herbal
1. Cina
WHO mencatat, 30-50 persen konsumsi kesehatan masyarakat di negara ini dialokasikan untuk ramuan herbal. Sejak 5.000 tahun silam, nenek moyang bangsa Cina meramu obat untuk mengatasi beragam penyakit.Catatan medis tertua ada dalam dua kitab kuno: Huang Di Nei Jing (Kitab Kaisar Kuning) dan Wai Tai Mi Yao (Resep Rahasia). Isinya cara menyembuhkan gangguan pencernaan, pernapasan, dan sistem reproduksi.Kitab tua yang paling terkenal adalah Kompendium Materia Media, yang diterbitkan pada tahun 1590. Buku yang ditulis oleh Li Shizhen dan diteruskan oleh Zhan Xueim ini memuat 1.892 zat medis yang berguna dalam dunia pengobatan.
2.India
Ayurveda atau ilmu tentang kehidupan adalah sistem holistik kuno untuk mendiagnosis serta mengobati, sudah ada sejak 1.000 SM di India. Ayurveda mungkin merupakan sistem kedokteran tertua yang dikenal manusia. Ayurveda mementingkan konsep keseimbangan energi, kesatuan tubuh, pikiran, dan roh. Ada 8 cabang ayurveda, yakni kayacikitsa (penyakit dalam), salyacikitsa (anatomi dan bedah), salakyacikitsa (penyakit THT dan mata), kaumarabhryta (tulang), bhutavidya (healing), aganda tantra (toksikologi), rasayana (rejuvenasi), vajikarana (afrodisiak untuk laki-laki).
3.Korea
Pengobatan tradisional di negeri ginseng tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Cina dan India. Sistem pengobatan tradisional di Korea dikenal dengan nama Korean Oriental Medicine (KOM) atau lebih populer dengan sebutan hangbang. Walau mendapt pengaruh besar dari pengobatan Cina, tetapi hangbang mengembangkan teknik khusus yang bersifat khas. Teknik-teknik itu adalah aturan pengobatan sasang (sasang constitutional medicine), Saam Scupunture, Herbal Acupunture, dan Korean Hand Acupunture. Perkembangan KOM terlihat dari banyaknya sekolah lanjutan tinggi yang khusus mempelejarinya. Tak heran jika di Korea mudah dijumpai dokter dan apoteker khusus KOM.
4. Indonesia
Indonesia adalah salah satu laboratorium tanaman obat terbesar di dunia. Sekitar 80 persen herbal dunia tumbuh di negeri ini. Indonesia memiliki sekitar 35 ribu jenis tumbuhan tingkat tinggi, 3.500 di antaranya dilaporkan sebagai tumbuhan obat. Di Indonesia, dikenal istilah jamu untuk menyebut ramuan dari tanaman obat. Jamu berasal dari bahasa Jawa Kuno, jampi atau usodo. Artinya penyembuhan menggunakan ramuan, doa, dan ajian. Pemanfaatan ramuan alam untuk tujuan kesehatan sudah ada sejak ratusan tahun silam. Tabib dan pengobat tradisional meracik aneka jenis tanaman menjadi penawar. penyakit. Bukti-bukti pemakaian jamu di masa lalu bisa dilihat dari tulisan-tulisan di daun lontar, prasasti, dan relief candi.
1. Cina
WHO mencatat, 30-50 persen konsumsi kesehatan masyarakat di negara ini dialokasikan untuk ramuan herbal. Sejak 5.000 tahun silam, nenek moyang bangsa Cina meramu obat untuk mengatasi beragam penyakit.Catatan medis tertua ada dalam dua kitab kuno: Huang Di Nei Jing (Kitab Kaisar Kuning) dan Wai Tai Mi Yao (Resep Rahasia). Isinya cara menyembuhkan gangguan pencernaan, pernapasan, dan sistem reproduksi.Kitab tua yang paling terkenal adalah Kompendium Materia Media, yang diterbitkan pada tahun 1590. Buku yang ditulis oleh Li Shizhen dan diteruskan oleh Zhan Xueim ini memuat 1.892 zat medis yang berguna dalam dunia pengobatan.
2.India
Ayurveda atau ilmu tentang kehidupan adalah sistem holistik kuno untuk mendiagnosis serta mengobati, sudah ada sejak 1.000 SM di India. Ayurveda mungkin merupakan sistem kedokteran tertua yang dikenal manusia. Ayurveda mementingkan konsep keseimbangan energi, kesatuan tubuh, pikiran, dan roh. Ada 8 cabang ayurveda, yakni kayacikitsa (penyakit dalam), salyacikitsa (anatomi dan bedah), salakyacikitsa (penyakit THT dan mata), kaumarabhryta (tulang), bhutavidya (healing), aganda tantra (toksikologi), rasayana (rejuvenasi), vajikarana (afrodisiak untuk laki-laki).
3.Korea
Pengobatan tradisional di negeri ginseng tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Cina dan India. Sistem pengobatan tradisional di Korea dikenal dengan nama Korean Oriental Medicine (KOM) atau lebih populer dengan sebutan hangbang. Walau mendapt pengaruh besar dari pengobatan Cina, tetapi hangbang mengembangkan teknik khusus yang bersifat khas. Teknik-teknik itu adalah aturan pengobatan sasang (sasang constitutional medicine), Saam Scupunture, Herbal Acupunture, dan Korean Hand Acupunture. Perkembangan KOM terlihat dari banyaknya sekolah lanjutan tinggi yang khusus mempelejarinya. Tak heran jika di Korea mudah dijumpai dokter dan apoteker khusus KOM.
4. Indonesia
Indonesia adalah salah satu laboratorium tanaman obat terbesar di dunia. Sekitar 80 persen herbal dunia tumbuh di negeri ini. Indonesia memiliki sekitar 35 ribu jenis tumbuhan tingkat tinggi, 3.500 di antaranya dilaporkan sebagai tumbuhan obat. Di Indonesia, dikenal istilah jamu untuk menyebut ramuan dari tanaman obat. Jamu berasal dari bahasa Jawa Kuno, jampi atau usodo. Artinya penyembuhan menggunakan ramuan, doa, dan ajian. Pemanfaatan ramuan alam untuk tujuan kesehatan sudah ada sejak ratusan tahun silam. Tabib dan pengobat tradisional meracik aneka jenis tanaman menjadi penawar. penyakit. Bukti-bukti pemakaian jamu di masa lalu bisa dilihat dari tulisan-tulisan di daun lontar, prasasti, dan relief candi.
Senin, 12 September 2011
Detak KKN ala LASKAR MERAK
KKN Laskar Merak
_Bersama Mereka_
Pattuku Limpoe, desa yang kini dan sebulan berikutnya akan menjadi ruang bagi aku dan mereka untuk melukiskan kisah. Mereka, rekan KKN di tempat dan waktu yang sama. Baiklah, kuperkenalkan mereka yang masih satu bendera denganku, mahasiswa fakultas pertanian. Bukan baru, tapi keegoisan jurusan yang membuat kami tak sempat saling mengenal nama di megagriya belajar yang sama, Universitas Hasanuddin di awal waktu. Isra, mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah, Nunu dan Reni mahasisawa proteksi dan Adi, Kak Adi lebih pantas bagi mahasiswa Agronomi yang satu tingkat di atas kami. Selebihnya, Rizal dan Fitri masih satu program studi denganku, Teknik pertanian. Hal tersebutlah yang menjadi informasi awal bagiku untuk berinteraksi dengan dia yang jamak. Perpaduan yang kuharap akan membuat kami tetap akur sebagai mitra dalam KKN Profesi ini setidaknya hingga akhir penarikan Kuliah Kerja Nyata ini. Amin, asaku.
Ini ceritaku bersama mereka, Sang Merak.
Hujan, tetesan air yang mengguyur tanah kampung yang mahasubur. Kesegaran yang bersumber dari campuran udara dan air pedesaan yang mendingin. Aku dan mereka puas. Terdamparnya kami di kediaman pemimpin desa_Kades tak lepas dari komando kepala kecamatan Lappariaja. Suasana kurang bersahabat menjadi panorama di awal kedatangan kami di desa ini_di kampung yang banyak ditumbuhi kelapa dan kakao. Bu Desa, yang selanjutnya kusebut BuDe bagiku dan mungkin bagi sebagian yang lain mulanya menunjukkan sifat kekurangramahannya pada kami, persis seperti alur cerita KKN yang kami tahu betul berasal dari mulut mereka, para veteran KKN. Entah, sifat atau memang pembawaannya seperti itu. Namun sepertinya, angin segar mulai menyapa. Sehari di sini, aura keramahan mulai meluap. Begitulah, kepribadian seorang wanita desa.
Tujuh gelas teh terhidang di atas meja. Air berwarna, aku istilahkan. Habituasi masyarakat desa untuk menyambut para tamu. Penyesuaian diri, inilah hal yang harus aku dan mereka lakukan segera. Shock terapy bagi kami yang memang dianggap tak menguntungkan sama sekali.
Sore menghilang. Langit memerah menyisakan cahaya yang sebentar lagi akan ditelan oleh kegelapan malam. Magrib, masa yang berada di antara siang dan malam. Allahu Akbar Allahu Akbar. Adzan melantun indah, menegaskan keesaan Tuhan. Momen terindah untuk bercinta dengan Sang Terkasih. Shalat, ibadah yang akan segera membangun komunikasi umat muslim dengan untaian rasa syukur. Air wudhu segera membasahi wajahku. Kerudung shalat yang masih bersembunyi di dalam koperku segera kubidik. Kuambil segera di detik-detik akhir sore itu.
Khusuk, shalat berjamaah kini aku dirikan di rumah tuhan. Kegiatan spiritual yang sempat terlalaikan olehku di masa-masa kuliah. Lama tak ke mesjid rasanya. Di sana, kembali kulihat tarian manusia yang memuji Sang Tuhan. Sejenak melupakan aktifitas keduniaan tuk meraih setitik iman pada keagungan-Nya. Senyuman manis anak-anak kecil yang sibuk menggelar sajadahnya turut menyapa kehadiran perdanaku di mesjid dan juga di desa ini. Fitri, Rizal dan Kak Adi juga ikut menyemayamkan jiwanya dengan lantunan zikir di akhir salam ibadah itu.
Rabb, sucikan jiwa yang kian mengalpakan_Mu.
-Dunia Kotak-kotak-
Ruang tidur, lebih tepatnya kamar berukuran tak kurang dari 4x5 meter menjadi tempat peristirahatan kami di posko KKN. Koper, tas jinjing hingga tas ransel ikut menyesakkan ruang ini. Fasilitas berupa ranjang kayu dan kasur tipis menjadi alas tidur bagi aku dan keempat rekan KKN putri lainnya. Ruang dengan ukuran yang hampir tak berbeda jauh juga menjadi ‘kandang’ bagi kedua pria rekan KKN ku. Ruang tidur putri ini yang kalau dapat aku deskripsikan langsung menghadap ke bagian halaman orang nomor satu di kampung ini. Dua kusen berdimensi cukup besar kemudian menjadi rangka jendela kaca bertirai kain putih itu. Eksotisme desa pun dapat kami lirik hanya dengan menempelkan mata-mata kami di depan ruang yang sekaligus menjadi ventilasi udara tersebut. Ruang ini terhubung dengan ruang tamu yang setiap saat selalu didatangi oleh para tamu dengan sejuta kepentingan. Dua pasang sofa bertengger di sana, menjadi pijakan para tamu yang hadir silih berganti. Kupikir tak akan alpa di bawah jam sepuluh malam.
Seminggu minus satu hari. Enam hari sudah kami mendekam dalam kamar ini. Kegiatan kami pun tak jauh berbeda dengan para tahanan di lapas. Makan dengan jadwal teratur, dialog singkat dan seperlunya, selebihnya tentulah istirahat. Mantap, tapi cukup membosankan. Tak ada aktivitas lebih yang telah kulakukan dalam seperempat bulan ini selain dari survey lapangan dengan metode wawancara untuk mengumpulkan data dan juga seminar program kerja yang kuanggap merupakan hal yang cukup urgen. Aktivitas berulang dalam ruang kotak-kotak ini jelas membuatku jenuh. Rekan KKN pria, Rizal dan Kak Adi jelas sedikit beruntung karena dapat menghirup udara kebebasan di luar sana. Mereka berangkat meninggalkan posko pasca seminar program kerja yang dilaksanakan sebelum Shalat Jumat untuk kembali ke Makassar. Satu tujuan, membawa kendaraan sepeda motor, mentaktisi sulitnya transportasi di daerah ini. Sebuah indikasi level desa yang memang masih dikategorikan desa tertinggal. Kondisi geografis desa memang menyulitkan transportasi untuk menyisir seluk di desa ini.
Sedikit cerita tentang mereka. Keakraban mulai terjalin diantara kami, meski kurasa masih terdapat sedikit gap yang meretas. Tak ada jadwal dan aturan khusus tertulis yang kami buat. Memasak, menyiapkan makanan, hingga mencuci piring dilakukan secara bergerombol. Kebiasaan komunal yang mungkin menjadi pertanda retasnya keegoisan diri. Isra ratunya menggoreng, Reni si Miss Lombok dan Nunu ahli pembuat teh. Tujuh gelas teh setiap harinya tak pernah alpa. Lain lagi, mba Fitri tukang bersih-bersih. Lalu, dua putra KKN. Rizal tak perlu kubahas baik-baik, teman satu jurusanku ini cukup telaten dan sigap. Kak Adi, yang pada awalnya agak sungkan dan pemalu pun akhirnya melebur bersama kami. Satu kesamaan denganku setelah kuamati, Jago ngemil. Oh ya, sementara aku hanya ahli dalam menggosok piring bekas. Aku tak ahli apa-apa dalam hal dapur. Kebiasaaan hidup selama kuliah hanya mengenalkanku pada budaya konsumtif. Semua serba beli. Ricecooker dan kompor lapangan di pondokan menganggur dalam waktu yang cukup lama. Memasak nasi dan mie instan, pangan andalan yang setia jadi penjejal perut. Warung nasi goreng dan bakso pun jadi antrian dari sederet lokasi yang aku jejali setiap harinya di kota Daeng. Alhasil, aku puntung dapur, dunia yang menurut sebagian orang mutlak dikuasai oleh para wanita. Terserah, its my life...
Aku dan mereka juga, masih dalam dunia kotak-kotak.
Keabsenanku
Absen yang menjadi penanda awalku di KKN. Secuil kotoran hitam melekat tepat di pangkal paha, mendekat ke bokong. Noda yang kemudian teridentifikasi sebagai campuran darah dan nana_bisul tunggal itu tumbuh subur di area itu. Awalnya kukira hanya benjolan biasa yang akan menghilang dengan sendirinya, namun kemudian semakin tak dapat terkendalikan. Ia semakin membesar, seperti itulah yang kurasakan dan sempat diiyakan oleh teman KKN perempuanku. Jelas, aku tak dapat mendeskripsikan keadaan penyakit yang bercokol di bagian belakang tubuhku tersebut. Akibatnya, rasa sakit dan perih pun menjangkitiku. Back to home, sebuah jalan yang kupilih untuk mengasingkan diri, mengalpakan diri dari mereka dan lingkungannya.
4 hari 3 malam, aku mendekap di rumah tanpa aktivitas berarti satu pun. MaTi, Makan dan tidur. Setumpuk aktivitas KKN pun nyaris aku tinggalkan. Kegiatan inti, seminar kecamatan akhirnya luput dari eksistensiku. Sebuah catatan penting bagi elit kampus untuk memberiku nilai tak berhuruf A. Ooo ya sudahlah.
Bisul. Aku tak mengerti tentang apa dan yang paling penting bagaimana menyembuhkan penyakit satu ini. Memang aku bukan dokter yang akan selalu menggaungkan kalimat tua mencegah lebih baik dari pada mengobati, namun aku juga tak tahu sama sekali cara untuk memberikan perisai dan memperbaiki sistem imunitas tubuhku terhadap serangan prajurit darah kotor tersebut. Tanteku, dengan sedikit rasa iba, menjejalkan berbagai ramuan penawar rasa sakit. Obat.
Tak ada perubahan berarti dari obat yang berharga tak kurang dari seratus ribu rupiah itu. Obat yang volumenya tak lebih dari 100 ml. Sudah tiga hari aku meninggalkan posko KKN. Hal yang tak kuduga sebelumnya, pengobatan mirip bekam justru jadi penyembuh yang mutakhir. Sang empu teknik mirip bekam ini pun tak lain adalah seorang pelayan yang bekerja di rumah makan milik familiku. Aku kembali dapat berjalan tanpa rasa sakit yang berlebihan setelah menepis rasa sakit akibat terapi yang berbahan gelas, kertas dan api. Syukur kupanjatkan.
Seminggu kemudian, aku kembali terkapar. Menambah keabsenanku dalam tarian Laskar Merak.
Topeng siapa?
Mentari menaik, meninggi menampakkan keperkasaannya menggeser kedudukan bulan yang menguasai malam. Hari yang kemudian menggulung menjadi minggu dan akhirnya membentuk bulan. Hari-hari KKN telah mencapai puncak 1 bulan, kini 27 Juli 2011. Bulan yang menurutku telah memberikan sedikit banyak pelajaran untuk hidup serumah dengan sepuluh karakter manusia, 6 rekanku dan 4 orang pemilik rumah. Jiwa asing yang kemudian terpadu, berintegrasi menjadi jiwa dengan riak-riak rasa.
Semua berubah. Mungkin bukan perubahan tapi sebuah tabir diri yang kemudian berusaha menampakkan originalitas diri. Tabir “jaga image” pun mulai terkikis bersama dengan gerakan jarum jam. Segudang kebiasaan buruk pun rasanya tak lagi mampu untuk kami bendung dari raga kami. Rasa malu dan sungkan yang awalnya menjadi tameng, topeng, dan penghalang pun mulai lepas dari pijakannya. Meski dengan perlahan. Sejuta aksi, mulai dari kentut sembarangan hingga membuat tumpukan sampah bungkusan jajanan menjadi kebiasaan baru kami. Aku, pastinya jadi debitor terbesar dalam hal tabungan sampah. Kumpulan sampah yang juga terkadang jadi sahabat tidurku.
Hidup dalam dunia kotak-kotak membuat aku, Fitri, Nunu, Isra dan Reni tak hanya lebih dekat secara spasial (baca: jarak) tapi juga secara psikologis. Sedikit gap dan rasa ego tak mungkin terhapus dari 30 hari kebersamaan kami. Itu hal yang lumrah tapi itulah bumbu dalam perjalanan kedewasaan kami. “Aku adalah aku dan kamu tetaplah kamu, namun kamu dan aku berada dalam kekitaan”, sebuah pegangan yang tetap membuat kami akur. Akh, banyak cerita tentang mereka.
Kebiasaan tidur di malam hari. Mendengkur, mengigau, menggerutukan gigi hingga membentuk peta di pipi bukan rahasia lagi. Topeng siapa? Super Rahasia yang tak mungkin terekspos, cukup aku dan mereka yang tahu.
Oh ya, ganti nama pemain. Pemain pertama, Kak Adi ganti Kak Anca. Sekedar untuk memecah kesungkanan, Kami sepakat untuk menggunakan sapaan Kak Anca saat matahari nongol dan Kak Dian saat mentari mengabur. Dian untuknya pantas dengan sifatnya yang agak-keperempuanan, sengaja atau tak sengaja. Tapi, memang cantik sih kalo memang bisa didandanin. Harapku, Peace Kak.. Tak masalah, nama lengkapnya memang Adiansyah Azhari. Peserta kedua yang ganti merk adalah Fitri, cewek dengan perawakan tomboy ini pun tak begitu saja lepas dari pantauan kami. Nama baru buatnya pun siap. Sama dengan Kak Anca yang memiliki dua nama dengan patokan waktu, Fitri pun rela dan harus ikhlas menerima sapaan Mba di pagi hari dan Abang di malam hari. Lain lagi Peserta ketiga, Rizal ganti dengan Mr. Ribut, peserta KKN satu ini sangat familiar dengan suara kerasnya. Hampir memekakkan telinga setiap lawan bicaranya. Telusur, kebiasaan menjejal telinga dengan headset mungkin jadi pemicu perubahan volume suaranya. Tanpa kontrol. Untuk sejauh ini, peserta yang lain belum siap ganti nama. Aman bos, tapi Apapun nama-Mu, minumnya tetap teh cangkir,..Nunu red.
Posko 9, umbul-umbul yang senantiasa aku dan mereka kibarkan. Warna berbeda yang kemudian menyatu dalam gradasi keindahan. Terlalu banyak waktu yang tersisakan oleh kegiatan kami yang hanya berkutat pada penyuluhan dan mengajar. Pengisi waktu kosong di malam hari, apalagi kalau bukan main kartu. Aturan permainan termasuk hukuman pun beragam. Mulanya, hukuman bagi Si Kalah hanyalah duduk jongkok tapi kemudian berkembang dengan berdiri, menjunjung bantal, hingga akhirnya menemukan hukuman andalan “mengenakan helm” yang kemudian disakralkan dengan dokumentasi kamera ala telepon genggam. Bau helm yang kupastikan akan menimbulkan aroma baru bagi rambut. Terjamin Anda harus kembali keramas. Apalagi, dengan “helm merah” yang merupahan helm terkeramat bagi setiap pemain. Bukan hal yang lain, baunya minta ampun. Milik siapa tuh? Untunglah, aku tak terlalu intens dalam permainan ini. Isra dan Mba lah yang sepertinya menjuarai pengenaan penutup kepala superbau tersebut. Ooo, mantap kata seniorku.
Di luar Kita
Cerita seputar dunia mistis pun tak boleh dilewatkan begitu saja. Desa berkembang dengan ritual dan mitos yang mungkin telah dinafikkan oleh sebagaian besar manusia yang menganggap dirinya modern tak terkecuali para mahasiswa KKN. Kalimatku, di luar kita. Terlalu banyak kabar tentang mereka yang tak selalu terjamah oleh mata_mistis yang mengalir dari satu posko KKN ke posko KKN lainnya. Berkumpul hingga membentuk kekuatan supermagic yang tak akan pernah bisa dicerna oleh otakku. Tapi seperti halnya gossip artis yang terus tayang di TV, cerita mistis pun tak luput dari bumbu-bumbu tambahan alias kalimat superrekaan. Bumbu penyedap untuk mempermantap cerita katanya. Nyaris Tumpah.
Konon. Sengaja kugunakan kata ini untuk mengkonotasikan kata yang terujar dari mulut ke telinga ini. Ada posko yang salah satu anggotanya kesurupan setiap malam Jum’at, suara hentakan kuda setiap malam rabu dan Jum’at dan suara makhluk tak berwujud yang menaiki tangga rumah panggung. Plus, ritual kelambu kuning dan putih yang dilakukan oleh seorang pemilik rumah yang sekaligus menjadi posko bagi rekan-rekanku di desa X. Semua cerita tersebut rupanya cukup menarik untuk diterbangkan oleh burung yang mengudara ke posko kami. Posko yang hampir saja ikut mendaki menggapai tingginya gunung.
Keberadaan makhluk di luar kita. Kalo yang satu ini, cukup tersorot oleh Nunu, rekan KKN yang tumbuh dan dibesarkan dengan budaya kota. Budaya kota yang mungkin meng-alpakan kalau tak dapat disebut sebagai pengabaian dunia lain. Problem utama dan terutama menurutku, Nunu dan rasa takutnya.
Kusen yang mebingkai jendela dengan teralis besi sebagai pengaman itu jadi bagian utama. Belum lagi WC yang menyatu dengan dapur dan terletak di bagian terbelakang rumah menjadi daerah ekstrim baginya di malam hari. Sayang, Urine yang telah tertampung di kandung kemih tak selalu meloloskan rasa takutnya itu. Akibatnya, dia butuh rekan yang akan menemaninya ke ruang yang kujamin mengalirkan rasa ketakukan yang tak biasa. Terangnya cahaya lampu ternyata tak sukses untuk mengusir sebagian rasa takut yang sebenarnya tercipta olehnya sendiri. Isra atau fitri pun setia jadi pengawalnya. Mengganggu tidur pulas keduanya, kuyakin. Isra sebenarnya juga berada pada level ketakutan namun sedikit berada di bawah zona ketakutan yang dimiliki Nunu. Sebelas duabelaslah. Kalo mba Fitri, jangan ditanya. Lolos.
Kuingat, di awal kedatangan kami. Di awal malam maksudku. Suara aneh yang hanya ditangkap oleh indera pendengarannya itu membuatnya terbangun di malam hari dan berusaha mematikan rasanya dengan menutup kedua matanya. Keesokan paginya, ketika langit masih memerah, Nunu dengan selangit rasa penasarannya mencari jejak suara yang dinggapnya tak lagi lazim itu. Aku dan yang lainnya pun berusaha untuk menenangkannya. Bukan menenangkan, tapi lebih ke tindakan pemberian petuah ala gadis desa. Mereka pasti ada tapi bertoleransilah. Iya, semua akan baik-baik saja bila tak ada yang merasa lebih dari yang lain alias Takabur. Ok, I’m fine.
Terakhir, Nunu mendengar suara jeritan yang besar dan perlahan menghilang di bagian belakang rumah. Menghilang di balik rimbunnya daun pohon kakao yang mencoklat. Kondisi mental inipun tak disia-siakan oleh Kak Anca untuk mem-boomingkan cerita-cerita hantu serial terbaru. Cerita yang sungguh membuatku mual. Dasar…
Aku dalam Potret-Nya
Foto. Dokumentasi sesaat yang dapat merekam segalanya. Deret cerita lewat gambar. Hampir semua aktivitas kami terekam lewat kamera Handphone. Maklum, kamera digital tak menjadi persiapan kami di hari yang lalu. Kami luput dan akhirnya harus puas dengan kemampuan kamera telepon genggam yang tak lebih dari 3,5 megapixel itu. Ekspresi tergambar dalam setiap potongan foto dalam berbagi fose. Handphone andalan masing-masing menyimpan gambar yang dianggap menarik. Menarik untuk disimak..
Aku dengan sekelumit kegiatan ala KKN pun tak luput dari terkaman alat optik tersebut. Cepretan kamera yang akhirnya sempat mencuatkan satu negative image untukku dan kak Anca. Kegiatanku mengajar, bukan tapi bermain dengan anak-anak Pak Desa di hari kedua KKN-ku didokumentasi tanpa ijin oleh mahasiswa semester 9 ini. Setidaknya ada 3 foto aktivitas social awalku itu yang kemudian dilanjutkan dengan foto-foto survey lapangan yang aku, fitri dan dia lakukan bersama pagi itu. Kumpulan foto kehadiran diriku yang intens di HP Kak Anca pun segera digubris oleh Nunu dan Reni. Mereka memberikan warning kepadaku. Shock. Klarifikasi pun segera kulakukan. Foto-foto survey memang banyak menampilkan aku sebagai aktris sebab akulah yang mewawancarai warga sementara penanggungjawab untuk mengambil gambar adalah Kak Anca. Foto aku yang sedang bermain dengan ketiga kolega kecil pak Desa pun dapat kubenarkan lantaran Kak Anca memang berada di ruang tamu, ruang yang menjadi spasio bermain aku dan sang bocah kala itu. Sebuah tindakan iseng yang didukung oleh rasa tidak sadarku. Clear kan? Konsumsi pribadi. Tak lebih. Potret yang kuharap itu akan menjadi kenangan baik diantara aku, kamu dan dia di hari kemudian.
Kamuflase foto tak juga usai di sini. Reni dan rekan satu profesinya, Nunu pun tak berhenti melancarkan serangan ke arahku. Selalu dan selalu. “He likes you”, papar mereka berulang yang diikuti dengan alibi penguat argumen. Untunglah, Fitri dan Isra juga sepakat menjadi Miss No Comment. Secepatnya, kalimat ampuhku mengudara untuk menghindari kondisi yang terbangun dari tak sekedar prasangka itu. Kuujarkan “Semua biasa-biasa saja” untuk mengakhiri dialog tak penting itu. Kak Anca yang sudah memiliki teman dekat yang terbilang cantik itu memang tak kunafikkan juga memiliki pesona. Pemandangan klasik. Namanya juga makhluk.
Sebuah hal yang wajar dan sangat lumrah memang bila muncul rasa kekaguman diantara aku dan mereka. Kekaguman yang dapat saja membuncah lewat kebersamaan. Meski sesaat dan akan pudar bersama waktu. Akhirnya walau belum tuntas, Duo Nunu-Reni men-stop aksi menjodohkan aku dan Sang Senior yang dianggap mereka cukup klop. Tapi berkebalikan dengan mereka, aku sama sekali tak merasakan sinyal dengan gelombang dan frekuensi yang serupa. Kalau dipaksakan untuk dipikir-pikir sekalipun, kesamaan hanya ada pada warna kulit kami yang agak terang. Just it, no more.
Laskar Merak meski juga tak bertelanjang telah mempertontonkan cerita lewat potret-potret illegal yang secara bergantian dilakukan oleh para personilnya. Acak dengan sejuta warna. Merah, kuning, hijau berbaur.
Aku dalam potret-Nya, tak begitu istimewa. Biasa-biasa saja.
Cinta Fitri Sesi Kum_Kum
Kisah hantu dan makhluk halus lainnya sudah terasa bosan bagi kami, Basi. Lanjut kisah asmara. Uii prekitiew,,
Kisah percintaan Romeo dan Juliet pastinya tak akan ditemukan di sini. Apalagi kisah romantic ala Raja India pembangun Taj Mahal, Never ever dech. Tapi tunggu dulu, kopian kisah asmara ya tetap ada pastinya. Tebak siapa dia? Sabar, ini dia ceritanya.
Interaksi. Jadi pemicu. Pertemuan dengan orang dan lingkungan yang serba baru. Menilik asal-usul percintaan, maaf aku bukan expertnya. Tapi akan kucoba membahasnya secara proporsional dengan teoriku sendiri. Sepakat? Up to me.
Mata. Kami peserta KKN_laskar Merak juga manusia. Manusia yang seharusnya bersyukur atas karunia luar biasa dari Sang Pengamat Sejati, Tuhan. Kado teristimewa sebagai makhluk yang dapat menikmati keindahan buana indah melalui mata mata kami. Mata, indera penglihatan yang kekuatannya melebihi kamera megapixel apapun di dunia ini. Mata_superkamera itulah yang membuat aku dapat memotret sejuta objek dan menyimpannya dalam memori otak. Tanpa batas dengan pantulan cahaya tentunya. Mata, yang kuyakini telah membantu aku untuk membaca alphabet A hingga Z, mengenal angka 0 sampai 9, dan membedakan hitam dan putih hingga zona abu-abu. Dengan mata aku menganal manusia lain yang tentunya tidak sama denganku. Itulah mengapa mata kusebut sebagai harta termahal yang dimiliki oleh setiap insan. Tak akan mungkin kutukar dengan barang terlux di dunia ini. Weiits, lalu apa kaitannya dengan Laskar merak? Mata, mengantar kami mengenal pesona.
27 Juni hingga 27 Juli 2011, tepat 30 Hari. Tiga puluh hari yang setalah kukalkulasi setara dengan 2.592.000 detik ini senyatanya telah menyimpan berbagai fragmen foto kehidupan kami_Sang Laskar Merak di desa yang terletak di kaki gunung. Seberkas cahaya dari Sang mentari telah mengenai beragam objek dengan aneka warna dan kemudian terpantul ke mata-mata kami. Ya, mata kami adalah lensa. Cermin yang selanjutnya akan memberikan respon tentang baik dan buruk. Cukup,,, Dari sekitar dua setengah juta detik tersebut, kami berinteraksi satu sama lain, berinteraksi di luar dunia kotak-kotak. Kegiatan utama KKN, penyuluhan di empat dusun di desa ini memaksa kami untuk berkomunikasi lebih dengan warga desa. Matalah yang membuat kami mengerti, mengenali, dan memahami makna pesan yang tertangkap pada lensa megapixel itu. Mata dan Hati, Pesona dan Rasa. Itulah bagian yang kumaksud. Penyuluhan yang berulang-ulang memberikan kami peluang untuk menebarkan pesona masing-masing. Pesona Laskar Merak yang elok karena paduan warna yang dimilikinya. Mereka menyimak lewat mata. Satu alasan, penguasaan Bahasa Bugis kami terkecuali Reni masih sangat minim. Komunikasi verbal yang sangat sayang aku lewatkan sebagai gadis berdarah Bugis.
Fisik adalah hal yang paling mudah untuk dicerna oleh mata. Mata dapat memberikan apresiasi atas apa yang telah ditangkapnya. Penilaian cantik tidaknya objek jelas adalah hasil kerja dari mata yang kemudian diaminkan oleh otak. Tak salah karena image memang terbentuk darinya. Begitupun dengan mereka, para warga desa. Pesona atas keindahan yang dengan sadar kami hadirkan kemudian ditangkap oleh mata mereka. Pesona kami atau salah seorang, salah dua, atau bahkan salah tiga dari kami mulai membias ke langit-langit desa.
Kum-Kum adalah cerita asmara awal. Hasil jepretan kegiatan seminar program kerja yang diadakan di kantor desa kini jadi tontonan kami di computer jinjing. Teramati baik-baik pada karya visual itu, posisi demi posisi. Seketika, hasil simakan menghasilkan celotehan dan cuap-cuap yang lebih mirip dengan celaan luarbiasa dari mulut-mulut kami. “Maccallako sempurna”. Satu objek jadi sorotan. Pria berkumis dengan jaket hitam selalu mengikuti posisi Fitri. Wets, Kum-Kum singkatan dari KUMIS. Fitri pun tak mampu melakukan konfirmasi atas gambar-gambar itu. Bukan tak mampu tapi tak boleh. Kini arisanmu saudara..
Jejak Kum-Kum tak berhenti di sini. Kunjungan ke rumah Mr.Kumis pun berlanjut. Sampai dua kali anggota Laskar Merak berkunjung ke sana. Dengan suguhan setianya, es manis berwarna cerah, kuning dan merah jambu, Pak Kumis menjamu kami. Tuturan dengan dialek Negeri Jiran masih kental pada dirinya. Dapat dipastikan dirinya pernah mengadu peruntungan di sana. Hasil survey kami membuktikan bahwa mayoritas warga desa ini memang kebanyakan pernah bekerja di Malaysia. Lanjut. Pesona Fitri, asal soppeng dan Isra, gadis Bau-Bau ternyata melekat di memorinya dan yang lain lewat meskipun keduanya tak hadir di tempat. Hal itulah yang dapat aku tangkap dari arah perbincangan dengan dirinya yang sekaligus menjadi tokoh masyarakat di kampungnya. Terpaksa, dengan rasa malu yang membumbung, aku dan tim laskar lainnya Rizal, Reni, Nunu dan Kak Anca yang saat itu hadir di kediaman Kum-Kum dan keluarga memperkenalkan nama dan asal kampung kami masing-masing. Nunu asal Makassar, Reni asal Pinrang, Kak Anca dari Bulukumba dan Aku sendiri berdomisili di kecamatan Lappariaja yang juga masih merupakan daerah administrative kampung ini. Bedanya, rumahku berada di Desa yang berbeda, Patangkai ibukota kecamatan.
Kum-Kum, yang maaf dengan segala hormat tak dapat aku sebutkan identitas aslinya inipun rupanya sangat ingin dekat secara emosional dengan laskar Merak. Bukti konkret, setelah kunjungan di rumahnya siang itu, ia dengan pakaian andalannya balik berkunjung ke posko pada sore hari. Entah dengan tendensi apa. Sekedar basa-basi atau memang undangan, memanggil kami untuk melihat suasana kampung yang masih berada pada agenda perayaan tujuh belas agustusan. Pun, saat penyuluhan ia hadir sekali lagi dengan kostum andalan yang kemudian secara diam-diam kami abadikan dengan kamera HP. Maaf, kami tidak bermaksud hanya berniat Pak. Asyik, cecandaan sesekali pun kami lontarkan pada dua tokoh utama Fitri dan Isra. Keduanya pun kikuk. Puncaknya ketika Isra harus membawakan materi penyuluhan pembuatan kompos. Mata, menyorot bagai lampu jalan. Luar biasa, pesona kalian,…
Kum-Kum dan es lilinnya berakhir di sini, tapi tidak di posko. Baju pink yang jarang atau sama sekali tak pernah kulihat mengena di tubuh padat gadis berdarah Jawa itu sebelumnya, beberapa kali digunakannya di posko. Peluru baru yang siap kutembakkan ke gadis yang ahli karate ini. Pesona yang kupaksakan untuk dikaitkan dengan segala hal yang berbau Tuan Kum-Kum. Inikah cinta Fitri sesi 7 yang tayang di laptop ? Kita lihat saja nanti.
Bocil Vs Vampir Cina,,,
Malam menanti. Dinginnya angin pengunungan yang berhembus tak mampu lagi dibendung oleh jaket tebal yang menyelimuti diri. Terlalu dingin. Sunyi, tanpa aktivitas apa-apa setelah jam makan malam jam delapan tadi usai. Hanya longlongan anjing rumah yang menggema. Sesaat kemudian, anjing-anjing lainnya ikut berseru spontan, seakan menyoraki kami untuk tidak terus bersembunyi di balik dinginnya hempasan udara bergerak itu. Juga kehampaan, rasa yang mendera di dada. Rasa yang kemudian membangkitkan harapan untuk tak lagi berdiam diri. Keluar dari dunia kotak-kotak. Segera, Kertas tebal berpress itu_Kartu melekat pada tangan-tangan kami. Bermain di teras rumah yang sesungguhnya membuat kami sedikit berani mengadu nyali dengan suhu udara yang kurang bersahabat. Reni, tak berani melawan udara itu, terus mendekam dalam dunia kotak-kotak sambil bercuap dengan handphone miliknya. Kesadaran akan resiko yang dia dan juga aku yakini dapat men-drop kondisi kesehatan. Meski ikut bertandang di luar, Aku sendiri tak ikut bermain, hanya duduk di satu dari dua kursi yang menganggur di bagian depan rumah itu. Mr. Ribut menyontek, duduk di kursi lainnya dan ikut menyaksikan keindahan bintang yang berhamburan di langit. Keindahan yang jarang kunikmati di kota Daeng. Satu, dua kali menyumbang celaan pada pemain kartu kurang pihawai yang bernasib kurang beruntung.
Handphone, pusaka yang tak hanya menjadi sumber informasi tetapi juga merangkap menjadi benda penghibur bagi kami. Audio berisi lagu-lagu dengan berbagai jenis aliran music mengalir dari benda elektronik itu. Menyibakkan lirik-lirik percintaan yang kuanggap cukup basi. Namun tidak bagi keempat pemain kartu ini. Mereka seakan larut dengan untaian kata-kata Sang puitis. Tak ada lagi keluhan udara dingin meski hanya dengan lapisan sarung sebagai penambal jaket. Kak Anca, Mr Ribut dan Fitri tak sungkan menggulung sarung yang dikenakannya. Sesekali membolak-balikkan kain lokal tersebut. Kalian bertiga lucu, mirip sekali dengan penjaga pos ronda. Rasa takut pada dingin pun segera sirna. Pupus.
Indahnya panorama langit yang tertangkap oleh kedua mata kami semakin disyahdukan dengan hentakan kecil music yang terus berkomat-kamit. Hingga,
“Berikan cintamu, juga sayangmu, percaya padaku ku akan menjagamu hingga ujung waktu…….” Sudah, jujur aku tak tahu lirik selanjutnya.
Kalimat puitis yang kini menjadi penghibur dari musik Band Ungu.
Tunggu sebentar, ada perubahan yang tak kuperhatikan. Isra, ia memohon manja untuk tak melanjutkan lagu yang sedang terputar oleh telepon genggam Kak Anca. Whats wrong guys? Ditanya kenapa, jawabannya Dua kata. Jangan dan Ganti.
“Jangan, jangan, pokoknya jangan. Ganti, ganti, ganti!!!
Sesegera, tangannya berusaha meraih HP merk Samsung setelah komandonya tak diindahkan siapapun. Namun gagal, Kak Anca jauh lebih sigap
“Iya, diganti”, Kak Anca segera connect. Tumben,,
“Kenapakah?” lanjutnya penasaran sambil menekan keypad telepon selulernya itu.
Keusilannya kembali. Lagu dengan lirik yang sama terulang kembali, segera Isra histeris. Menjerit. Ganti!!!
Permainan berlanjut. Kunikmati keindahan malam, bersama sahabat-sahabat baruku. Bersama permainan dan candaannya. Puas dan sedikit rasa kesal yang tersisa.
Lagu yang tak kutahu pasti judulnya itupun selalu menjadi jurus ampuh kami untuk menaklukkan si Bohai, Isra. Bohai, kata yang agak kami pelesetkan dari julukan bocil yang diberikan oleh Kak Anca pada Isra. Bocil. Bondeng dan Kecil. Bondeng yang merujuk ke arti gemuk. Bodi mahasiswi Jurusan Ilmu Tanah ini memang semakin memadat, montok semenjak KKN. Deskripsi kegemukan yang ikut diaminkan oleh aksi puasa dietnya. Kondisi badan yang dianggap sangat kurang ideal ini juga dibenarkan oleh foto-foto pra KKN yang ada di HP miliknya. Selanjutnya, kecil yang kutafsirkan lebih mengarah ke postur yang kurang tinggi, juga sepertiku. Semampai. Satu Setengah meter tak Sampai. Bocil atau Bohai, sama saja. Rasa penasaran Kak Anca alias Vampir Cina itu semakin deras seolah mengikuti aliran arus sungai di tepi kampung.
Oh ya, Sejarah pemberian nama Vampir Cina juga harus diuraikan biar impas. Warna kulit yang agak terang (baca: putih tapi tidak bersih, hehehe) dan mata yang sipit membuatnya tampak seperti peranakan cina. Kopiah, penutup kepala dengan desain kain teruntai di bagian tengah atas plus sarung berwarna terang yang menjadi seragam andalan ketika menuju Rumah Tuhan itulah yang membuatnya menyerupai hantu khas Cina, Vampire. Jadilah ia Vampire Cina. Sisanya, tunggu keahlian melompat yang belum diperagakannya. Cerita vampire Cina dan si Bohai terus berlanjut. Pertikaian lantaran lirik lagu yang memang sengaja diputar. Sudah diskenariokan matang-matang. Sematang usia Vampire di Negeri Panda. Mulai dari jam makan, istirahat hingga malam pembuka tidur apalagi, jadi momen teristimewa untuknya. Kalau sudah begini, Isra pun tak akan membuat jurus baru. Cukup dengan stop bicara, mengurung diri di kamar, dan kalau tak bisa dibendung lagi ya, akhirnya terluapkan ngenge deh (menangis). Puas pun semakin dikantongi si Vampire.
Bohai dan Vampire, dua mahluk yang terus berseteru di perguruan komedi laskar Merak. Kami, seringkali tanpa aspek kesengajaan melagukan kembali lirik-lirik itu seakan tak mengindahkan keberadaan rekan kami, Isra. Spontan, ia pun menunjukkan rasa kekurangsukaannya. Respon, yang dapat kami tangkap dan segera menyadarkan kami untuk segera menutup mulut. Tapi sobat, kalau boleh melakukan pembelaan semua itu bersumber dari doktrin Vampir Cina yang selalu memutar lagu itu setiap kamu tak bersama kami. Percaya atau tidak, minumnya tetap teh cangkir,,,
Tapi bukan Isra namanya bila ngambek lama-lama. Tak tahan sama godaan Mba Fitri. Iya kan? Marahnya malam, paginya sudah lenyap. Sekejap. Alhamdulillah, kata ustad Maulana. Baiklah Jamaah, kisah selanjutnya, masih berbicara tentang rasa tidak suka. Aktor dan aktris yang sama. Isra dan Kak Anca. Namun dengan cerita yang agak sedikit berbeda. Kompos. Penyuluhan tentang pembuatan pupuk organik itu, membuat sang Kreator untuk segera mengumpulkan bahan organik. Jerami pun dipilih lantaran menjadi potensi terbesar di tempat penyuluhan kami, yaitu padi. Wadah berupa ember berpenutup, kotoran sapi, larutan gula, hingga bioaktivator pun telah siap. Sisanya, jerami. Perintah untuk mengambilkan jerami pun dengan cepatnya terkomando ke Kak Anca. Perdebatan yang acapkali berulang menjadikan mereka partner yang cukup akrab. Kakak dan Adik. Kak Anca pun tak segan mengutak atik muka si Bocil, sapaannya. Mengacak rambut hingga menempelkan tangan ke dahi kalau tak bisa disebut dengan tamparan lunak sudah menjadi pemandangan biasa yang akan berakhir dengan kata khas Isra yang bernada jengkel. Ihhh,…Peran yang mungkin hanya diperankan oleh sepasang adik kakak. Akrab, untunglah. Eh ceritanya kok belok ke kanan sih. Apa sih, apa sih?
Aura manja dan pesona Isra yang biasanya berbinar kian meredup di awal pagi. Redup lampu tak lebih dari 5 Watt. Bisa ditebak. Satu sebab dan alasan, komando Isra ternyata tak digubris Kak Anca hingga hari H penyuluhan kompos. Iya, hari ini. Kesal dan bosan mungkin. Vampir kali ini juga kurang sensitive. Pukul 09.00, Time is over, saatnya melompat, go. Bukan, tapi siap jadi tukang ojek bagi kelima rekan KKN putri. Tarik Bang,
Reni dan Nunu, kedua mahasiswi Jurusan Proteksi dan Penyakit Tanaman ini sudah siap. Dandanan modis dan pakaian sepadan yang dianggap pas sudah memoles wajah dan badan mereka. Begitupun dengan alat dan bahan pembuatan pestisida nabati milik mereka. Penyuluhan Pertanian Terpadu untuk Tanaman Padi. Kami siap, tapi tidak untuk Isra. Jerami belum ada di sisa-sisa detik, lalu? biarlah angin yang berbisik.
Langkahku dan Fitri tergagap oleh bongkahan batu dan beceknya jalan akibat hujan yang baru saja mengguyur tanah berbatu pagi ini. Satu tujuan, menuju tempat penyimpanan jerami. Letaknya tak jauh dari posko, kira-kira dua ratus meter. Dua ternak sapi ikut berkandang di sana. Entah milik siapa. Tak peduli, rasa iba kami mengalahkan rasa hormat kami pada pemilik jerami. Pun, kedua sapi itu tak menghentikan kami untuk mengambil sekantong jerami tanpa izin. Kedua sapi itu hanya menjejalkan kedua bola mata yang semakin membulat. Mengiyakan atau mungkin saja membenarkan aksi nakal sok pahlawanku ini. Saatnya kembali ke posko. Aku menuruni tangga tempat penyimpanan jerami itu, kembali mata sepasang ternak itu memelototi aku dan fitri yang sudah berani menjadi Rua Pallukka. Pengalaman kotor yang akan membuat malaikat Pencatat Amal Buruk merekam aksiku minusku di awal hari itu.
Belum sampai kakiku menyentuh tanah, Isra datang dengan mata yang berbinar. Berkaca dan setelah itu siap menurunkan air mata. Perlahan. Bukan terharu, tetapi berusaha menghentikan aksiku. Tak usah katanya. Tak ambil pusing, kuturuni tangga secepat kilat, pulang. Kembali jalan becek menghampiri. Tepat di depan halaman depan posko, dua motor dengan pengendaranya siap mengaungkan media automobile itu, mengacuhkan wajah kami yang tak lagi menebar ria. Bergerak. Kak Anca tanpa banyak pengakuan rasa bersalah pun hanya menunggingkan senyum yang semakin membuat Isra kesal. Tak diliriknya. Andai kau tahu senior…
Penyuluhan keempat dan merupakan penyuluhan terakhir di desa ini. Berakhir. Jumlah petani yang hadir di penyuluhan pun semakin merosot drastis, tak lebih dari delapan orang. Namun tak memudarkan ambisi dan semangat kami untuk tampil mendekati noktah kesempurnaan. Anggota Laskar Merak yang bertugas memberikan pelatihan pembuatan kompos, Kak Anca dan Isra tampak kompak. Bagai tak terjadi apa-apa. Rasa kesal tidak tertumpah di sana setidaknya hingga akhir penyuluhan. Syukur dan salut, jiwa profesionalitas masih dijunjung tinggi. Esoknya, Isra kembali tersenyum, dan lusa siapa yang tahu. Perguliran waktu yang membuat Kak Anca_mahasiswa agronomi angkatan 2007 ini kembali berulah…
Miss Ring-Ring
Telepon berdering. Nada panggil HP ber-merk dagang Nokia itu berbunyi sejenak memecahkan kehampaan dunia kotak-kotak. Nada yang diikuti dengan getar. Semua tercengang dari tidur siang yang cukup pulas. Geger. Tak lama berselang, tangan itu meraihnya. Diikuti permohonan maaf atas keriuhan yang ditimbulkan alat komunikasi itu. Mengnggangu, sangat dan selalu.
Ok cerita tentang Ratu telpon alias Miss Ring-Ring. Reni, sesuai dengan julukan yang disandangnya, Gadis yang satu ini tak akan pernah rela bila harus berpisah dengan HP miliknya. Maklum saja, hubungan jarak jauh telah lama dijalaninya dengan seorang lelaki yang katanya berada di kota Palu, Sulawesi Tengah. Alhasil, HP adalah satu-satunya media komunikasi audio mereka. Ooo pantat hasan. Pantasan saja, ia tak rela melepas telepon yang berarti melepas kabar dari sang terkasih. Telepon atau sekedar pesan singkat dengan durasi dan intensitas yang cukup tinggi pun tak terhindarkan. Mirip resep dokter cinta, minimal 3x sehari. Pagi, sore dan malam. Telpon itu pun kembali bernyanyi.
Miss Ring-Ring dan teleponnya. Sebuah cerita yang tercipta dari telepon. Kerja bakti di mesjid dusun. Mesjid yang kapasitas muatannya lebih cocok disebut musallah itu akan menjadi tempat perayaan Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw. Selebrasi yang dianggap sakral oleh warga desa. Isra, Reni, Fitri, Nunu Rizal dan Kak Anca bersegera menuju tempat suci itu. Dua orang membebek, satu orang berperawakan kurus hitam kering yang hingga akhir sesi cerita tak juga kutahu namanya. Lainnya lelaki dengan pakaian gamis yang membalut tubuh mungilnya dan hampir-hampir saja menyapu lantai itu, selanjutnya kami sapa dengan kak Idris. Baju gamis yang membungkus kulit yang gelap itu juga mengenakan celak di mata. Mode yang kemudian menjadi bahan celaan bagi kami, para intelektualis gossip. Siapa yang menyangka.
Aktivitas bersih-bersih dengan 6 tambah dua personil itu pun terlaksana. Sempurna. Inventaris musallah, eh salah masjid maksudnya berupa piring-piring dan alat makan lainnya pun sudah bersih tercuci oleh tangan-tangan lentik Laskar Merak. Lantai juga sudah sedikit bersih. Setidaknya warna lantai tak lagi seburam yang dulu. Siap. Dua personil tambahan itu, juga menikmati pekerjaan barunya. Senyum mengambang, entah dengan makna dan maksud apa. Pendekatan ala lelaki desa pun kuyakin tak lepas dari agenda kedua lelaki itu. Akrab, itulah yang kumaksud. Tak lebih.
Sesaat setelah kegiatan itu. Maaf aku tak dapat merekamnya karena saat itu aku absen dari kebersamaan Laskar Merak. Sebuah nomor baru muncul di layar HP Miss Ring-Ring. Seperti biasanya, diangkatnya dengan hati-hati. Telepon dari kak Idris yang diminta untuk disambungkan ke Bu Desa. Intinya, masalah ayam potong. Sejurus kemudian dengan interval waktu yang juga tak sempat aku catat baik-baik, panggilan kedua mengantri. Bak tamu khusus buat Miss Ring-Ring. Mimik manis pun dipasangnya. Entah komunikasi apa yang terjadi. Ia menikmatinya perlahan tapi tak lama. Dari raut wajah itu, kami tahu sesuatu diluar kendali tlah terjadi. Fans misterius mungkin. Hal yang kuanggap lumrah. Tapi tidak, segera telepon itu ditutup. Dengan sedikit arogansi diri, Miss Ring-Ring pun berusaha menebak identitas lawan bicaranya itu. Tebakan yang diyakininya one hundred percent. Orang itu, orang yang baru. Bukan yang lain. Dia. Rizal yang diyakini memberikan nomor teleponnya itupun jadi sasaran kemarahannya. Kemarahan yang kuyakin juga menghadirkan sedikit rasa bangga. Wanita, kutahu. Sekitar 3 hari ke depan.
Gadis dewasa yang karena kejadian di telepon genggamnya itu pun berusaha menjaga jarak dengan pria yang kumaksud itu. Pria yang ternyata masih kerabat tuan rumah, lebih tepatnya kemanakan Bu Desa. Jaga jarak di awal namun kemudian berusaha tampil biasa-biasa saja. Sikap ramah dan wajar. Harapanku dan asa kami semua. Benar, ia banyak membantu urusan kami selama berada di desa ini. Keakraban yang kurasa ingin dia bangun pada “Ia” yang dingin. Hati yang mudah terbolak-balikkan, Tuhan. Sehari sebelum Ramadhan datang, kembali Miss Ring-Ring menelan ludah, memohon bantuan sang terdakwa.
Berbeda dengan Miss Ring-Ring yang terbiasa mengoceh di telepon genggam, aku juga sempat meleduk. So, I am a new Miss Ring-Ring? It’s right. Sepertinya. Harimau menerkam. Setajam kata yang terlontar dari mulut. Emosi yang rupanya melebihi keganasan binatang hutan itu. Aku, aku dan ketidakstabilan jiwaku. Pagi ini, 31 Juli 2011.
Pukul 08.00, jam dinding yang menggantung di ruang tamu itu mengiyakan kebenaran penglihatanku terhadap waktu. Mata rabun yang terus berkontraksi untuk memaksimalkan daya penglihatanku. Menyipit dan tiba-tiba melebar bak melihat hantu. Diikuti lontaran kalimat yang mirip sumpah serapah. Mirip dukun yang terus membacakan mantra pasien kesurupan. Sebut saja, Nenek Pakande, hantu yang menjadi cerita di masa kanak-kanak. Korban kemarahanku kali ini adalah Mister Ribut.
Seminar hasil program kerja yang rencananya dilaksanakan pukul satu siang nanti di kantor kecamatan jadi biangnya. Ia dengan sengaja tak memasukkan draft Bubuk Kakao yang telah kubuat ke dalam program Kerja. Mister Ribut, koordinator desa yang masih satu bendera Teknik Pertanian denganku itu dengan lugasnya menjelaskan alasan yang kuanggap sangat tidak rasional. Di luar akal kawan. Melayang di udara dan selanjutnya memantul ke telingaku. Dengarkan alibi yang dibangunnya. Simak dan jangan sampai terlewatkan.
“Saya kira bubuk kakao itu ke THP (baca: Teknologi Hasil Pertanian). Lagi pula bahan presentasi Tekpert dibagi dua, TP dan THP. TP itu alat dan mesin sedang THP itu produk”, penjelasan panjang Mr. Ribut yang tak kuhiraukan.
Adu argumen pun kembali terbangun di ruang keluarga yang juga difungsikan sebagai ruang nonton. Seperti biasa, ada yang pro padaku, selebihnya golongan putih (golput). Rasa kekurangpuasan yang ditimpa dengan rasa kurang menghargai usahaku pikirku. Bubuk kakao. Bubuk yang awal eksistensinya pun sempat disangsikan oleh rekan satu program studiku, mba Fitri. Bubuk kakao yang aku buat hanya dengan teori penepungan biasa. Bukan dengan teori mesin yang harus mengekstraksi lemak kakao. Memang, kakao itu aku produksi dengan teknik trial and errors alias teknik coba-coba dengan kuantitas sampel yang minim, 2 buah kakao. Apapun argumentasi penolakan karyaku itu, jangan pernah membuat aku memplagiat kalimat Tuhan,
“Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui”.
Waktu berlalu. Aku terjebak pada amarahku, tergulung oleh sebuah kalimat indah nan bijak, “kemarahan akan selalu berujung pada rasa malu”. Iya, aku benar-benar malu. Namun, maaf tak akan menjadi pamungkasku. Kata yang tak lagi memberi arti apa-apa dan merubah apapun. Cukup.
Hari terakhir bersama laskar Merah,,,
Seminggu lagi. Dunia kotak-kotak sebentar lagi akan aku dan yang lainnya tinggalkan. Program kerja KKN pun nyaris finish. Kusebutkan saja, tujuh hari mengajar adik-adik mengaji. Iya, membaca ayat Al-Qur’an dengan ilmu tajwid, ilmu yang mungkin aku pun tak begitu yakin menguasainya. Tapi itulah belajar, berbagi pengetahuan untuk mengenal Sang Guru sejati secara lebih dekat. Shalat sunnah Tarawih juga menjadi kegiatan rutin rekan-rekanku. Intensitas ibadah yang sepertinya memuncak di bulan Ramadhan. Satu lagi, acara bukber_buka puasa bersama menjadi aktivitas terakhir kami di desa yang kalau tak salah merupakan daerah administratif paling barat dari kecamatan Lappariaja. Penutup.
Suasana perpisahan di posko KKN pun berlangsung khidmat yang dipadu dengan air mata yang menetes di wajah ayu sahabat-sahabatku. Rasa yang mungkin berbeda 179 derajat dengan rasa di awal perjumpaan kami dengan Sang Empunya rumah. Jabatan hangat Pak Desa, Bu Desa dan Kak Idris mengantar kepergian kami menuju ke ibukota kecamatan. Untunglah, surat kejahatan akademik ala elit kampus tak kami sodorkan pada Sang Pemimpin kampung di hari-hari terakhir kami. Kertas yang mengiba untuk mengiyakan demontrasi penyuluhan fiktif yang digelar oleh seorang dosen di desa posko KKN kami. Parahnya, kertas itu beredar dengan sangat terorganisir. Kertas itu kutahu telah digenggam dengan rapi oleh Rizal pada 17 Agustus 2011 sesaat setelah upacara di lapangan bola Patangkai. Kertas tak tahu malu itu pun akhirnya diremas oleh kak Anca sebelum diaminkan oleh koordinator desa, Rizal. Aku turut mendukung terlemparnya kertas bertuah itu di tempat sampah yang tak lagi bersih. Sekotor tindakan si pengirim yang hampir saja diaminkan oleh rasa sungkan kami. Buru-buru kubuat status “Aku Tak Suka Denganmu”. Mudah-mudahan saja tak menjadi kado ulang tahun bagi negeri berlabel kolusi ini. Amin ya!..,
Laskar merah, aku menyebut seluruh pasukan KKN kampus merah Universitas Hasanuddin yang hari ini akan meninggalkan lokasi KKN di kampung Lappariaja. Riak-riak rasa berbaur di sana. Kebahagiaan, kesedihan, dan ekspresi biasa-biasa saja pun mencuat. Ah, akhirnya selesai juga. Sejuta ekspektasi yang mulai terbangun pasca kegiatan KKN di bumi Arung Palakka ini. Acara penyerahan kembali pasukan Laskar Merah di tangan pejabat kampus menyudahi kewajiban kami atas kalimat Tri Darma Perguruan Tinggi di siang itu. 21 Agustus 2011 pada penanggalan tahun Masehi menjadi akhir perpisahanku dengan mereka persis di hari penyembahan matahari_Sunday. Panas.
_Bersama Mereka_
Pattuku Limpoe, desa yang kini dan sebulan berikutnya akan menjadi ruang bagi aku dan mereka untuk melukiskan kisah. Mereka, rekan KKN di tempat dan waktu yang sama. Baiklah, kuperkenalkan mereka yang masih satu bendera denganku, mahasiswa fakultas pertanian. Bukan baru, tapi keegoisan jurusan yang membuat kami tak sempat saling mengenal nama di megagriya belajar yang sama, Universitas Hasanuddin di awal waktu. Isra, mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah, Nunu dan Reni mahasisawa proteksi dan Adi, Kak Adi lebih pantas bagi mahasiswa Agronomi yang satu tingkat di atas kami. Selebihnya, Rizal dan Fitri masih satu program studi denganku, Teknik pertanian. Hal tersebutlah yang menjadi informasi awal bagiku untuk berinteraksi dengan dia yang jamak. Perpaduan yang kuharap akan membuat kami tetap akur sebagai mitra dalam KKN Profesi ini setidaknya hingga akhir penarikan Kuliah Kerja Nyata ini. Amin, asaku.
Ini ceritaku bersama mereka, Sang Merak.
Hujan, tetesan air yang mengguyur tanah kampung yang mahasubur. Kesegaran yang bersumber dari campuran udara dan air pedesaan yang mendingin. Aku dan mereka puas. Terdamparnya kami di kediaman pemimpin desa_Kades tak lepas dari komando kepala kecamatan Lappariaja. Suasana kurang bersahabat menjadi panorama di awal kedatangan kami di desa ini_di kampung yang banyak ditumbuhi kelapa dan kakao. Bu Desa, yang selanjutnya kusebut BuDe bagiku dan mungkin bagi sebagian yang lain mulanya menunjukkan sifat kekurangramahannya pada kami, persis seperti alur cerita KKN yang kami tahu betul berasal dari mulut mereka, para veteran KKN. Entah, sifat atau memang pembawaannya seperti itu. Namun sepertinya, angin segar mulai menyapa. Sehari di sini, aura keramahan mulai meluap. Begitulah, kepribadian seorang wanita desa.
Tujuh gelas teh terhidang di atas meja. Air berwarna, aku istilahkan. Habituasi masyarakat desa untuk menyambut para tamu. Penyesuaian diri, inilah hal yang harus aku dan mereka lakukan segera. Shock terapy bagi kami yang memang dianggap tak menguntungkan sama sekali.
Sore menghilang. Langit memerah menyisakan cahaya yang sebentar lagi akan ditelan oleh kegelapan malam. Magrib, masa yang berada di antara siang dan malam. Allahu Akbar Allahu Akbar. Adzan melantun indah, menegaskan keesaan Tuhan. Momen terindah untuk bercinta dengan Sang Terkasih. Shalat, ibadah yang akan segera membangun komunikasi umat muslim dengan untaian rasa syukur. Air wudhu segera membasahi wajahku. Kerudung shalat yang masih bersembunyi di dalam koperku segera kubidik. Kuambil segera di detik-detik akhir sore itu.
Khusuk, shalat berjamaah kini aku dirikan di rumah tuhan. Kegiatan spiritual yang sempat terlalaikan olehku di masa-masa kuliah. Lama tak ke mesjid rasanya. Di sana, kembali kulihat tarian manusia yang memuji Sang Tuhan. Sejenak melupakan aktifitas keduniaan tuk meraih setitik iman pada keagungan-Nya. Senyuman manis anak-anak kecil yang sibuk menggelar sajadahnya turut menyapa kehadiran perdanaku di mesjid dan juga di desa ini. Fitri, Rizal dan Kak Adi juga ikut menyemayamkan jiwanya dengan lantunan zikir di akhir salam ibadah itu.
Rabb, sucikan jiwa yang kian mengalpakan_Mu.
-Dunia Kotak-kotak-
Ruang tidur, lebih tepatnya kamar berukuran tak kurang dari 4x5 meter menjadi tempat peristirahatan kami di posko KKN. Koper, tas jinjing hingga tas ransel ikut menyesakkan ruang ini. Fasilitas berupa ranjang kayu dan kasur tipis menjadi alas tidur bagi aku dan keempat rekan KKN putri lainnya. Ruang dengan ukuran yang hampir tak berbeda jauh juga menjadi ‘kandang’ bagi kedua pria rekan KKN ku. Ruang tidur putri ini yang kalau dapat aku deskripsikan langsung menghadap ke bagian halaman orang nomor satu di kampung ini. Dua kusen berdimensi cukup besar kemudian menjadi rangka jendela kaca bertirai kain putih itu. Eksotisme desa pun dapat kami lirik hanya dengan menempelkan mata-mata kami di depan ruang yang sekaligus menjadi ventilasi udara tersebut. Ruang ini terhubung dengan ruang tamu yang setiap saat selalu didatangi oleh para tamu dengan sejuta kepentingan. Dua pasang sofa bertengger di sana, menjadi pijakan para tamu yang hadir silih berganti. Kupikir tak akan alpa di bawah jam sepuluh malam.
Seminggu minus satu hari. Enam hari sudah kami mendekam dalam kamar ini. Kegiatan kami pun tak jauh berbeda dengan para tahanan di lapas. Makan dengan jadwal teratur, dialog singkat dan seperlunya, selebihnya tentulah istirahat. Mantap, tapi cukup membosankan. Tak ada aktivitas lebih yang telah kulakukan dalam seperempat bulan ini selain dari survey lapangan dengan metode wawancara untuk mengumpulkan data dan juga seminar program kerja yang kuanggap merupakan hal yang cukup urgen. Aktivitas berulang dalam ruang kotak-kotak ini jelas membuatku jenuh. Rekan KKN pria, Rizal dan Kak Adi jelas sedikit beruntung karena dapat menghirup udara kebebasan di luar sana. Mereka berangkat meninggalkan posko pasca seminar program kerja yang dilaksanakan sebelum Shalat Jumat untuk kembali ke Makassar. Satu tujuan, membawa kendaraan sepeda motor, mentaktisi sulitnya transportasi di daerah ini. Sebuah indikasi level desa yang memang masih dikategorikan desa tertinggal. Kondisi geografis desa memang menyulitkan transportasi untuk menyisir seluk di desa ini.
Sedikit cerita tentang mereka. Keakraban mulai terjalin diantara kami, meski kurasa masih terdapat sedikit gap yang meretas. Tak ada jadwal dan aturan khusus tertulis yang kami buat. Memasak, menyiapkan makanan, hingga mencuci piring dilakukan secara bergerombol. Kebiasaan komunal yang mungkin menjadi pertanda retasnya keegoisan diri. Isra ratunya menggoreng, Reni si Miss Lombok dan Nunu ahli pembuat teh. Tujuh gelas teh setiap harinya tak pernah alpa. Lain lagi, mba Fitri tukang bersih-bersih. Lalu, dua putra KKN. Rizal tak perlu kubahas baik-baik, teman satu jurusanku ini cukup telaten dan sigap. Kak Adi, yang pada awalnya agak sungkan dan pemalu pun akhirnya melebur bersama kami. Satu kesamaan denganku setelah kuamati, Jago ngemil. Oh ya, sementara aku hanya ahli dalam menggosok piring bekas. Aku tak ahli apa-apa dalam hal dapur. Kebiasaaan hidup selama kuliah hanya mengenalkanku pada budaya konsumtif. Semua serba beli. Ricecooker dan kompor lapangan di pondokan menganggur dalam waktu yang cukup lama. Memasak nasi dan mie instan, pangan andalan yang setia jadi penjejal perut. Warung nasi goreng dan bakso pun jadi antrian dari sederet lokasi yang aku jejali setiap harinya di kota Daeng. Alhasil, aku puntung dapur, dunia yang menurut sebagian orang mutlak dikuasai oleh para wanita. Terserah, its my life...
Aku dan mereka juga, masih dalam dunia kotak-kotak.
Keabsenanku
Absen yang menjadi penanda awalku di KKN. Secuil kotoran hitam melekat tepat di pangkal paha, mendekat ke bokong. Noda yang kemudian teridentifikasi sebagai campuran darah dan nana_bisul tunggal itu tumbuh subur di area itu. Awalnya kukira hanya benjolan biasa yang akan menghilang dengan sendirinya, namun kemudian semakin tak dapat terkendalikan. Ia semakin membesar, seperti itulah yang kurasakan dan sempat diiyakan oleh teman KKN perempuanku. Jelas, aku tak dapat mendeskripsikan keadaan penyakit yang bercokol di bagian belakang tubuhku tersebut. Akibatnya, rasa sakit dan perih pun menjangkitiku. Back to home, sebuah jalan yang kupilih untuk mengasingkan diri, mengalpakan diri dari mereka dan lingkungannya.
4 hari 3 malam, aku mendekap di rumah tanpa aktivitas berarti satu pun. MaTi, Makan dan tidur. Setumpuk aktivitas KKN pun nyaris aku tinggalkan. Kegiatan inti, seminar kecamatan akhirnya luput dari eksistensiku. Sebuah catatan penting bagi elit kampus untuk memberiku nilai tak berhuruf A. Ooo ya sudahlah.
Bisul. Aku tak mengerti tentang apa dan yang paling penting bagaimana menyembuhkan penyakit satu ini. Memang aku bukan dokter yang akan selalu menggaungkan kalimat tua mencegah lebih baik dari pada mengobati, namun aku juga tak tahu sama sekali cara untuk memberikan perisai dan memperbaiki sistem imunitas tubuhku terhadap serangan prajurit darah kotor tersebut. Tanteku, dengan sedikit rasa iba, menjejalkan berbagai ramuan penawar rasa sakit. Obat.
Tak ada perubahan berarti dari obat yang berharga tak kurang dari seratus ribu rupiah itu. Obat yang volumenya tak lebih dari 100 ml. Sudah tiga hari aku meninggalkan posko KKN. Hal yang tak kuduga sebelumnya, pengobatan mirip bekam justru jadi penyembuh yang mutakhir. Sang empu teknik mirip bekam ini pun tak lain adalah seorang pelayan yang bekerja di rumah makan milik familiku. Aku kembali dapat berjalan tanpa rasa sakit yang berlebihan setelah menepis rasa sakit akibat terapi yang berbahan gelas, kertas dan api. Syukur kupanjatkan.
Seminggu kemudian, aku kembali terkapar. Menambah keabsenanku dalam tarian Laskar Merak.
Topeng siapa?
Mentari menaik, meninggi menampakkan keperkasaannya menggeser kedudukan bulan yang menguasai malam. Hari yang kemudian menggulung menjadi minggu dan akhirnya membentuk bulan. Hari-hari KKN telah mencapai puncak 1 bulan, kini 27 Juli 2011. Bulan yang menurutku telah memberikan sedikit banyak pelajaran untuk hidup serumah dengan sepuluh karakter manusia, 6 rekanku dan 4 orang pemilik rumah. Jiwa asing yang kemudian terpadu, berintegrasi menjadi jiwa dengan riak-riak rasa.
Semua berubah. Mungkin bukan perubahan tapi sebuah tabir diri yang kemudian berusaha menampakkan originalitas diri. Tabir “jaga image” pun mulai terkikis bersama dengan gerakan jarum jam. Segudang kebiasaan buruk pun rasanya tak lagi mampu untuk kami bendung dari raga kami. Rasa malu dan sungkan yang awalnya menjadi tameng, topeng, dan penghalang pun mulai lepas dari pijakannya. Meski dengan perlahan. Sejuta aksi, mulai dari kentut sembarangan hingga membuat tumpukan sampah bungkusan jajanan menjadi kebiasaan baru kami. Aku, pastinya jadi debitor terbesar dalam hal tabungan sampah. Kumpulan sampah yang juga terkadang jadi sahabat tidurku.
Hidup dalam dunia kotak-kotak membuat aku, Fitri, Nunu, Isra dan Reni tak hanya lebih dekat secara spasial (baca: jarak) tapi juga secara psikologis. Sedikit gap dan rasa ego tak mungkin terhapus dari 30 hari kebersamaan kami. Itu hal yang lumrah tapi itulah bumbu dalam perjalanan kedewasaan kami. “Aku adalah aku dan kamu tetaplah kamu, namun kamu dan aku berada dalam kekitaan”, sebuah pegangan yang tetap membuat kami akur. Akh, banyak cerita tentang mereka.
Kebiasaan tidur di malam hari. Mendengkur, mengigau, menggerutukan gigi hingga membentuk peta di pipi bukan rahasia lagi. Topeng siapa? Super Rahasia yang tak mungkin terekspos, cukup aku dan mereka yang tahu.
Oh ya, ganti nama pemain. Pemain pertama, Kak Adi ganti Kak Anca. Sekedar untuk memecah kesungkanan, Kami sepakat untuk menggunakan sapaan Kak Anca saat matahari nongol dan Kak Dian saat mentari mengabur. Dian untuknya pantas dengan sifatnya yang agak-keperempuanan, sengaja atau tak sengaja. Tapi, memang cantik sih kalo memang bisa didandanin. Harapku, Peace Kak.. Tak masalah, nama lengkapnya memang Adiansyah Azhari. Peserta kedua yang ganti merk adalah Fitri, cewek dengan perawakan tomboy ini pun tak begitu saja lepas dari pantauan kami. Nama baru buatnya pun siap. Sama dengan Kak Anca yang memiliki dua nama dengan patokan waktu, Fitri pun rela dan harus ikhlas menerima sapaan Mba di pagi hari dan Abang di malam hari. Lain lagi Peserta ketiga, Rizal ganti dengan Mr. Ribut, peserta KKN satu ini sangat familiar dengan suara kerasnya. Hampir memekakkan telinga setiap lawan bicaranya. Telusur, kebiasaan menjejal telinga dengan headset mungkin jadi pemicu perubahan volume suaranya. Tanpa kontrol. Untuk sejauh ini, peserta yang lain belum siap ganti nama. Aman bos, tapi Apapun nama-Mu, minumnya tetap teh cangkir,..Nunu red.
Posko 9, umbul-umbul yang senantiasa aku dan mereka kibarkan. Warna berbeda yang kemudian menyatu dalam gradasi keindahan. Terlalu banyak waktu yang tersisakan oleh kegiatan kami yang hanya berkutat pada penyuluhan dan mengajar. Pengisi waktu kosong di malam hari, apalagi kalau bukan main kartu. Aturan permainan termasuk hukuman pun beragam. Mulanya, hukuman bagi Si Kalah hanyalah duduk jongkok tapi kemudian berkembang dengan berdiri, menjunjung bantal, hingga akhirnya menemukan hukuman andalan “mengenakan helm” yang kemudian disakralkan dengan dokumentasi kamera ala telepon genggam. Bau helm yang kupastikan akan menimbulkan aroma baru bagi rambut. Terjamin Anda harus kembali keramas. Apalagi, dengan “helm merah” yang merupahan helm terkeramat bagi setiap pemain. Bukan hal yang lain, baunya minta ampun. Milik siapa tuh? Untunglah, aku tak terlalu intens dalam permainan ini. Isra dan Mba lah yang sepertinya menjuarai pengenaan penutup kepala superbau tersebut. Ooo, mantap kata seniorku.
Di luar Kita
Cerita seputar dunia mistis pun tak boleh dilewatkan begitu saja. Desa berkembang dengan ritual dan mitos yang mungkin telah dinafikkan oleh sebagaian besar manusia yang menganggap dirinya modern tak terkecuali para mahasiswa KKN. Kalimatku, di luar kita. Terlalu banyak kabar tentang mereka yang tak selalu terjamah oleh mata_mistis yang mengalir dari satu posko KKN ke posko KKN lainnya. Berkumpul hingga membentuk kekuatan supermagic yang tak akan pernah bisa dicerna oleh otakku. Tapi seperti halnya gossip artis yang terus tayang di TV, cerita mistis pun tak luput dari bumbu-bumbu tambahan alias kalimat superrekaan. Bumbu penyedap untuk mempermantap cerita katanya. Nyaris Tumpah.
Konon. Sengaja kugunakan kata ini untuk mengkonotasikan kata yang terujar dari mulut ke telinga ini. Ada posko yang salah satu anggotanya kesurupan setiap malam Jum’at, suara hentakan kuda setiap malam rabu dan Jum’at dan suara makhluk tak berwujud yang menaiki tangga rumah panggung. Plus, ritual kelambu kuning dan putih yang dilakukan oleh seorang pemilik rumah yang sekaligus menjadi posko bagi rekan-rekanku di desa X. Semua cerita tersebut rupanya cukup menarik untuk diterbangkan oleh burung yang mengudara ke posko kami. Posko yang hampir saja ikut mendaki menggapai tingginya gunung.
Keberadaan makhluk di luar kita. Kalo yang satu ini, cukup tersorot oleh Nunu, rekan KKN yang tumbuh dan dibesarkan dengan budaya kota. Budaya kota yang mungkin meng-alpakan kalau tak dapat disebut sebagai pengabaian dunia lain. Problem utama dan terutama menurutku, Nunu dan rasa takutnya.
Kusen yang mebingkai jendela dengan teralis besi sebagai pengaman itu jadi bagian utama. Belum lagi WC yang menyatu dengan dapur dan terletak di bagian terbelakang rumah menjadi daerah ekstrim baginya di malam hari. Sayang, Urine yang telah tertampung di kandung kemih tak selalu meloloskan rasa takutnya itu. Akibatnya, dia butuh rekan yang akan menemaninya ke ruang yang kujamin mengalirkan rasa ketakukan yang tak biasa. Terangnya cahaya lampu ternyata tak sukses untuk mengusir sebagian rasa takut yang sebenarnya tercipta olehnya sendiri. Isra atau fitri pun setia jadi pengawalnya. Mengganggu tidur pulas keduanya, kuyakin. Isra sebenarnya juga berada pada level ketakutan namun sedikit berada di bawah zona ketakutan yang dimiliki Nunu. Sebelas duabelaslah. Kalo mba Fitri, jangan ditanya. Lolos.
Kuingat, di awal kedatangan kami. Di awal malam maksudku. Suara aneh yang hanya ditangkap oleh indera pendengarannya itu membuatnya terbangun di malam hari dan berusaha mematikan rasanya dengan menutup kedua matanya. Keesokan paginya, ketika langit masih memerah, Nunu dengan selangit rasa penasarannya mencari jejak suara yang dinggapnya tak lagi lazim itu. Aku dan yang lainnya pun berusaha untuk menenangkannya. Bukan menenangkan, tapi lebih ke tindakan pemberian petuah ala gadis desa. Mereka pasti ada tapi bertoleransilah. Iya, semua akan baik-baik saja bila tak ada yang merasa lebih dari yang lain alias Takabur. Ok, I’m fine.
Terakhir, Nunu mendengar suara jeritan yang besar dan perlahan menghilang di bagian belakang rumah. Menghilang di balik rimbunnya daun pohon kakao yang mencoklat. Kondisi mental inipun tak disia-siakan oleh Kak Anca untuk mem-boomingkan cerita-cerita hantu serial terbaru. Cerita yang sungguh membuatku mual. Dasar…
Aku dalam Potret-Nya
Foto. Dokumentasi sesaat yang dapat merekam segalanya. Deret cerita lewat gambar. Hampir semua aktivitas kami terekam lewat kamera Handphone. Maklum, kamera digital tak menjadi persiapan kami di hari yang lalu. Kami luput dan akhirnya harus puas dengan kemampuan kamera telepon genggam yang tak lebih dari 3,5 megapixel itu. Ekspresi tergambar dalam setiap potongan foto dalam berbagi fose. Handphone andalan masing-masing menyimpan gambar yang dianggap menarik. Menarik untuk disimak..
Aku dengan sekelumit kegiatan ala KKN pun tak luput dari terkaman alat optik tersebut. Cepretan kamera yang akhirnya sempat mencuatkan satu negative image untukku dan kak Anca. Kegiatanku mengajar, bukan tapi bermain dengan anak-anak Pak Desa di hari kedua KKN-ku didokumentasi tanpa ijin oleh mahasiswa semester 9 ini. Setidaknya ada 3 foto aktivitas social awalku itu yang kemudian dilanjutkan dengan foto-foto survey lapangan yang aku, fitri dan dia lakukan bersama pagi itu. Kumpulan foto kehadiran diriku yang intens di HP Kak Anca pun segera digubris oleh Nunu dan Reni. Mereka memberikan warning kepadaku. Shock. Klarifikasi pun segera kulakukan. Foto-foto survey memang banyak menampilkan aku sebagai aktris sebab akulah yang mewawancarai warga sementara penanggungjawab untuk mengambil gambar adalah Kak Anca. Foto aku yang sedang bermain dengan ketiga kolega kecil pak Desa pun dapat kubenarkan lantaran Kak Anca memang berada di ruang tamu, ruang yang menjadi spasio bermain aku dan sang bocah kala itu. Sebuah tindakan iseng yang didukung oleh rasa tidak sadarku. Clear kan? Konsumsi pribadi. Tak lebih. Potret yang kuharap itu akan menjadi kenangan baik diantara aku, kamu dan dia di hari kemudian.
Kamuflase foto tak juga usai di sini. Reni dan rekan satu profesinya, Nunu pun tak berhenti melancarkan serangan ke arahku. Selalu dan selalu. “He likes you”, papar mereka berulang yang diikuti dengan alibi penguat argumen. Untunglah, Fitri dan Isra juga sepakat menjadi Miss No Comment. Secepatnya, kalimat ampuhku mengudara untuk menghindari kondisi yang terbangun dari tak sekedar prasangka itu. Kuujarkan “Semua biasa-biasa saja” untuk mengakhiri dialog tak penting itu. Kak Anca yang sudah memiliki teman dekat yang terbilang cantik itu memang tak kunafikkan juga memiliki pesona. Pemandangan klasik. Namanya juga makhluk.
Sebuah hal yang wajar dan sangat lumrah memang bila muncul rasa kekaguman diantara aku dan mereka. Kekaguman yang dapat saja membuncah lewat kebersamaan. Meski sesaat dan akan pudar bersama waktu. Akhirnya walau belum tuntas, Duo Nunu-Reni men-stop aksi menjodohkan aku dan Sang Senior yang dianggap mereka cukup klop. Tapi berkebalikan dengan mereka, aku sama sekali tak merasakan sinyal dengan gelombang dan frekuensi yang serupa. Kalau dipaksakan untuk dipikir-pikir sekalipun, kesamaan hanya ada pada warna kulit kami yang agak terang. Just it, no more.
Laskar Merak meski juga tak bertelanjang telah mempertontonkan cerita lewat potret-potret illegal yang secara bergantian dilakukan oleh para personilnya. Acak dengan sejuta warna. Merah, kuning, hijau berbaur.
Aku dalam potret-Nya, tak begitu istimewa. Biasa-biasa saja.
Cinta Fitri Sesi Kum_Kum
Kisah hantu dan makhluk halus lainnya sudah terasa bosan bagi kami, Basi. Lanjut kisah asmara. Uii prekitiew,,
Kisah percintaan Romeo dan Juliet pastinya tak akan ditemukan di sini. Apalagi kisah romantic ala Raja India pembangun Taj Mahal, Never ever dech. Tapi tunggu dulu, kopian kisah asmara ya tetap ada pastinya. Tebak siapa dia? Sabar, ini dia ceritanya.
Interaksi. Jadi pemicu. Pertemuan dengan orang dan lingkungan yang serba baru. Menilik asal-usul percintaan, maaf aku bukan expertnya. Tapi akan kucoba membahasnya secara proporsional dengan teoriku sendiri. Sepakat? Up to me.
Mata. Kami peserta KKN_laskar Merak juga manusia. Manusia yang seharusnya bersyukur atas karunia luar biasa dari Sang Pengamat Sejati, Tuhan. Kado teristimewa sebagai makhluk yang dapat menikmati keindahan buana indah melalui mata mata kami. Mata, indera penglihatan yang kekuatannya melebihi kamera megapixel apapun di dunia ini. Mata_superkamera itulah yang membuat aku dapat memotret sejuta objek dan menyimpannya dalam memori otak. Tanpa batas dengan pantulan cahaya tentunya. Mata, yang kuyakini telah membantu aku untuk membaca alphabet A hingga Z, mengenal angka 0 sampai 9, dan membedakan hitam dan putih hingga zona abu-abu. Dengan mata aku menganal manusia lain yang tentunya tidak sama denganku. Itulah mengapa mata kusebut sebagai harta termahal yang dimiliki oleh setiap insan. Tak akan mungkin kutukar dengan barang terlux di dunia ini. Weiits, lalu apa kaitannya dengan Laskar merak? Mata, mengantar kami mengenal pesona.
27 Juni hingga 27 Juli 2011, tepat 30 Hari. Tiga puluh hari yang setalah kukalkulasi setara dengan 2.592.000 detik ini senyatanya telah menyimpan berbagai fragmen foto kehidupan kami_Sang Laskar Merak di desa yang terletak di kaki gunung. Seberkas cahaya dari Sang mentari telah mengenai beragam objek dengan aneka warna dan kemudian terpantul ke mata-mata kami. Ya, mata kami adalah lensa. Cermin yang selanjutnya akan memberikan respon tentang baik dan buruk. Cukup,,, Dari sekitar dua setengah juta detik tersebut, kami berinteraksi satu sama lain, berinteraksi di luar dunia kotak-kotak. Kegiatan utama KKN, penyuluhan di empat dusun di desa ini memaksa kami untuk berkomunikasi lebih dengan warga desa. Matalah yang membuat kami mengerti, mengenali, dan memahami makna pesan yang tertangkap pada lensa megapixel itu. Mata dan Hati, Pesona dan Rasa. Itulah bagian yang kumaksud. Penyuluhan yang berulang-ulang memberikan kami peluang untuk menebarkan pesona masing-masing. Pesona Laskar Merak yang elok karena paduan warna yang dimilikinya. Mereka menyimak lewat mata. Satu alasan, penguasaan Bahasa Bugis kami terkecuali Reni masih sangat minim. Komunikasi verbal yang sangat sayang aku lewatkan sebagai gadis berdarah Bugis.
Fisik adalah hal yang paling mudah untuk dicerna oleh mata. Mata dapat memberikan apresiasi atas apa yang telah ditangkapnya. Penilaian cantik tidaknya objek jelas adalah hasil kerja dari mata yang kemudian diaminkan oleh otak. Tak salah karena image memang terbentuk darinya. Begitupun dengan mereka, para warga desa. Pesona atas keindahan yang dengan sadar kami hadirkan kemudian ditangkap oleh mata mereka. Pesona kami atau salah seorang, salah dua, atau bahkan salah tiga dari kami mulai membias ke langit-langit desa.
Kum-Kum adalah cerita asmara awal. Hasil jepretan kegiatan seminar program kerja yang diadakan di kantor desa kini jadi tontonan kami di computer jinjing. Teramati baik-baik pada karya visual itu, posisi demi posisi. Seketika, hasil simakan menghasilkan celotehan dan cuap-cuap yang lebih mirip dengan celaan luarbiasa dari mulut-mulut kami. “Maccallako sempurna”. Satu objek jadi sorotan. Pria berkumis dengan jaket hitam selalu mengikuti posisi Fitri. Wets, Kum-Kum singkatan dari KUMIS. Fitri pun tak mampu melakukan konfirmasi atas gambar-gambar itu. Bukan tak mampu tapi tak boleh. Kini arisanmu saudara..
Jejak Kum-Kum tak berhenti di sini. Kunjungan ke rumah Mr.Kumis pun berlanjut. Sampai dua kali anggota Laskar Merak berkunjung ke sana. Dengan suguhan setianya, es manis berwarna cerah, kuning dan merah jambu, Pak Kumis menjamu kami. Tuturan dengan dialek Negeri Jiran masih kental pada dirinya. Dapat dipastikan dirinya pernah mengadu peruntungan di sana. Hasil survey kami membuktikan bahwa mayoritas warga desa ini memang kebanyakan pernah bekerja di Malaysia. Lanjut. Pesona Fitri, asal soppeng dan Isra, gadis Bau-Bau ternyata melekat di memorinya dan yang lain lewat meskipun keduanya tak hadir di tempat. Hal itulah yang dapat aku tangkap dari arah perbincangan dengan dirinya yang sekaligus menjadi tokoh masyarakat di kampungnya. Terpaksa, dengan rasa malu yang membumbung, aku dan tim laskar lainnya Rizal, Reni, Nunu dan Kak Anca yang saat itu hadir di kediaman Kum-Kum dan keluarga memperkenalkan nama dan asal kampung kami masing-masing. Nunu asal Makassar, Reni asal Pinrang, Kak Anca dari Bulukumba dan Aku sendiri berdomisili di kecamatan Lappariaja yang juga masih merupakan daerah administrative kampung ini. Bedanya, rumahku berada di Desa yang berbeda, Patangkai ibukota kecamatan.
Kum-Kum, yang maaf dengan segala hormat tak dapat aku sebutkan identitas aslinya inipun rupanya sangat ingin dekat secara emosional dengan laskar Merak. Bukti konkret, setelah kunjungan di rumahnya siang itu, ia dengan pakaian andalannya balik berkunjung ke posko pada sore hari. Entah dengan tendensi apa. Sekedar basa-basi atau memang undangan, memanggil kami untuk melihat suasana kampung yang masih berada pada agenda perayaan tujuh belas agustusan. Pun, saat penyuluhan ia hadir sekali lagi dengan kostum andalan yang kemudian secara diam-diam kami abadikan dengan kamera HP. Maaf, kami tidak bermaksud hanya berniat Pak. Asyik, cecandaan sesekali pun kami lontarkan pada dua tokoh utama Fitri dan Isra. Keduanya pun kikuk. Puncaknya ketika Isra harus membawakan materi penyuluhan pembuatan kompos. Mata, menyorot bagai lampu jalan. Luar biasa, pesona kalian,…
Kum-Kum dan es lilinnya berakhir di sini, tapi tidak di posko. Baju pink yang jarang atau sama sekali tak pernah kulihat mengena di tubuh padat gadis berdarah Jawa itu sebelumnya, beberapa kali digunakannya di posko. Peluru baru yang siap kutembakkan ke gadis yang ahli karate ini. Pesona yang kupaksakan untuk dikaitkan dengan segala hal yang berbau Tuan Kum-Kum. Inikah cinta Fitri sesi 7 yang tayang di laptop ? Kita lihat saja nanti.
Bocil Vs Vampir Cina,,,
Malam menanti. Dinginnya angin pengunungan yang berhembus tak mampu lagi dibendung oleh jaket tebal yang menyelimuti diri. Terlalu dingin. Sunyi, tanpa aktivitas apa-apa setelah jam makan malam jam delapan tadi usai. Hanya longlongan anjing rumah yang menggema. Sesaat kemudian, anjing-anjing lainnya ikut berseru spontan, seakan menyoraki kami untuk tidak terus bersembunyi di balik dinginnya hempasan udara bergerak itu. Juga kehampaan, rasa yang mendera di dada. Rasa yang kemudian membangkitkan harapan untuk tak lagi berdiam diri. Keluar dari dunia kotak-kotak. Segera, Kertas tebal berpress itu_Kartu melekat pada tangan-tangan kami. Bermain di teras rumah yang sesungguhnya membuat kami sedikit berani mengadu nyali dengan suhu udara yang kurang bersahabat. Reni, tak berani melawan udara itu, terus mendekam dalam dunia kotak-kotak sambil bercuap dengan handphone miliknya. Kesadaran akan resiko yang dia dan juga aku yakini dapat men-drop kondisi kesehatan. Meski ikut bertandang di luar, Aku sendiri tak ikut bermain, hanya duduk di satu dari dua kursi yang menganggur di bagian depan rumah itu. Mr. Ribut menyontek, duduk di kursi lainnya dan ikut menyaksikan keindahan bintang yang berhamburan di langit. Keindahan yang jarang kunikmati di kota Daeng. Satu, dua kali menyumbang celaan pada pemain kartu kurang pihawai yang bernasib kurang beruntung.
Handphone, pusaka yang tak hanya menjadi sumber informasi tetapi juga merangkap menjadi benda penghibur bagi kami. Audio berisi lagu-lagu dengan berbagai jenis aliran music mengalir dari benda elektronik itu. Menyibakkan lirik-lirik percintaan yang kuanggap cukup basi. Namun tidak bagi keempat pemain kartu ini. Mereka seakan larut dengan untaian kata-kata Sang puitis. Tak ada lagi keluhan udara dingin meski hanya dengan lapisan sarung sebagai penambal jaket. Kak Anca, Mr Ribut dan Fitri tak sungkan menggulung sarung yang dikenakannya. Sesekali membolak-balikkan kain lokal tersebut. Kalian bertiga lucu, mirip sekali dengan penjaga pos ronda. Rasa takut pada dingin pun segera sirna. Pupus.
Indahnya panorama langit yang tertangkap oleh kedua mata kami semakin disyahdukan dengan hentakan kecil music yang terus berkomat-kamit. Hingga,
“Berikan cintamu, juga sayangmu, percaya padaku ku akan menjagamu hingga ujung waktu…….” Sudah, jujur aku tak tahu lirik selanjutnya.
Kalimat puitis yang kini menjadi penghibur dari musik Band Ungu.
Tunggu sebentar, ada perubahan yang tak kuperhatikan. Isra, ia memohon manja untuk tak melanjutkan lagu yang sedang terputar oleh telepon genggam Kak Anca. Whats wrong guys? Ditanya kenapa, jawabannya Dua kata. Jangan dan Ganti.
“Jangan, jangan, pokoknya jangan. Ganti, ganti, ganti!!!
Sesegera, tangannya berusaha meraih HP merk Samsung setelah komandonya tak diindahkan siapapun. Namun gagal, Kak Anca jauh lebih sigap
“Iya, diganti”, Kak Anca segera connect. Tumben,,
“Kenapakah?” lanjutnya penasaran sambil menekan keypad telepon selulernya itu.
Keusilannya kembali. Lagu dengan lirik yang sama terulang kembali, segera Isra histeris. Menjerit. Ganti!!!
Permainan berlanjut. Kunikmati keindahan malam, bersama sahabat-sahabat baruku. Bersama permainan dan candaannya. Puas dan sedikit rasa kesal yang tersisa.
Lagu yang tak kutahu pasti judulnya itupun selalu menjadi jurus ampuh kami untuk menaklukkan si Bohai, Isra. Bohai, kata yang agak kami pelesetkan dari julukan bocil yang diberikan oleh Kak Anca pada Isra. Bocil. Bondeng dan Kecil. Bondeng yang merujuk ke arti gemuk. Bodi mahasiswi Jurusan Ilmu Tanah ini memang semakin memadat, montok semenjak KKN. Deskripsi kegemukan yang ikut diaminkan oleh aksi puasa dietnya. Kondisi badan yang dianggap sangat kurang ideal ini juga dibenarkan oleh foto-foto pra KKN yang ada di HP miliknya. Selanjutnya, kecil yang kutafsirkan lebih mengarah ke postur yang kurang tinggi, juga sepertiku. Semampai. Satu Setengah meter tak Sampai. Bocil atau Bohai, sama saja. Rasa penasaran Kak Anca alias Vampir Cina itu semakin deras seolah mengikuti aliran arus sungai di tepi kampung.
Oh ya, Sejarah pemberian nama Vampir Cina juga harus diuraikan biar impas. Warna kulit yang agak terang (baca: putih tapi tidak bersih, hehehe) dan mata yang sipit membuatnya tampak seperti peranakan cina. Kopiah, penutup kepala dengan desain kain teruntai di bagian tengah atas plus sarung berwarna terang yang menjadi seragam andalan ketika menuju Rumah Tuhan itulah yang membuatnya menyerupai hantu khas Cina, Vampire. Jadilah ia Vampire Cina. Sisanya, tunggu keahlian melompat yang belum diperagakannya. Cerita vampire Cina dan si Bohai terus berlanjut. Pertikaian lantaran lirik lagu yang memang sengaja diputar. Sudah diskenariokan matang-matang. Sematang usia Vampire di Negeri Panda. Mulai dari jam makan, istirahat hingga malam pembuka tidur apalagi, jadi momen teristimewa untuknya. Kalau sudah begini, Isra pun tak akan membuat jurus baru. Cukup dengan stop bicara, mengurung diri di kamar, dan kalau tak bisa dibendung lagi ya, akhirnya terluapkan ngenge deh (menangis). Puas pun semakin dikantongi si Vampire.
Bohai dan Vampire, dua mahluk yang terus berseteru di perguruan komedi laskar Merak. Kami, seringkali tanpa aspek kesengajaan melagukan kembali lirik-lirik itu seakan tak mengindahkan keberadaan rekan kami, Isra. Spontan, ia pun menunjukkan rasa kekurangsukaannya. Respon, yang dapat kami tangkap dan segera menyadarkan kami untuk segera menutup mulut. Tapi sobat, kalau boleh melakukan pembelaan semua itu bersumber dari doktrin Vampir Cina yang selalu memutar lagu itu setiap kamu tak bersama kami. Percaya atau tidak, minumnya tetap teh cangkir,,,
Tapi bukan Isra namanya bila ngambek lama-lama. Tak tahan sama godaan Mba Fitri. Iya kan? Marahnya malam, paginya sudah lenyap. Sekejap. Alhamdulillah, kata ustad Maulana. Baiklah Jamaah, kisah selanjutnya, masih berbicara tentang rasa tidak suka. Aktor dan aktris yang sama. Isra dan Kak Anca. Namun dengan cerita yang agak sedikit berbeda. Kompos. Penyuluhan tentang pembuatan pupuk organik itu, membuat sang Kreator untuk segera mengumpulkan bahan organik. Jerami pun dipilih lantaran menjadi potensi terbesar di tempat penyuluhan kami, yaitu padi. Wadah berupa ember berpenutup, kotoran sapi, larutan gula, hingga bioaktivator pun telah siap. Sisanya, jerami. Perintah untuk mengambilkan jerami pun dengan cepatnya terkomando ke Kak Anca. Perdebatan yang acapkali berulang menjadikan mereka partner yang cukup akrab. Kakak dan Adik. Kak Anca pun tak segan mengutak atik muka si Bocil, sapaannya. Mengacak rambut hingga menempelkan tangan ke dahi kalau tak bisa disebut dengan tamparan lunak sudah menjadi pemandangan biasa yang akan berakhir dengan kata khas Isra yang bernada jengkel. Ihhh,…Peran yang mungkin hanya diperankan oleh sepasang adik kakak. Akrab, untunglah. Eh ceritanya kok belok ke kanan sih. Apa sih, apa sih?
Aura manja dan pesona Isra yang biasanya berbinar kian meredup di awal pagi. Redup lampu tak lebih dari 5 Watt. Bisa ditebak. Satu sebab dan alasan, komando Isra ternyata tak digubris Kak Anca hingga hari H penyuluhan kompos. Iya, hari ini. Kesal dan bosan mungkin. Vampir kali ini juga kurang sensitive. Pukul 09.00, Time is over, saatnya melompat, go. Bukan, tapi siap jadi tukang ojek bagi kelima rekan KKN putri. Tarik Bang,
Reni dan Nunu, kedua mahasiswi Jurusan Proteksi dan Penyakit Tanaman ini sudah siap. Dandanan modis dan pakaian sepadan yang dianggap pas sudah memoles wajah dan badan mereka. Begitupun dengan alat dan bahan pembuatan pestisida nabati milik mereka. Penyuluhan Pertanian Terpadu untuk Tanaman Padi. Kami siap, tapi tidak untuk Isra. Jerami belum ada di sisa-sisa detik, lalu? biarlah angin yang berbisik.
Langkahku dan Fitri tergagap oleh bongkahan batu dan beceknya jalan akibat hujan yang baru saja mengguyur tanah berbatu pagi ini. Satu tujuan, menuju tempat penyimpanan jerami. Letaknya tak jauh dari posko, kira-kira dua ratus meter. Dua ternak sapi ikut berkandang di sana. Entah milik siapa. Tak peduli, rasa iba kami mengalahkan rasa hormat kami pada pemilik jerami. Pun, kedua sapi itu tak menghentikan kami untuk mengambil sekantong jerami tanpa izin. Kedua sapi itu hanya menjejalkan kedua bola mata yang semakin membulat. Mengiyakan atau mungkin saja membenarkan aksi nakal sok pahlawanku ini. Saatnya kembali ke posko. Aku menuruni tangga tempat penyimpanan jerami itu, kembali mata sepasang ternak itu memelototi aku dan fitri yang sudah berani menjadi Rua Pallukka. Pengalaman kotor yang akan membuat malaikat Pencatat Amal Buruk merekam aksiku minusku di awal hari itu.
Belum sampai kakiku menyentuh tanah, Isra datang dengan mata yang berbinar. Berkaca dan setelah itu siap menurunkan air mata. Perlahan. Bukan terharu, tetapi berusaha menghentikan aksiku. Tak usah katanya. Tak ambil pusing, kuturuni tangga secepat kilat, pulang. Kembali jalan becek menghampiri. Tepat di depan halaman depan posko, dua motor dengan pengendaranya siap mengaungkan media automobile itu, mengacuhkan wajah kami yang tak lagi menebar ria. Bergerak. Kak Anca tanpa banyak pengakuan rasa bersalah pun hanya menunggingkan senyum yang semakin membuat Isra kesal. Tak diliriknya. Andai kau tahu senior…
Penyuluhan keempat dan merupakan penyuluhan terakhir di desa ini. Berakhir. Jumlah petani yang hadir di penyuluhan pun semakin merosot drastis, tak lebih dari delapan orang. Namun tak memudarkan ambisi dan semangat kami untuk tampil mendekati noktah kesempurnaan. Anggota Laskar Merak yang bertugas memberikan pelatihan pembuatan kompos, Kak Anca dan Isra tampak kompak. Bagai tak terjadi apa-apa. Rasa kesal tidak tertumpah di sana setidaknya hingga akhir penyuluhan. Syukur dan salut, jiwa profesionalitas masih dijunjung tinggi. Esoknya, Isra kembali tersenyum, dan lusa siapa yang tahu. Perguliran waktu yang membuat Kak Anca_mahasiswa agronomi angkatan 2007 ini kembali berulah…
Miss Ring-Ring
Telepon berdering. Nada panggil HP ber-merk dagang Nokia itu berbunyi sejenak memecahkan kehampaan dunia kotak-kotak. Nada yang diikuti dengan getar. Semua tercengang dari tidur siang yang cukup pulas. Geger. Tak lama berselang, tangan itu meraihnya. Diikuti permohonan maaf atas keriuhan yang ditimbulkan alat komunikasi itu. Mengnggangu, sangat dan selalu.
Ok cerita tentang Ratu telpon alias Miss Ring-Ring. Reni, sesuai dengan julukan yang disandangnya, Gadis yang satu ini tak akan pernah rela bila harus berpisah dengan HP miliknya. Maklum saja, hubungan jarak jauh telah lama dijalaninya dengan seorang lelaki yang katanya berada di kota Palu, Sulawesi Tengah. Alhasil, HP adalah satu-satunya media komunikasi audio mereka. Ooo pantat hasan. Pantasan saja, ia tak rela melepas telepon yang berarti melepas kabar dari sang terkasih. Telepon atau sekedar pesan singkat dengan durasi dan intensitas yang cukup tinggi pun tak terhindarkan. Mirip resep dokter cinta, minimal 3x sehari. Pagi, sore dan malam. Telpon itu pun kembali bernyanyi.
Miss Ring-Ring dan teleponnya. Sebuah cerita yang tercipta dari telepon. Kerja bakti di mesjid dusun. Mesjid yang kapasitas muatannya lebih cocok disebut musallah itu akan menjadi tempat perayaan Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw. Selebrasi yang dianggap sakral oleh warga desa. Isra, Reni, Fitri, Nunu Rizal dan Kak Anca bersegera menuju tempat suci itu. Dua orang membebek, satu orang berperawakan kurus hitam kering yang hingga akhir sesi cerita tak juga kutahu namanya. Lainnya lelaki dengan pakaian gamis yang membalut tubuh mungilnya dan hampir-hampir saja menyapu lantai itu, selanjutnya kami sapa dengan kak Idris. Baju gamis yang membungkus kulit yang gelap itu juga mengenakan celak di mata. Mode yang kemudian menjadi bahan celaan bagi kami, para intelektualis gossip. Siapa yang menyangka.
Aktivitas bersih-bersih dengan 6 tambah dua personil itu pun terlaksana. Sempurna. Inventaris musallah, eh salah masjid maksudnya berupa piring-piring dan alat makan lainnya pun sudah bersih tercuci oleh tangan-tangan lentik Laskar Merak. Lantai juga sudah sedikit bersih. Setidaknya warna lantai tak lagi seburam yang dulu. Siap. Dua personil tambahan itu, juga menikmati pekerjaan barunya. Senyum mengambang, entah dengan makna dan maksud apa. Pendekatan ala lelaki desa pun kuyakin tak lepas dari agenda kedua lelaki itu. Akrab, itulah yang kumaksud. Tak lebih.
Sesaat setelah kegiatan itu. Maaf aku tak dapat merekamnya karena saat itu aku absen dari kebersamaan Laskar Merak. Sebuah nomor baru muncul di layar HP Miss Ring-Ring. Seperti biasanya, diangkatnya dengan hati-hati. Telepon dari kak Idris yang diminta untuk disambungkan ke Bu Desa. Intinya, masalah ayam potong. Sejurus kemudian dengan interval waktu yang juga tak sempat aku catat baik-baik, panggilan kedua mengantri. Bak tamu khusus buat Miss Ring-Ring. Mimik manis pun dipasangnya. Entah komunikasi apa yang terjadi. Ia menikmatinya perlahan tapi tak lama. Dari raut wajah itu, kami tahu sesuatu diluar kendali tlah terjadi. Fans misterius mungkin. Hal yang kuanggap lumrah. Tapi tidak, segera telepon itu ditutup. Dengan sedikit arogansi diri, Miss Ring-Ring pun berusaha menebak identitas lawan bicaranya itu. Tebakan yang diyakininya one hundred percent. Orang itu, orang yang baru. Bukan yang lain. Dia. Rizal yang diyakini memberikan nomor teleponnya itupun jadi sasaran kemarahannya. Kemarahan yang kuyakin juga menghadirkan sedikit rasa bangga. Wanita, kutahu. Sekitar 3 hari ke depan.
Gadis dewasa yang karena kejadian di telepon genggamnya itu pun berusaha menjaga jarak dengan pria yang kumaksud itu. Pria yang ternyata masih kerabat tuan rumah, lebih tepatnya kemanakan Bu Desa. Jaga jarak di awal namun kemudian berusaha tampil biasa-biasa saja. Sikap ramah dan wajar. Harapanku dan asa kami semua. Benar, ia banyak membantu urusan kami selama berada di desa ini. Keakraban yang kurasa ingin dia bangun pada “Ia” yang dingin. Hati yang mudah terbolak-balikkan, Tuhan. Sehari sebelum Ramadhan datang, kembali Miss Ring-Ring menelan ludah, memohon bantuan sang terdakwa.
Berbeda dengan Miss Ring-Ring yang terbiasa mengoceh di telepon genggam, aku juga sempat meleduk. So, I am a new Miss Ring-Ring? It’s right. Sepertinya. Harimau menerkam. Setajam kata yang terlontar dari mulut. Emosi yang rupanya melebihi keganasan binatang hutan itu. Aku, aku dan ketidakstabilan jiwaku. Pagi ini, 31 Juli 2011.
Pukul 08.00, jam dinding yang menggantung di ruang tamu itu mengiyakan kebenaran penglihatanku terhadap waktu. Mata rabun yang terus berkontraksi untuk memaksimalkan daya penglihatanku. Menyipit dan tiba-tiba melebar bak melihat hantu. Diikuti lontaran kalimat yang mirip sumpah serapah. Mirip dukun yang terus membacakan mantra pasien kesurupan. Sebut saja, Nenek Pakande, hantu yang menjadi cerita di masa kanak-kanak. Korban kemarahanku kali ini adalah Mister Ribut.
Seminar hasil program kerja yang rencananya dilaksanakan pukul satu siang nanti di kantor kecamatan jadi biangnya. Ia dengan sengaja tak memasukkan draft Bubuk Kakao yang telah kubuat ke dalam program Kerja. Mister Ribut, koordinator desa yang masih satu bendera Teknik Pertanian denganku itu dengan lugasnya menjelaskan alasan yang kuanggap sangat tidak rasional. Di luar akal kawan. Melayang di udara dan selanjutnya memantul ke telingaku. Dengarkan alibi yang dibangunnya. Simak dan jangan sampai terlewatkan.
“Saya kira bubuk kakao itu ke THP (baca: Teknologi Hasil Pertanian). Lagi pula bahan presentasi Tekpert dibagi dua, TP dan THP. TP itu alat dan mesin sedang THP itu produk”, penjelasan panjang Mr. Ribut yang tak kuhiraukan.
Adu argumen pun kembali terbangun di ruang keluarga yang juga difungsikan sebagai ruang nonton. Seperti biasa, ada yang pro padaku, selebihnya golongan putih (golput). Rasa kekurangpuasan yang ditimpa dengan rasa kurang menghargai usahaku pikirku. Bubuk kakao. Bubuk yang awal eksistensinya pun sempat disangsikan oleh rekan satu program studiku, mba Fitri. Bubuk kakao yang aku buat hanya dengan teori penepungan biasa. Bukan dengan teori mesin yang harus mengekstraksi lemak kakao. Memang, kakao itu aku produksi dengan teknik trial and errors alias teknik coba-coba dengan kuantitas sampel yang minim, 2 buah kakao. Apapun argumentasi penolakan karyaku itu, jangan pernah membuat aku memplagiat kalimat Tuhan,
“Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui”.
Waktu berlalu. Aku terjebak pada amarahku, tergulung oleh sebuah kalimat indah nan bijak, “kemarahan akan selalu berujung pada rasa malu”. Iya, aku benar-benar malu. Namun, maaf tak akan menjadi pamungkasku. Kata yang tak lagi memberi arti apa-apa dan merubah apapun. Cukup.
Hari terakhir bersama laskar Merah,,,
Seminggu lagi. Dunia kotak-kotak sebentar lagi akan aku dan yang lainnya tinggalkan. Program kerja KKN pun nyaris finish. Kusebutkan saja, tujuh hari mengajar adik-adik mengaji. Iya, membaca ayat Al-Qur’an dengan ilmu tajwid, ilmu yang mungkin aku pun tak begitu yakin menguasainya. Tapi itulah belajar, berbagi pengetahuan untuk mengenal Sang Guru sejati secara lebih dekat. Shalat sunnah Tarawih juga menjadi kegiatan rutin rekan-rekanku. Intensitas ibadah yang sepertinya memuncak di bulan Ramadhan. Satu lagi, acara bukber_buka puasa bersama menjadi aktivitas terakhir kami di desa yang kalau tak salah merupakan daerah administratif paling barat dari kecamatan Lappariaja. Penutup.
Suasana perpisahan di posko KKN pun berlangsung khidmat yang dipadu dengan air mata yang menetes di wajah ayu sahabat-sahabatku. Rasa yang mungkin berbeda 179 derajat dengan rasa di awal perjumpaan kami dengan Sang Empunya rumah. Jabatan hangat Pak Desa, Bu Desa dan Kak Idris mengantar kepergian kami menuju ke ibukota kecamatan. Untunglah, surat kejahatan akademik ala elit kampus tak kami sodorkan pada Sang Pemimpin kampung di hari-hari terakhir kami. Kertas yang mengiba untuk mengiyakan demontrasi penyuluhan fiktif yang digelar oleh seorang dosen di desa posko KKN kami. Parahnya, kertas itu beredar dengan sangat terorganisir. Kertas itu kutahu telah digenggam dengan rapi oleh Rizal pada 17 Agustus 2011 sesaat setelah upacara di lapangan bola Patangkai. Kertas tak tahu malu itu pun akhirnya diremas oleh kak Anca sebelum diaminkan oleh koordinator desa, Rizal. Aku turut mendukung terlemparnya kertas bertuah itu di tempat sampah yang tak lagi bersih. Sekotor tindakan si pengirim yang hampir saja diaminkan oleh rasa sungkan kami. Buru-buru kubuat status “Aku Tak Suka Denganmu”. Mudah-mudahan saja tak menjadi kado ulang tahun bagi negeri berlabel kolusi ini. Amin ya!..,
Laskar merah, aku menyebut seluruh pasukan KKN kampus merah Universitas Hasanuddin yang hari ini akan meninggalkan lokasi KKN di kampung Lappariaja. Riak-riak rasa berbaur di sana. Kebahagiaan, kesedihan, dan ekspresi biasa-biasa saja pun mencuat. Ah, akhirnya selesai juga. Sejuta ekspektasi yang mulai terbangun pasca kegiatan KKN di bumi Arung Palakka ini. Acara penyerahan kembali pasukan Laskar Merah di tangan pejabat kampus menyudahi kewajiban kami atas kalimat Tri Darma Perguruan Tinggi di siang itu. 21 Agustus 2011 pada penanggalan tahun Masehi menjadi akhir perpisahanku dengan mereka persis di hari penyembahan matahari_Sunday. Panas.
Kamis, 19 Mei 2011
BIODIESEL BIJI JARAK; SEBUAH SOLUSI DALAM MENGHADAPI KRISIS ENERGIA NASIONAL DAN UPAYA PENYELAMATAN LINGKUNGAN
Oleh Vivin Suryati (G621 08 252)
Ditulis dalam Ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) Tingkat Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, 2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Minyak bumi merupakan kebutuhan dasar bagi dunia. Minyak bumi umumnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar bagi kebutuhan transportasi dan mesin. Adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang beralih ke dunia industri menuntut ketersediaan minyak bumi yang tinggi. Namun demikian, meningkatnya permintaan minyak dunia ternyata tidak dapat diimbangi oleh produksi minyak bumi yang bersumber dari energi fosil yang semakin langka.
Krisis energi yang melanda dunia pada akhirnya akan mengalihkan perhatian pemerintah di seluruh dunia termasuk Indonesia untuk mencari sumber energi pengganti minyak bumi. Fokus energi alternatif tidak hanya pada ketersediaan minyak yang tetapi juga terkait pada isu lingkungan. Energi alternatif tersebut seharusnya tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan tetapi justru bersifat ramah lingkungan. Biodiesel, bioethanol dan biogas merupakan energi alternatif yang dianggap dapat menjadi bahan bakar yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.
Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak diesel atau solar. Terdapat banyak komoditas pertanian yang cukup potensial menjadi biodiesel, diantaranya adalah kelapa sawit, kelapa dan jarak. Akan tetapi pemanfaatan bahan pangan sebagai sumber energi alternatif secara tidak langsung akan mengganggu ketahanan pangan nasional dan isu krisis pangan. Biji Jarak pagar yang mengandung minyak 1590 kg/ha (Syah, 2006) dapat menjadi salah satu bahan dasar dalam pembuatan biodiesel.
Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Karya Tulis ini bertujuan untuk mengetahui peluang pemanfaatan biodiesel dari biji tanaman jarak di Indonesia dan mengetahui kontribusi tanaman jarak pagar dalam upaya kelestarian lingkungan.
Penulisan ini berguna sebagai informasi bagi masyarakat tentang pemanfaatan tanaman biji jarak sebagai bakan bakar organik (biofuel) dan juga sebagai literatur dalam kajian lingkungan.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jarak Pagar
Tanaman Jarak Pagar termasuk family Euphhorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu sehingga karakter biologinya tidak terlalu jauh berbeda. Berikut adalah klasifikasi tanaman jarak pagar (Hambali dkk, 2006):
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas Linn.
Tanaman jarak pagar memiliki beberapa varietas, yaitu cape verde, nicarugua, ife-nigeria, dan nontoksik mexico. Umur tanaman jarak pagar dapat mencapai 50 tahun. Dalam siklus hidupnya, saat berumur 6 bulan, tanaman jarak pagar sudah mulai berbuah secara produktif dan pada umur 1 sampai 3 tahun, tanaman jarak pagar sudah mulai berbuah secara stabil. Morfologi tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut (Priyanto, 2007):
1. Berupa perdu dengan tinggi 1 sampai 7 m, bercabang tidak teratur.
2. Batangnya berkayu, silindris, dan bila terluka mengeluarkan getah.
3. Daunnya berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut tiga atau lima, dengan tulang daun menjari memiliki 1 sampai 7 tulang utama. Warna daun hijau dengan permukaan bagian bawah lebih pucat dibandingkan dengan bagian atas. Panjang tangkai daun 4 sampai 15 cm.
4. Memiliki bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai dan berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul di ujung batang atau ketiak daun.
5. Buah jarak pagar berbentuk bulat telur, berdiameter 2 sampai 4 cm, serta berwarna hijau karena masih muda dan kuning jika masak. Buah jarak pagar terbagi menjadi tiga ruang yang masing-masing ruang berisi satu biji. Biji berbentuk bulat lonjong dengan warna coklat kehitaman. Panjang buah jarak adalah sekitar 2 cm dan tebal 1 cm.
Apabila tanaman jarak pagar ditanam sebagai tanaman pagar dengan jarak tanam 20 sampai 40 cm serta pencahayaan matahari yang terbatas, produktivitas biji tanaman ini 1 sampai 2 kg per pohon per tahun. Namun, jika ditanam dengan pencahayaan, pengomposan, dan pengairan yang baik, produktivitasnya bisa mencapai 2 sampai 5 kg per pohon per tahun.
Tanaman jarak pagar mudah beradaptasi dengan lingkungan. Bisa tumbuh baik di daerah yang memiliki ketinggian 0 sampai 2000 meter di atas permukaan laut dengan temperature 18 sampai 300C. Penanaman di daerah bertemperatur rendah (kurang dari 180C) bisa menghambat pertumbuhan tanaman jarak pagar. Sementara bila ditanam di daerah yang bertemperatur tinggi (lebih dari 350C) akan menyebabkan daun dan bunga berguguran,buah kering sehingga produksi menurun. Curah hujan yang cocok untuk tanaman jarak pagar adalah 300 sampai 1200 mm per tahun. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah yang kurang subur, asalkan memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH tanah 5 sampai 6,5.
Biodiesel Jarak Pagar
Pemanfaatan biji jarak sebagai minyak didasarkan pada kandungan minyak pada biji jarak yang cukup tinggi yaitu 1590 kg/hektar atau setera dengan
Tabel 1. Daftar Tanaman yang Mengandung Minyak
No Nama Tanaman Kandungan Minyak Per hektar Setara US gallon /acre
Kilogram Liter
1 Jagung 145 172 18
2 Jambu mete 148 176 19
3 Gandul 183 217 23
4 Kapas 273 325 35
5 Ganja 305 363 39
6 Kedelai 375 446 48
7 Kopi 386 459 49
8 Rami 402 178 51
9 Biji Labu 449 534 57
10 Ketumbar 450 536 57
No Nama Tanaman Kandungan Minyak Per hektar Setara US gallon /acre
Kilogram Liter
11 Wijen 585 696 74
12 Beras 696 828 88
13 Cokelat 863 1026 110
14 Kacang Tanah 890 1059 113
15 Lobak 1000 1190 127
15 Zaitun 1019 1212 129
16 Kemiri 1505 1791 191
17 Jarak pagar 1590 1892 202
18 Avokad 2217 2638 282
19 Kelapa 2260 2689 278
20 Kelapa sawit 5000 8950 635
Sumber : Syah, 2006
Pengembangan tanaman jarak pagar sebagai bahan baku diesel dibandingkan dengan tanaman lainnya adalah karena jarak pagar menghasilkan minyak yang tidak dapat dikonsumsi oleh manusia sehingga tidak mengalami persaingan dengan minyak untuk pangan. Indonesia sebagai daerah atau kawasan tropis mendukung pertumbuhan tanaman jarak (Syah, 2007).
Tanaman jarak pagar menghasilkan biji yang terdiri dari 60% berat kernel (daging biji) dan 40 % berat kulit. Satu daging biji terkandung sekitar 30% minyak SJO (Straight jathropa oil) dan 70 % sisanya berupa ampas. Biji jarak yang akan dipilih dalam pembuatan biodiesel adalah biji jarak kering dengan kadar air ideal 6%.
Biji jarak pagar yang telah terpilih dikukus dalam sterilizer dengan temperature 1700C selama 30 menit. Proses pengukusan bertujuan untuk menggumpalkan protein yang ada dalam biji jarak pagar sehingga proses ekstraksi berjalan secara efisien. Biji jarak yang telah dipanaskan digerus menggunakan mesin crusher untuk melepaskan bagian daging dan kulit bijinya, lalu dipisahkan menggunakan separator. Pengupasan biji juga dapat dilakukan dengan menggunakan tangan. Tahapan selanjutnya adalah pengepresan untuk menghasilkan minyak mentah jarak pagar (Priyanto, 2007).
Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengambilan Minyak dari Biji Jarak Pagar
Biodiesel diproses berdasarkan reaksi kimia yang disebut degan transesterifikasi. Proses ini pada dasarnya adalah mereaksikan minyak nabati dengan methanol atau etanol, yang dibantu dengan katalisator soda api (NaOH) atau KOH. Tranesterifikasi merupakan suatu reksi kesetimbangan. Untuk mendorong reaksi agar bergerak ke kanan sehingga dihasilkan metal ester (biodiesel) maka diperlukan metanol. Reaksi tranesterifikasi triglliserida dengan metanol untuk menghasilkan metal ester adalah sebagai berikut:
O
R1 C OCH2 HOCH2
O Katalis O
R2 C OCH +3CH3OH HOCH + 3R C OCH3
O
R3 C OCH2 HOCH2
Trigliserida Metanol Gliserol Biodiesel
Gambar 2. Reaksi Transesterifikasi
Diagram alir produksi biodiesel skala pilot plant (Hambali, 2006):
Gambar 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jarak
Minyak mentah jarak pagar atau minyak nabati ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Proses pemurnian dibagi menjadi dua yaitu proses pemisahan gum (degumming) dan pemisahan asam lemak bebas (netralisasi atau deasidifikasi). Degumming dilakukan dengan menambahkan asam fosfat ke dalam minyak, lalu memanaskannya hingga membentuk senyawa fosfolipid yang lebih mudah terpisah dari minyak. Kemudian dilanjutkan dengan proses pemusingan (sentrifusi). Netralisasi dilakukan dengan mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya hingga membentuk sabun. Bisa juga dilakukan dengan cara penyulingan (deasifikasi).
Proses pembuatan biodiesel diawali dengan memanaskan minyak jarak pada suhu 50 sampai 550C. Katalis (NaOH) dilarutkan dalam metanol pada wadah yang berbeda. Campuran katalis dan metanol dimasukkan ke dalam bejana minyak jarak. Untuk menghindari terjadinya penguapan metanol, campuran katalis dan metanol dimasukkan langsung pada bagian bawah bejana minyak jarak. Metil ester (biodiesel) sudah dapat diperoleh setelah 30 menit dan dapat dipisahkan dari gliserol yang terbentuk setelah didiamkan selama 24 jam (Hambali, 2006).
Terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi rendemen ester yang dihasilkan pada reaksi trasesterifikasi. Faktor tersebut adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis katalis yang digunakan, suhu reaksi, waktu reaksi, kandungan air, dan kandungan asam lemak bebas pada bahan baku yang dapat menghambat reaksi. Faktor lain yang ikut mempengaruhi kandungan ester pada biodiesel adalah kandungan gliserol, jenis alkohol yang digunakan pada transesterifikasi, jumlah katalis sisa, dan kandungan sabun.
Pada gambar 3 terlihat bahwa pada proses transesterifikasi, selain menghasilkan biodiesel, terdapat hasil atau produk sampingan yaitu gliserin (gliserol). Gliserin ini dapat dimanfaatkan dalam pembuatan sabun. Bahan baku sabun ini berperan sebagai pelembab (moistourising).
Biodiesel dalam Menjawab Kelangkaan Minyak Nasional
Aplikasi biodiesel jarak pagar secara langsung pada mesin diesel (pengganti solar fosil) masih jarang dilakukan. Mekasnisme pencampuran dengan kombinasi dan proporsi tertentu banyak diaplikasikan dalam pemanfaatan biodiesel. Pertama, biodiesel dicampur dengan solar, komposisi 20% biodiesel dan 80% solar (B-20). Kedua biodiesel dicampur dengan komposisi 10% biodiesel dan 90% solar (B-10).
Tabel 2. Produksi Biodiesel di Beberapa Negara Eropa (‘1000 ton)
Negara Tahun
2002 2003 2004 2005
Jerman 450 715 1088 1900-2100
Perancis 366 357 502 600-800
Italia 210 273 419 500-550
Austria 25 32 100 150
Negara Tahun
2002 2003 2004 2005
Denmark 10 41 44 30-40
Inggris 3 9 15 250
Sumber : harian Kompas, 2005 dalam Susilo (2006).
Di Indonesia, PT Pertamina (persero) hanya mampu menyediakan biosolar di empat SPBU di Jakarta dengan volume 10.000 liter per SPBU (2007). Volume biosolar yang masih sangat minim tersebut membuka peluang bagi pengembangan biodiesel. Hal ini didukung oleh usaha pemerintah yang menetapkan bahwa pada tahun 2010 biodiesel akan menggantikan 10% dari konsumsi solar bersubsidi (kebutuhan nasional 14,5 juta kiloliter pertahun)
Tabel 3. Proyeksi Timnas Pengembangan BBN akan Kebutuhan Biodiesel 2005-2010
Tahun Kebutuhan Biodiesel (Juta kiloliter)
2007 1,20
2008 1,22
2009 1,23
2010 1,24
Sumber : Bahan Departemen ESDM, diolah dalam (Priyanto, 2007)
Tabel 4. Perkembangan Kebutuhan Bahan Bakar Solar di Indonesia
No Tahun Keterangan
1 1996-1997 Kebutuhan Solar 19,3 juta kilo liter
2 1997-1998 Kebutuhan Solar 22,2 juta kilo liter
3 1999-2000 Impor BBM dalam negeri 31,707 juta barel
4 2000 Indonesia sudah mengimpor 5-6 miliar liter pertahun
5 2005 Subsidi solar sebagian besar dicabut dan harga disesuaikan dengan harga minyak dunia
6 2007-2015 Kebutuhan Solar 19,3 juta kilo liter
Sumber : Kompas, 18 Maret 2002 dalam Susilo, 2006.
Minyak jarak pagar diharapkan menjadi minyak atau lemak nonpangan sebagai bahan baku utama pembuatan biodiesel. Hambatan utama yang dihadapi dalam pengembangan biodiesel dari minyak jarak pagar adalah ketersediaan bahan baku yang masih sangat rendah, mengingat perkebunannya baru dikembangkan. Oleh karena itu, diperlukan percepatan usaha budi daya jarak pagar yang produktif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industry biodiesel nasional.
Jarak Pagar dan Lingkungan Hidup
Jarak Pagar dan Pemanasan Global
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Penelitian menunjukkan bahwa suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Pemanasan sebesar itu telah menimbulkan perubahan pada iklim bumi yang ditandai dengan meningkatnya jumlah presipitasi (baik berupa hujan maupun salju), perubahan pola angin serta aspek-aspek cuaca ekstrim seperti kemarau, presipitasi berat, gelombang panas dan intensitas topan tropis.
Penyebab terjadinya peningkatan suhu rata-rata pada permukaan bumi disebabkan karena siklus alami maupun karena aktivitas manusia yang berkontribusi pada peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca. Siklus alami meliputi variasi matahari dan efek umpan balik.
Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Pada dasarnya efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca, suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global. Berikut adalah Gas-gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global:
Tabel 5. Gas Rumah Kaca
Gas Rumah kaca Sumber
Karbon dioksida (CO2) Pembakaran bahan bakar fosil, transportasi, deforestasi, pertanian
Metan (CH4) Pertanian, perubahan tata guna lahan, pembakaran biomassa, tempat pembuangan akhir sampah, industry
Nitrous oksida (N2O) Pembakaran bahan bakar fosil, industri, pertanian
Hidrofluorokarbon (HFCs) Industri manufaktur, industri pendingin (freon), penggunaan aerosol
Perfluorokarbon (PFCs) Industri manufaktur, industri pendingan (freon), penggunaan aerosol
Sulfur heksafluorida (SF6) Transmisi listrik, manufaktur, industri pendingin (freon), penggunaan aerosol
Sumber : KLH (2004)
Hasil kajian ekologi modern dan lingkungan hidup (environmental studies) yang dilakukan para ilmuwan sudah memperingatkan bahwa pembakaran bahan bakar fosil sangat mungkin merubah susunan dan kandungan gas-gas yang berada di lapisan atas atmosfer bumi. Kondisi ini kemungkinan akan meningkatkan suhu rata-rata permukaan bumi. Peringatan tersebut sudah mulai terbukti pada tahun 1957, ketika ditemukan adanya peningkatan karbondioksida (CO2) di puncak gunung api Mauna Loa di Kepulauan Hawaii. Pada tahun 1995, suatu panel para pakar erkemuka dunia yang diorganisir oleh Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP) dan organisasi Meteorologi Inggris dan Universitas east Anglia melaporkan bahwa suhu permukaan bumi telah mencapai 14,84 0C, atau 0,660C lebih panas dari rata-rata suhu permukaan bumi selama ini. Kondisi di atas semakin membuka peluang penggunaan bahan bakar terbarukan.
Emisi biodiesel jauh lebih rendah daripada emisi diesel minyak bumi. Biodiesel mempunyai karakteristik emisi sebagai berikut:
1. Emisi karbon dioksida netto (CO2) berkurang 100 %
2. Emisi sulfur dioksida berkurang 100%
3. Emisi debu berkurang 40 sampai 60 %
4. Emisi karbon monoksida (CO) berkurang 10 sampai 50 %
5. Emisi hidrokarbon berkurang 10 sampai 50 %
6. Hidrokarbon aromatic polisiklik (PAH) berkurang, terutama PAH yang beracun, seperti : phenanthren berkurang 97%, benzofloroanthen berkurang 56 %, benzapyren berkurang 71 %, serta aldehida dan senyawa aromatic berkurang 13%
Kajian menunjukkan bahwa biodiesel dapat didegradasi secara biologis empat kali lebih cepat daripada bahan bakar diesel minyak bumi, yaitu mencapai 98% dalam tiga minggu. Akibat biodegradasi secara biologis, emisi dan bau yang tidak sedap dapat dikurangi. Dengan demikian, pemanfaatan biodiesel secara langsung akan berdampak pada upaya mengurangi laju pemanasan global.
Jarak Pagar dan Erosi Tanah
Erosi dapat juga disebut pengikisan atau kelongsoran merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air atau angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan/perbuatan manusia. Oleh karena itu, terjadinya erosi dapat dibedakan menjadi normal/geological Erosion dan Accelerated Erosion. Efektifitas tanaman dalam mencegah erosi tergantung pada tinggi dan kontinuitas kanopi, kerapatan penutupan lahan, dan kerapatan perakaran. Kelompok variabel yang dipengaruhi oleh system pengelolaan adalah tajuk tanaman, mulsa sisa-sisa tanaman, sisa-sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah, pengaruh residual pengelolaan tanah, dan interaksi antara variabel-variabel tersebut (Kartasapoetra, 2005).
Dari aspek kajian konservasi tanah, tanaman jarak pagar dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang rusak. Hal ini didukung oleh tanaman jarak yang mempunyai sistem perakaran yang mampu menahan air dan tanah sehingga tahan terhadap kekeringan serta berfungsi sebagai tanaman penahan erosi (Hambali, 2006).
Jarak Pagar dan Pertanian Organik
Kajian menunjukkan bahwa biodiesel dapat didegradasi secara biologis empat kali lebih cepat daripada bahan bakar diesel minyak bumi, yaitu mencapai 98% dalam tiga minggu. Akibat biodegradasi secara biologis, emisi dan bau yang tidak sedap dapat dikurangi.
Hasil samping biodiesel jarak berupa bungkil dapat sangat bermanfaat bagi lingkungan. Bungkil jarak mengandung protein hingga 60% yang apabila dilakukan proses detoksifikasi akan sangat berpotensi sebagai sumber pakan ternak. Kompos dan briket adalah pemanfaatan alain dari bungkil. Pemanfaatan sebagai kompos didasarkan pada kandungan unsur NPK pada ampas biji jarak tersebut. Berikut adalah kandungan pupuk organik pada bungkil jarak
Tabel 6. Kandungan Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) Ampas Biji Jarak dan Pupuk Kandang
Pupuk Organik Nitrogen(%) P2O5(%) K2O5(%)
Ampas Biji Jarak Pagar 4,44 2,09 1,68
Ampas Biji Jarak Kepyar 5,50 1,80 1,00
Sumber : Infotek Jarak Pagar, Volume 1, Nomor 3, Maret 2006 dalam Priyanto (2007).
Penggunaan pupuk organik akan mengurangi residu pestisida pada buah atau biji yang dihasilkan tanaman. Ampas biji jarak merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang dapat mensubtitusi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dan pestisida. Oleh karena itu, penggunaan ampas jarak sebagai pupuk secara tidak langsung akan mensosialisaikan pupuk organik kepada masyarakat, khususnya dalam lingkup petani.
METODOLOGI
Karya tulis ini menggunakan metode simulasi. Pada simulasi diperlukan data dan informsai dari berbagai sumber atau literatur. Data yang diperlukan antara lain adalah produksi biji jarak per pohon, komposisi biji, rendemen minyak biji jarak. Sedangkan untuk simulasi kontribusi jarak dalam penurunan laju erosi dilakukan dengan menggunakan data faktor tanaman ubi kayu, curah hujan, dan faktor erosi lainnya.
Produksi biodiesel dari tanaman jarak dan kontribusi tanaman jarak dalam penurunan laju erosi diprediksi dengan melakukan sebuah simulasi pada komputer dengan program Matlab 7.1. Hasil simulasi kemudian diplot dengan menggunakan Microsoft Excel untuk menggambarkan grafik Pendugaan Produksi Biji Jarak.
Program Pendugaan Produksi Biji Jarak menggunakan beberapa asumsi. Asumsi pertama adalah simulasi dilakukan pada lahan seluas 100x100 m atau 1 ha, dengan jarak tanam 1x1 meter. Asumsi kedua adalah program ini tidak memasukkan faktor gangguan hama dan penyakit tanaman dalam produksi tanaman jarak. Simulasi menampilkan komposisi dari kulit biji, kernel, bungkil, dan biodiesel (lampiran 1).
Program Pendugaan kontribusi faktor konservasi lahan dengan vegetasi terhadap laju erosi juga menggunakan batasan program yaitu faktor keseragaman tanah pada lahan. Diasumsikan bahwa terdapat dua lahan yang memiliki karakteristik yang sama namun dengan tindakan konservasi yang berbeda. Program simulasi (lampiran 3).
HASIL ANALISIS
Hasil
Berdasarkan informasi dan data yang telah diolah, maka diperoleh hasil analisis sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Simulasi Estimasi Produksi Biji Jarak
Tahun Biji Jarak (kg) Kernel (kg) Kulit Biji (kg) Bungkil (kg) Biodiesel(kg)
1 20000 12000 8000 8400 3600
2 20000 12000 8000 8400 3600
3 20000 12000 8000 8400 3600
4 20000 12000 8000 8400 3600
5 20000 12000 8000 8400 3600
6 40000 24000 16000 16800 7200
7 40000 24000 16000 16800 7200
8 40000 24000 16000 16800 7200
9 40000 24000 16000 16800 7200
10 40000 24000 16000 16800 7200
11 40000 24000 16000 16800 7200
12 40000 24000 16000 16800 7200
13 40000 24000 16000 16800 7200
14 40000 24000 16000 16800 7200
15 40000 24000 16000 16800 7200
16 40000 24000 16000 16800 7200
17 40000 24000 16000 16800 7200
18 40000 24000 16000 16800 7200
19 40000 24000 16000 16800 7200
20 40000 24000 16000 16800 7200
21 20000 12000 8000 8400 3600
22 20000 12000 8000 8400 3600
23 20000 12000 8000 8400 3600
24 20000 12000 8000 8400 3600
25 20000 12000 8000 8400 3600
Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2011.
Peranan tanaman jarak terhadap penurunan laju erosi dapat dilihat pada lampiran 4.
Apabila, data di atas direpresentasikan ke dalam bentuk grafik, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut
Gambar 4. Grafik Pendugaan Produksi Biodiesel Biji Jarak/ha
Pembahasan
Tanaman biji jarak diasumsikan akan berproduksi dari tahun pertama setelah penanaman hingga tahun ke-25. Pada tahun ke-1 hingga ke-5 produksi biji jarak hanya 2 kg/pohon/tahun. Memasuki tahun ke-6 sampai tahun ke-20, produksi biji jarak rata-rata meningkat menjadi 4 kg/pohon/tahun. Setelah tahun ke-20 produksi kembali menurun dengan hanya 2 kg/pohon/tahun. Asumsi ini didasarkan pada siklus produksi tumbuhan, dimana pada awal pertumbuhan, tanaman akan menghasilkan biji dalam jumlah yang masih sedikit. Setelah dewasa, tanaman akan berproduksi maksimal dan setelah itu, akan terjadi fase penurunan produksi hingga tanaman mati. Tanaman Jarak akan berproduksi maksimal pada tahun ke-5.
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada tahun pertama hingga tahun ke-5, biji jarak 20.000 kg dapat menghasilkan biodiesel 3600 kg. Biji jarak 40.000 kg dapat menghasilkan biodiesel 7200 kg. Untuk memnuhi kebutuhan biodiesel nasional (tabel 2) sekitar 1,2 jutakiloliter atau setara dengan 1,008378 jutakg, maka diperlukan 5,608 juta kg buah jarak. Bila produksi sebuah pohon jarak adalah 2 kg/pohon, maka untuk memperoleh biji jarak 5,608 jutakg jarak, maka dibutuhkan tanaman jarak 2,808 juta pohon dengan luas lahan 2,808 juta ha (jarak tanam adalah 1 x 1 meter). Menurut Hambali, dkk (2005), Lahan kritis yang potensial sebagai lahan tanaman jarak di Indonesia adalah Wilayah Indonesia Timur terutama Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, dan Papua.
Tabel dan grafik menunjukkan bahwa, produksi biodiesel dari tanaman jarak akan menghasilkan hasil samping yang dapat dimanfaatkan yaitu kulit dan bungkil. 20.000 kg biji jarak dapat menghasilkan 8400 kg bungkil atau setara dengan 42% dari biji jarak dan kulit biji 40%. Kalkulasi total ampas jarak yaitu kulit biji dan bungkil adalah 82% atau 16.400 kg merupakan jumlah yang sangat besar. Ampas jarak ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena mengandung unsur Nitrogen, Fosfor, dan Kalium (tabel 6).
Lampiran 4 menunjukkan bahwa tanaman jarak yang masih satu family dengan tanaman ubi kayu memiliki kontribusi dalam mengurangi laju erosi lahan. Hal ini terkait dengan fungsi tanaman jarak sebagai canopy (tanaman penutup lahan) sehingga akan mengurangi laju run off yang akan mengakibatkan terkikisnya lapisan atas tanah atau erosi. Hal ini sesuai dengan Kartasapoetra, (2005) bahwa efektifitas tanaman dalam mencegah erosi tergantung pada tinggi dan kontinuitas kanopi, kerapatan penutupan lahan, dan kerapatan perakaran. Kelompok variabel yang dipengaruhi oleh system pengelolaan adalah tajuk tanaman, mulsa sisa-sisa tanaman, sisa-sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah, pengaruh residual pengelolaan tanah, dan interaksi antara variabel-variabel tersebut. Adanya budidaya tanaman Jarak secara implisit dalam kapasitas besar akan mampu menyerap gas karbondioksida secara maksimal. Upaya ini akan mengurangi efek pemanasan global.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap kajian dan penelusuran literatur maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Untuk memenuhi kebutuhan biodiesel nasional 1,24 jutakiloliter diperlukan biji jarak 5,608 jutakg jarak dengan jumlah tanaman jarak 2,808 juta pohon dengan luas lahan 2,808 juta ha (jarak tanam adalah 1 x 1 meter).
2. Hasil samping produksi biodiesel berupa kulit biji jarak dan bungkil dapat dimanfaatkan sebagai kompos dan pakan ternak karena mengandung protein 60% .
3. Pembudidayaan jarak pagar dapat mengurangi laju erosi pada suatu lahan dan dapat mengurangi laju pemanasan global.
Saran
Tanaman Jarak Pagar merupakan salah satu komoditi pertanian yang memberikan peluang besar dalam upaya menangani krisis energi bahan bakar dan juga upaya penyelamatan lingkungan. Kajian dan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen minyak perlu dilakukan untuk menghasilkan biodiesel dalam kualitas dan kuantitas yang baik dalam upaya untuk mengimbangi kebutuhan energi yang terus meningkat yang diikuti dengan peningkatan volume kendaraan setiap tahun. Promosi budidaya jarak pagar perlu digalakkan dalam upaya menyelamatkan lingkungan dari polusi udara, pemanasan global dan juga erosi lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a, 2009. Adaptasi Pertanian dalam Pemanasan Global.
http://aa-pemanasanglobal.blogspot.com/2009/05/adaptasi-pertanian-dalam- pemanasan.html.
Anonim b, 2009. Dampak Global Warming. http://acehpedia.org/Dampak_Global_Warming. A
Anonim. 2010. Pemanasan Global. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global.
Aprimadini, Eva. 2008. Perubahan Iklim Global dan kaitannya dengan Pengendalian Pencemaran Air.
http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/perubahan-iklim-global-dan-kaitannya.htm.
Hambali, Erliza dkk. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Jakarta. Penebar Swadaya.
Kartasapoetra, A.G, dkk. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta.
Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi. Jakarta.
Susilo, Bambang. 2006. Biodiesel Pemanfaatan Biji Jarak Sebagai Alternatif Bahan Bakar. Surabaya. Trubus Agrisarana.
Syah, Andi Nur Alam. 2006. Biodiesel Jarak Pagar. Agromedia Pustaka.
Lampiran 1: Program Simulasi Produksi Biodiesel
% Program Menghitung Produksi Biodiesel dan Hasil Samping Limbah Jarak
A=10000; % Luas lahan dalam (m2)
Panjang=1;
Lebar=1;
disp ('PREDIKSI PRODUKSI BIODIESEL DAN HASIL SAMPING LIMBAH JARAK')
disp ('Waktu Biji_Jarak Kernel Kulit_Biji Bungkil Biodiesel')
disp ('(tahun) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)')
disp (' ')
JarakTanam=Panjang*Lebar;
Pohon=A/JarakTanam;
for i=1:5;
t=i;
Biji_Jarak=Pohon*2;
Kernel=0.6*Biji_Jarak;
Kulit_Biji=Biji_Jarak-Kernel;
BD=0.3*Kernel;
Bungkil=0.7*Kernel;
fprintf('%i %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f\n',t,Biji_Jarak,Kernel,Kulit_Biji,Bungkil,BD)
end
for i=6:20;
t=i;
Biji_Jarak=Pohon*4;
Kernel=0.6*Biji_Jarak;
Kulit_Biji=Biji_Jarak-Kernel;
BD=0.3*Kernel;
Bungkil=0.7*Kernel;
fprintf('%i %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f\n',t,Biji_Jarak,Kernel,Kulit_Biji,Bungkil,BD)
end
for i=21:50;
t=i;
Biji_Jarak=Pohon*2;
Kernel=0.6*Biji_Jarak;
Kulit_Biji=Biji_Jarak-Kernel;
BD=0.3*Kernel;
Bungkil=0.7*Kernel;
fprintf('%i %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f\n',t,Biji_Jarak,Kernel,Kulit_Biji,Bungkil,BD)
if i>=25
disp('Tanaman Jarak sudah tidak produktif lagi')
break
end
end
t(i)=t;
Biji_Jarak(i)=Biji_Jarak;
Kulit_Biji(i)=Kulit_Biji;
Kernel(i)=Kernel;
BD(i)=BD;
Bungkil(i)=Bungkil;
i_max=i;
for k=1:i;
end
fprintf('%i %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f\n',t(k),Biji_Jarak(k),Kernel(k),Kulit_Biji(k),Bungkil(k),BD(k))
plot (t, Kulit_Biji)
xlabel('Waktu (tahun)')
ylabel('Bungkil (kg/tahun)')
Lampiran 2 : Hasil Simulasi Produksi Biodiesel
PREDIKSI PRODUKSI BIODIESEL DAN HASIL SAMPING LIMBAH JARAK
Waktu Biji_Jarak Kernel Kulit_Biji Bungkil Biodiesel
(tahun) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
1 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
2 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
3 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
4 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
5 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
6 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
7 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
8 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
9 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
10 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
11 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
12 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
13 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
14 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
15 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
16 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
17 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
18 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
19 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
20 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
21 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
22 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
23 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
24 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
25 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
Tanaman Jarak sudah tidak produktif lagi
25 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
Lampiran 3: Program Simulasi Laju Erosi
Program Untuk Lahan 1 (Dengan Terrasering)
%PROGRAM PREDIKSI EROSI LAHAN DENGAN PERSAMAAN USLE
% Menghitung Nilai erosivitas hujan,
r=2.5608; % R adalah curah hujan tahunan
R=2.34*(r^1.98);
% Menghiting Nilai erodibilitas tanah,k
M=210; % tekstur tanah lempung berat
P=2; % permeabilitas lambat
S=2; % struktur tanah granuler halus
O=0.5; % persentase kandungan bahan organik pada tanah)
k=(2.713*(10^-4)*(12-O)*(M^1.14)+3.25*(S-2)+2.5*(P-3)/100);
%Menghitung Faktor panjang dan Kemiringan lereng,LS
L=1000; % panjang lereng dalam m
s=1; % kemiringan dalam satuan derajat
z=0.2; % konstansa yang bergantung pada nilai s
LS=((L/22)^z)*(0.006541*(s^2)+0.0456*s+0.065);
%Menginput faktor Tanaman penutup dan manajemen tanaman
C=0.8; % lahan ditanami dengan ubi kayu
%Menginput faktor Konservasi Praktis
P=0.04; % dilakukan sistem terrasering pada lahan dengan konstruksi baik
disp('TABEL HASIL SIMULASI ing EROSI LAHAN')
disp('waktu Erosi Tingkat Erosi')
disp(' ')
E_a=0;
for i=1:10;
t=i; %diasumsikan bahwa erosi akan berlanjut pada 10 tahun
E_a=E_a+(R*k*LS*C*P);
fprintf('%i %18.2f\n', t, E_a)
if E_a < 1.75
disp(' Tingkat Erosi Sangat Ringan')
elseif (E_a>1.75)&(E_a<17.50)
disp(' Tingkat Erosi Ringan')
elseif (E_a>17.50)&(E_a<46.25)
disp(' Tingkat Erosi Sedang')
elseif (E_a>46.25)&(E_a<92.50)
disp(' Tingkat Erosi Berat')
else
disp(' Tingkat Erosi Sangat Berat')
end
end
t(i)=t;
E_a(i)=E_a;
i_max=i;
for k=1:i_max;
end
fprintf('%i %4.2f\n', t(k), E_a(k));
plot(t,E_a)
xlabel('Waktu(tahun)')
ylabel('Erosi (ton/ha/tahun)')
Program Untuk Lahan ke-2
Pada program ini, nilai faktor konservasi praktis (P) diubah dengan nilai 1,00 (nilai P untuk tanah tanpa tindakan pengendalian erosi)
%PROGRAM PREDIKSI EROSI LAHAN DENGAN PERSAMAAN USLE
% Menghitung Nilai erosivitas hujan,
r=2.5608; % R adalah curah hujan tahunan
R=2.34*(r^1.98);
% Menghiting Nilai erodibilitas tanah,k
M=210; % tekstur tanah lempung berat
P=2; % permeabilitas lambat
S=2; % struktur tanah granuler halus
O=0.5; % persentase kandungan bahan organik pada tanah)
k=(2.713*(10^-4)*(12-O)*(M^1.14)+3.25*(S-2)+2.5*(P-3)/100);
%Menghitung Faktor panjang dan Kemiringan lereng,LS
L=1000; % panjang lereng dalam m
s=1; % kemiringan dalam satuan derajat
z=0.2; % konstansa yang bergantung pada nilai s
LS=((L/22)^z)*(0.006541*(s^2)+0.0456*s+0.065);
%Menginput faktor Tanaman penutup dan manajemen tanaman
C=0.8; % lahan ditanami dengan ubi kayu
%Menginput faktor Konservasi Praktis
P=1.00; %tidak dilakukan tindakan pengendalian erosi
%Menghitung Tanah tererosi
disp('TABEL HASIL SIMULASI EROSI LAHAN')
disp('waktu Erosi Tingkat Erosi')
disp(' ')
E_a=0;
for i=1:10;
t=i; %diasumsikan bahwa erosi akan berlanjut pada 10 tahun
E_a=E_a+(R*k*LS*C*P);
fprintf('%i %18.2f\n', t, E_a)
if E_a < 1.75
disp(' Tingkat Erosi Sangat Ringan')
elseif (E_a>1.75)&(E_a<17.50)
disp(' Tingkat Erosi Ringan')
elseif (E_a>17.50)&(E_a<46.25)
disp(' Tingkat Erosi Sedang')
elseif (E_a>46.25)&(E_a<92.50)
disp(' Tingkat Erosi Berat')
else
disp(' Tingkat Erosi Sangat Berat')
end
end
t(i)=t;
E_a(i)=E_a;
i_max=i;
for k=1:i_max;
end
fprintf('%i %4.2f\n', t(k), E_a(k));
plot(t,E_a)
xlabel('Waktu(tahun)')
ylabel('Erosi (ton/ha/tahun)')
Lampiran 4: Hasil Simulasi Laju Erosi
a. Lahan dengan Tindakan Konservasi (Terrasering)
TABEL HASIL SIMULASI EROSI LAHAN
waktu Erosi Tingkat Erosi
1 0.16
Tingkat Erosi Sangat Ringan
2 0.33
Tingkat Erosi Sangat Ringan
3 0.49
Tingkat Erosi Sangat Ringan
4 0.66
Tingkat Erosi Sangat Ringan
5 0.82
Tingkat Erosi Sangat Ringan
6 0.99
Tingkat Erosi Sangat Ringan
7 1.15
Tingkat Erosi Sangat Ringan
8 1.32
Tingkat Erosi Sangat Ringan
9 1.48
Tingkat Erosi Sangat Ringan
10 1.65
Tingkat Erosi Sangat Ringan
z
b. Lahan Tanpa Tindakan Konservasi
TABEL HASIL SIMULASI EROSI LAHAN
waktu Erosi Tingkat Erosi
1 4.12
Tingkat Erosi Ringan
2 8.24
Tingkat Erosi Ringan
3 12.35
Tingkat Erosi Ringan
4 16.47
Tingkat Erosi Ringan
5 20.59
Tingkat Erosi Sedang
6 24.71
Tingkat Erosi Sedang
7 28.83
Tingkat Erosi Sedang
8 32.94
Tingkat Erosi Sedang
9 37.06
Tingkat Erosi Sedang
10 41.18
Tingkat Erosi Sedang
Ditulis dalam Ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) Tingkat Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, 2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Minyak bumi merupakan kebutuhan dasar bagi dunia. Minyak bumi umumnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar bagi kebutuhan transportasi dan mesin. Adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang beralih ke dunia industri menuntut ketersediaan minyak bumi yang tinggi. Namun demikian, meningkatnya permintaan minyak dunia ternyata tidak dapat diimbangi oleh produksi minyak bumi yang bersumber dari energi fosil yang semakin langka.
Krisis energi yang melanda dunia pada akhirnya akan mengalihkan perhatian pemerintah di seluruh dunia termasuk Indonesia untuk mencari sumber energi pengganti minyak bumi. Fokus energi alternatif tidak hanya pada ketersediaan minyak yang tetapi juga terkait pada isu lingkungan. Energi alternatif tersebut seharusnya tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan tetapi justru bersifat ramah lingkungan. Biodiesel, bioethanol dan biogas merupakan energi alternatif yang dianggap dapat menjadi bahan bakar yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.
Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak diesel atau solar. Terdapat banyak komoditas pertanian yang cukup potensial menjadi biodiesel, diantaranya adalah kelapa sawit, kelapa dan jarak. Akan tetapi pemanfaatan bahan pangan sebagai sumber energi alternatif secara tidak langsung akan mengganggu ketahanan pangan nasional dan isu krisis pangan. Biji Jarak pagar yang mengandung minyak 1590 kg/ha (Syah, 2006) dapat menjadi salah satu bahan dasar dalam pembuatan biodiesel.
Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Karya Tulis ini bertujuan untuk mengetahui peluang pemanfaatan biodiesel dari biji tanaman jarak di Indonesia dan mengetahui kontribusi tanaman jarak pagar dalam upaya kelestarian lingkungan.
Penulisan ini berguna sebagai informasi bagi masyarakat tentang pemanfaatan tanaman biji jarak sebagai bakan bakar organik (biofuel) dan juga sebagai literatur dalam kajian lingkungan.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jarak Pagar
Tanaman Jarak Pagar termasuk family Euphhorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu sehingga karakter biologinya tidak terlalu jauh berbeda. Berikut adalah klasifikasi tanaman jarak pagar (Hambali dkk, 2006):
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas Linn.
Tanaman jarak pagar memiliki beberapa varietas, yaitu cape verde, nicarugua, ife-nigeria, dan nontoksik mexico. Umur tanaman jarak pagar dapat mencapai 50 tahun. Dalam siklus hidupnya, saat berumur 6 bulan, tanaman jarak pagar sudah mulai berbuah secara produktif dan pada umur 1 sampai 3 tahun, tanaman jarak pagar sudah mulai berbuah secara stabil. Morfologi tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut (Priyanto, 2007):
1. Berupa perdu dengan tinggi 1 sampai 7 m, bercabang tidak teratur.
2. Batangnya berkayu, silindris, dan bila terluka mengeluarkan getah.
3. Daunnya berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut tiga atau lima, dengan tulang daun menjari memiliki 1 sampai 7 tulang utama. Warna daun hijau dengan permukaan bagian bawah lebih pucat dibandingkan dengan bagian atas. Panjang tangkai daun 4 sampai 15 cm.
4. Memiliki bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai dan berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul di ujung batang atau ketiak daun.
5. Buah jarak pagar berbentuk bulat telur, berdiameter 2 sampai 4 cm, serta berwarna hijau karena masih muda dan kuning jika masak. Buah jarak pagar terbagi menjadi tiga ruang yang masing-masing ruang berisi satu biji. Biji berbentuk bulat lonjong dengan warna coklat kehitaman. Panjang buah jarak adalah sekitar 2 cm dan tebal 1 cm.
Apabila tanaman jarak pagar ditanam sebagai tanaman pagar dengan jarak tanam 20 sampai 40 cm serta pencahayaan matahari yang terbatas, produktivitas biji tanaman ini 1 sampai 2 kg per pohon per tahun. Namun, jika ditanam dengan pencahayaan, pengomposan, dan pengairan yang baik, produktivitasnya bisa mencapai 2 sampai 5 kg per pohon per tahun.
Tanaman jarak pagar mudah beradaptasi dengan lingkungan. Bisa tumbuh baik di daerah yang memiliki ketinggian 0 sampai 2000 meter di atas permukaan laut dengan temperature 18 sampai 300C. Penanaman di daerah bertemperatur rendah (kurang dari 180C) bisa menghambat pertumbuhan tanaman jarak pagar. Sementara bila ditanam di daerah yang bertemperatur tinggi (lebih dari 350C) akan menyebabkan daun dan bunga berguguran,buah kering sehingga produksi menurun. Curah hujan yang cocok untuk tanaman jarak pagar adalah 300 sampai 1200 mm per tahun. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah yang kurang subur, asalkan memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH tanah 5 sampai 6,5.
Biodiesel Jarak Pagar
Pemanfaatan biji jarak sebagai minyak didasarkan pada kandungan minyak pada biji jarak yang cukup tinggi yaitu 1590 kg/hektar atau setera dengan
Tabel 1. Daftar Tanaman yang Mengandung Minyak
No Nama Tanaman Kandungan Minyak Per hektar Setara US gallon /acre
Kilogram Liter
1 Jagung 145 172 18
2 Jambu mete 148 176 19
3 Gandul 183 217 23
4 Kapas 273 325 35
5 Ganja 305 363 39
6 Kedelai 375 446 48
7 Kopi 386 459 49
8 Rami 402 178 51
9 Biji Labu 449 534 57
10 Ketumbar 450 536 57
No Nama Tanaman Kandungan Minyak Per hektar Setara US gallon /acre
Kilogram Liter
11 Wijen 585 696 74
12 Beras 696 828 88
13 Cokelat 863 1026 110
14 Kacang Tanah 890 1059 113
15 Lobak 1000 1190 127
15 Zaitun 1019 1212 129
16 Kemiri 1505 1791 191
17 Jarak pagar 1590 1892 202
18 Avokad 2217 2638 282
19 Kelapa 2260 2689 278
20 Kelapa sawit 5000 8950 635
Sumber : Syah, 2006
Pengembangan tanaman jarak pagar sebagai bahan baku diesel dibandingkan dengan tanaman lainnya adalah karena jarak pagar menghasilkan minyak yang tidak dapat dikonsumsi oleh manusia sehingga tidak mengalami persaingan dengan minyak untuk pangan. Indonesia sebagai daerah atau kawasan tropis mendukung pertumbuhan tanaman jarak (Syah, 2007).
Tanaman jarak pagar menghasilkan biji yang terdiri dari 60% berat kernel (daging biji) dan 40 % berat kulit. Satu daging biji terkandung sekitar 30% minyak SJO (Straight jathropa oil) dan 70 % sisanya berupa ampas. Biji jarak yang akan dipilih dalam pembuatan biodiesel adalah biji jarak kering dengan kadar air ideal 6%.
Biji jarak pagar yang telah terpilih dikukus dalam sterilizer dengan temperature 1700C selama 30 menit. Proses pengukusan bertujuan untuk menggumpalkan protein yang ada dalam biji jarak pagar sehingga proses ekstraksi berjalan secara efisien. Biji jarak yang telah dipanaskan digerus menggunakan mesin crusher untuk melepaskan bagian daging dan kulit bijinya, lalu dipisahkan menggunakan separator. Pengupasan biji juga dapat dilakukan dengan menggunakan tangan. Tahapan selanjutnya adalah pengepresan untuk menghasilkan minyak mentah jarak pagar (Priyanto, 2007).
Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengambilan Minyak dari Biji Jarak Pagar
Biodiesel diproses berdasarkan reaksi kimia yang disebut degan transesterifikasi. Proses ini pada dasarnya adalah mereaksikan minyak nabati dengan methanol atau etanol, yang dibantu dengan katalisator soda api (NaOH) atau KOH. Tranesterifikasi merupakan suatu reksi kesetimbangan. Untuk mendorong reaksi agar bergerak ke kanan sehingga dihasilkan metal ester (biodiesel) maka diperlukan metanol. Reaksi tranesterifikasi triglliserida dengan metanol untuk menghasilkan metal ester adalah sebagai berikut:
O
R1 C OCH2 HOCH2
O Katalis O
R2 C OCH +3CH3OH HOCH + 3R C OCH3
O
R3 C OCH2 HOCH2
Trigliserida Metanol Gliserol Biodiesel
Gambar 2. Reaksi Transesterifikasi
Diagram alir produksi biodiesel skala pilot plant (Hambali, 2006):
Gambar 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jarak
Minyak mentah jarak pagar atau minyak nabati ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Proses pemurnian dibagi menjadi dua yaitu proses pemisahan gum (degumming) dan pemisahan asam lemak bebas (netralisasi atau deasidifikasi). Degumming dilakukan dengan menambahkan asam fosfat ke dalam minyak, lalu memanaskannya hingga membentuk senyawa fosfolipid yang lebih mudah terpisah dari minyak. Kemudian dilanjutkan dengan proses pemusingan (sentrifusi). Netralisasi dilakukan dengan mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya hingga membentuk sabun. Bisa juga dilakukan dengan cara penyulingan (deasifikasi).
Proses pembuatan biodiesel diawali dengan memanaskan minyak jarak pada suhu 50 sampai 550C. Katalis (NaOH) dilarutkan dalam metanol pada wadah yang berbeda. Campuran katalis dan metanol dimasukkan ke dalam bejana minyak jarak. Untuk menghindari terjadinya penguapan metanol, campuran katalis dan metanol dimasukkan langsung pada bagian bawah bejana minyak jarak. Metil ester (biodiesel) sudah dapat diperoleh setelah 30 menit dan dapat dipisahkan dari gliserol yang terbentuk setelah didiamkan selama 24 jam (Hambali, 2006).
Terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi rendemen ester yang dihasilkan pada reaksi trasesterifikasi. Faktor tersebut adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis katalis yang digunakan, suhu reaksi, waktu reaksi, kandungan air, dan kandungan asam lemak bebas pada bahan baku yang dapat menghambat reaksi. Faktor lain yang ikut mempengaruhi kandungan ester pada biodiesel adalah kandungan gliserol, jenis alkohol yang digunakan pada transesterifikasi, jumlah katalis sisa, dan kandungan sabun.
Pada gambar 3 terlihat bahwa pada proses transesterifikasi, selain menghasilkan biodiesel, terdapat hasil atau produk sampingan yaitu gliserin (gliserol). Gliserin ini dapat dimanfaatkan dalam pembuatan sabun. Bahan baku sabun ini berperan sebagai pelembab (moistourising).
Biodiesel dalam Menjawab Kelangkaan Minyak Nasional
Aplikasi biodiesel jarak pagar secara langsung pada mesin diesel (pengganti solar fosil) masih jarang dilakukan. Mekasnisme pencampuran dengan kombinasi dan proporsi tertentu banyak diaplikasikan dalam pemanfaatan biodiesel. Pertama, biodiesel dicampur dengan solar, komposisi 20% biodiesel dan 80% solar (B-20). Kedua biodiesel dicampur dengan komposisi 10% biodiesel dan 90% solar (B-10).
Tabel 2. Produksi Biodiesel di Beberapa Negara Eropa (‘1000 ton)
Negara Tahun
2002 2003 2004 2005
Jerman 450 715 1088 1900-2100
Perancis 366 357 502 600-800
Italia 210 273 419 500-550
Austria 25 32 100 150
Negara Tahun
2002 2003 2004 2005
Denmark 10 41 44 30-40
Inggris 3 9 15 250
Sumber : harian Kompas, 2005 dalam Susilo (2006).
Di Indonesia, PT Pertamina (persero) hanya mampu menyediakan biosolar di empat SPBU di Jakarta dengan volume 10.000 liter per SPBU (2007). Volume biosolar yang masih sangat minim tersebut membuka peluang bagi pengembangan biodiesel. Hal ini didukung oleh usaha pemerintah yang menetapkan bahwa pada tahun 2010 biodiesel akan menggantikan 10% dari konsumsi solar bersubsidi (kebutuhan nasional 14,5 juta kiloliter pertahun)
Tabel 3. Proyeksi Timnas Pengembangan BBN akan Kebutuhan Biodiesel 2005-2010
Tahun Kebutuhan Biodiesel (Juta kiloliter)
2007 1,20
2008 1,22
2009 1,23
2010 1,24
Sumber : Bahan Departemen ESDM, diolah dalam (Priyanto, 2007)
Tabel 4. Perkembangan Kebutuhan Bahan Bakar Solar di Indonesia
No Tahun Keterangan
1 1996-1997 Kebutuhan Solar 19,3 juta kilo liter
2 1997-1998 Kebutuhan Solar 22,2 juta kilo liter
3 1999-2000 Impor BBM dalam negeri 31,707 juta barel
4 2000 Indonesia sudah mengimpor 5-6 miliar liter pertahun
5 2005 Subsidi solar sebagian besar dicabut dan harga disesuaikan dengan harga minyak dunia
6 2007-2015 Kebutuhan Solar 19,3 juta kilo liter
Sumber : Kompas, 18 Maret 2002 dalam Susilo, 2006.
Minyak jarak pagar diharapkan menjadi minyak atau lemak nonpangan sebagai bahan baku utama pembuatan biodiesel. Hambatan utama yang dihadapi dalam pengembangan biodiesel dari minyak jarak pagar adalah ketersediaan bahan baku yang masih sangat rendah, mengingat perkebunannya baru dikembangkan. Oleh karena itu, diperlukan percepatan usaha budi daya jarak pagar yang produktif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industry biodiesel nasional.
Jarak Pagar dan Lingkungan Hidup
Jarak Pagar dan Pemanasan Global
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Penelitian menunjukkan bahwa suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Pemanasan sebesar itu telah menimbulkan perubahan pada iklim bumi yang ditandai dengan meningkatnya jumlah presipitasi (baik berupa hujan maupun salju), perubahan pola angin serta aspek-aspek cuaca ekstrim seperti kemarau, presipitasi berat, gelombang panas dan intensitas topan tropis.
Penyebab terjadinya peningkatan suhu rata-rata pada permukaan bumi disebabkan karena siklus alami maupun karena aktivitas manusia yang berkontribusi pada peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca. Siklus alami meliputi variasi matahari dan efek umpan balik.
Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Pada dasarnya efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca, suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global. Berikut adalah Gas-gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global:
Tabel 5. Gas Rumah Kaca
Gas Rumah kaca Sumber
Karbon dioksida (CO2) Pembakaran bahan bakar fosil, transportasi, deforestasi, pertanian
Metan (CH4) Pertanian, perubahan tata guna lahan, pembakaran biomassa, tempat pembuangan akhir sampah, industry
Nitrous oksida (N2O) Pembakaran bahan bakar fosil, industri, pertanian
Hidrofluorokarbon (HFCs) Industri manufaktur, industri pendingin (freon), penggunaan aerosol
Perfluorokarbon (PFCs) Industri manufaktur, industri pendingan (freon), penggunaan aerosol
Sulfur heksafluorida (SF6) Transmisi listrik, manufaktur, industri pendingin (freon), penggunaan aerosol
Sumber : KLH (2004)
Hasil kajian ekologi modern dan lingkungan hidup (environmental studies) yang dilakukan para ilmuwan sudah memperingatkan bahwa pembakaran bahan bakar fosil sangat mungkin merubah susunan dan kandungan gas-gas yang berada di lapisan atas atmosfer bumi. Kondisi ini kemungkinan akan meningkatkan suhu rata-rata permukaan bumi. Peringatan tersebut sudah mulai terbukti pada tahun 1957, ketika ditemukan adanya peningkatan karbondioksida (CO2) di puncak gunung api Mauna Loa di Kepulauan Hawaii. Pada tahun 1995, suatu panel para pakar erkemuka dunia yang diorganisir oleh Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP) dan organisasi Meteorologi Inggris dan Universitas east Anglia melaporkan bahwa suhu permukaan bumi telah mencapai 14,84 0C, atau 0,660C lebih panas dari rata-rata suhu permukaan bumi selama ini. Kondisi di atas semakin membuka peluang penggunaan bahan bakar terbarukan.
Emisi biodiesel jauh lebih rendah daripada emisi diesel minyak bumi. Biodiesel mempunyai karakteristik emisi sebagai berikut:
1. Emisi karbon dioksida netto (CO2) berkurang 100 %
2. Emisi sulfur dioksida berkurang 100%
3. Emisi debu berkurang 40 sampai 60 %
4. Emisi karbon monoksida (CO) berkurang 10 sampai 50 %
5. Emisi hidrokarbon berkurang 10 sampai 50 %
6. Hidrokarbon aromatic polisiklik (PAH) berkurang, terutama PAH yang beracun, seperti : phenanthren berkurang 97%, benzofloroanthen berkurang 56 %, benzapyren berkurang 71 %, serta aldehida dan senyawa aromatic berkurang 13%
Kajian menunjukkan bahwa biodiesel dapat didegradasi secara biologis empat kali lebih cepat daripada bahan bakar diesel minyak bumi, yaitu mencapai 98% dalam tiga minggu. Akibat biodegradasi secara biologis, emisi dan bau yang tidak sedap dapat dikurangi. Dengan demikian, pemanfaatan biodiesel secara langsung akan berdampak pada upaya mengurangi laju pemanasan global.
Jarak Pagar dan Erosi Tanah
Erosi dapat juga disebut pengikisan atau kelongsoran merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air atau angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan/perbuatan manusia. Oleh karena itu, terjadinya erosi dapat dibedakan menjadi normal/geological Erosion dan Accelerated Erosion. Efektifitas tanaman dalam mencegah erosi tergantung pada tinggi dan kontinuitas kanopi, kerapatan penutupan lahan, dan kerapatan perakaran. Kelompok variabel yang dipengaruhi oleh system pengelolaan adalah tajuk tanaman, mulsa sisa-sisa tanaman, sisa-sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah, pengaruh residual pengelolaan tanah, dan interaksi antara variabel-variabel tersebut (Kartasapoetra, 2005).
Dari aspek kajian konservasi tanah, tanaman jarak pagar dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang rusak. Hal ini didukung oleh tanaman jarak yang mempunyai sistem perakaran yang mampu menahan air dan tanah sehingga tahan terhadap kekeringan serta berfungsi sebagai tanaman penahan erosi (Hambali, 2006).
Jarak Pagar dan Pertanian Organik
Kajian menunjukkan bahwa biodiesel dapat didegradasi secara biologis empat kali lebih cepat daripada bahan bakar diesel minyak bumi, yaitu mencapai 98% dalam tiga minggu. Akibat biodegradasi secara biologis, emisi dan bau yang tidak sedap dapat dikurangi.
Hasil samping biodiesel jarak berupa bungkil dapat sangat bermanfaat bagi lingkungan. Bungkil jarak mengandung protein hingga 60% yang apabila dilakukan proses detoksifikasi akan sangat berpotensi sebagai sumber pakan ternak. Kompos dan briket adalah pemanfaatan alain dari bungkil. Pemanfaatan sebagai kompos didasarkan pada kandungan unsur NPK pada ampas biji jarak tersebut. Berikut adalah kandungan pupuk organik pada bungkil jarak
Tabel 6. Kandungan Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) Ampas Biji Jarak dan Pupuk Kandang
Pupuk Organik Nitrogen(%) P2O5(%) K2O5(%)
Ampas Biji Jarak Pagar 4,44 2,09 1,68
Ampas Biji Jarak Kepyar 5,50 1,80 1,00
Sumber : Infotek Jarak Pagar, Volume 1, Nomor 3, Maret 2006 dalam Priyanto (2007).
Penggunaan pupuk organik akan mengurangi residu pestisida pada buah atau biji yang dihasilkan tanaman. Ampas biji jarak merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang dapat mensubtitusi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dan pestisida. Oleh karena itu, penggunaan ampas jarak sebagai pupuk secara tidak langsung akan mensosialisaikan pupuk organik kepada masyarakat, khususnya dalam lingkup petani.
METODOLOGI
Karya tulis ini menggunakan metode simulasi. Pada simulasi diperlukan data dan informsai dari berbagai sumber atau literatur. Data yang diperlukan antara lain adalah produksi biji jarak per pohon, komposisi biji, rendemen minyak biji jarak. Sedangkan untuk simulasi kontribusi jarak dalam penurunan laju erosi dilakukan dengan menggunakan data faktor tanaman ubi kayu, curah hujan, dan faktor erosi lainnya.
Produksi biodiesel dari tanaman jarak dan kontribusi tanaman jarak dalam penurunan laju erosi diprediksi dengan melakukan sebuah simulasi pada komputer dengan program Matlab 7.1. Hasil simulasi kemudian diplot dengan menggunakan Microsoft Excel untuk menggambarkan grafik Pendugaan Produksi Biji Jarak.
Program Pendugaan Produksi Biji Jarak menggunakan beberapa asumsi. Asumsi pertama adalah simulasi dilakukan pada lahan seluas 100x100 m atau 1 ha, dengan jarak tanam 1x1 meter. Asumsi kedua adalah program ini tidak memasukkan faktor gangguan hama dan penyakit tanaman dalam produksi tanaman jarak. Simulasi menampilkan komposisi dari kulit biji, kernel, bungkil, dan biodiesel (lampiran 1).
Program Pendugaan kontribusi faktor konservasi lahan dengan vegetasi terhadap laju erosi juga menggunakan batasan program yaitu faktor keseragaman tanah pada lahan. Diasumsikan bahwa terdapat dua lahan yang memiliki karakteristik yang sama namun dengan tindakan konservasi yang berbeda. Program simulasi (lampiran 3).
HASIL ANALISIS
Hasil
Berdasarkan informasi dan data yang telah diolah, maka diperoleh hasil analisis sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Simulasi Estimasi Produksi Biji Jarak
Tahun Biji Jarak (kg) Kernel (kg) Kulit Biji (kg) Bungkil (kg) Biodiesel(kg)
1 20000 12000 8000 8400 3600
2 20000 12000 8000 8400 3600
3 20000 12000 8000 8400 3600
4 20000 12000 8000 8400 3600
5 20000 12000 8000 8400 3600
6 40000 24000 16000 16800 7200
7 40000 24000 16000 16800 7200
8 40000 24000 16000 16800 7200
9 40000 24000 16000 16800 7200
10 40000 24000 16000 16800 7200
11 40000 24000 16000 16800 7200
12 40000 24000 16000 16800 7200
13 40000 24000 16000 16800 7200
14 40000 24000 16000 16800 7200
15 40000 24000 16000 16800 7200
16 40000 24000 16000 16800 7200
17 40000 24000 16000 16800 7200
18 40000 24000 16000 16800 7200
19 40000 24000 16000 16800 7200
20 40000 24000 16000 16800 7200
21 20000 12000 8000 8400 3600
22 20000 12000 8000 8400 3600
23 20000 12000 8000 8400 3600
24 20000 12000 8000 8400 3600
25 20000 12000 8000 8400 3600
Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2011.
Peranan tanaman jarak terhadap penurunan laju erosi dapat dilihat pada lampiran 4.
Apabila, data di atas direpresentasikan ke dalam bentuk grafik, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut
Gambar 4. Grafik Pendugaan Produksi Biodiesel Biji Jarak/ha
Pembahasan
Tanaman biji jarak diasumsikan akan berproduksi dari tahun pertama setelah penanaman hingga tahun ke-25. Pada tahun ke-1 hingga ke-5 produksi biji jarak hanya 2 kg/pohon/tahun. Memasuki tahun ke-6 sampai tahun ke-20, produksi biji jarak rata-rata meningkat menjadi 4 kg/pohon/tahun. Setelah tahun ke-20 produksi kembali menurun dengan hanya 2 kg/pohon/tahun. Asumsi ini didasarkan pada siklus produksi tumbuhan, dimana pada awal pertumbuhan, tanaman akan menghasilkan biji dalam jumlah yang masih sedikit. Setelah dewasa, tanaman akan berproduksi maksimal dan setelah itu, akan terjadi fase penurunan produksi hingga tanaman mati. Tanaman Jarak akan berproduksi maksimal pada tahun ke-5.
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada tahun pertama hingga tahun ke-5, biji jarak 20.000 kg dapat menghasilkan biodiesel 3600 kg. Biji jarak 40.000 kg dapat menghasilkan biodiesel 7200 kg. Untuk memnuhi kebutuhan biodiesel nasional (tabel 2) sekitar 1,2 jutakiloliter atau setara dengan 1,008378 jutakg, maka diperlukan 5,608 juta kg buah jarak. Bila produksi sebuah pohon jarak adalah 2 kg/pohon, maka untuk memperoleh biji jarak 5,608 jutakg jarak, maka dibutuhkan tanaman jarak 2,808 juta pohon dengan luas lahan 2,808 juta ha (jarak tanam adalah 1 x 1 meter). Menurut Hambali, dkk (2005), Lahan kritis yang potensial sebagai lahan tanaman jarak di Indonesia adalah Wilayah Indonesia Timur terutama Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, dan Papua.
Tabel dan grafik menunjukkan bahwa, produksi biodiesel dari tanaman jarak akan menghasilkan hasil samping yang dapat dimanfaatkan yaitu kulit dan bungkil. 20.000 kg biji jarak dapat menghasilkan 8400 kg bungkil atau setara dengan 42% dari biji jarak dan kulit biji 40%. Kalkulasi total ampas jarak yaitu kulit biji dan bungkil adalah 82% atau 16.400 kg merupakan jumlah yang sangat besar. Ampas jarak ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena mengandung unsur Nitrogen, Fosfor, dan Kalium (tabel 6).
Lampiran 4 menunjukkan bahwa tanaman jarak yang masih satu family dengan tanaman ubi kayu memiliki kontribusi dalam mengurangi laju erosi lahan. Hal ini terkait dengan fungsi tanaman jarak sebagai canopy (tanaman penutup lahan) sehingga akan mengurangi laju run off yang akan mengakibatkan terkikisnya lapisan atas tanah atau erosi. Hal ini sesuai dengan Kartasapoetra, (2005) bahwa efektifitas tanaman dalam mencegah erosi tergantung pada tinggi dan kontinuitas kanopi, kerapatan penutupan lahan, dan kerapatan perakaran. Kelompok variabel yang dipengaruhi oleh system pengelolaan adalah tajuk tanaman, mulsa sisa-sisa tanaman, sisa-sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah, pengaruh residual pengelolaan tanah, dan interaksi antara variabel-variabel tersebut. Adanya budidaya tanaman Jarak secara implisit dalam kapasitas besar akan mampu menyerap gas karbondioksida secara maksimal. Upaya ini akan mengurangi efek pemanasan global.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap kajian dan penelusuran literatur maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Untuk memenuhi kebutuhan biodiesel nasional 1,24 jutakiloliter diperlukan biji jarak 5,608 jutakg jarak dengan jumlah tanaman jarak 2,808 juta pohon dengan luas lahan 2,808 juta ha (jarak tanam adalah 1 x 1 meter).
2. Hasil samping produksi biodiesel berupa kulit biji jarak dan bungkil dapat dimanfaatkan sebagai kompos dan pakan ternak karena mengandung protein 60% .
3. Pembudidayaan jarak pagar dapat mengurangi laju erosi pada suatu lahan dan dapat mengurangi laju pemanasan global.
Saran
Tanaman Jarak Pagar merupakan salah satu komoditi pertanian yang memberikan peluang besar dalam upaya menangani krisis energi bahan bakar dan juga upaya penyelamatan lingkungan. Kajian dan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen minyak perlu dilakukan untuk menghasilkan biodiesel dalam kualitas dan kuantitas yang baik dalam upaya untuk mengimbangi kebutuhan energi yang terus meningkat yang diikuti dengan peningkatan volume kendaraan setiap tahun. Promosi budidaya jarak pagar perlu digalakkan dalam upaya menyelamatkan lingkungan dari polusi udara, pemanasan global dan juga erosi lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a, 2009. Adaptasi Pertanian dalam Pemanasan Global.
http://aa-pemanasanglobal.blogspot.com/2009/05/adaptasi-pertanian-dalam- pemanasan.html.
Anonim b, 2009. Dampak Global Warming. http://acehpedia.org/Dampak_Global_Warming. A
Anonim. 2010. Pemanasan Global. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global.
Aprimadini, Eva. 2008. Perubahan Iklim Global dan kaitannya dengan Pengendalian Pencemaran Air.
http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/perubahan-iklim-global-dan-kaitannya.htm.
Hambali, Erliza dkk. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Jakarta. Penebar Swadaya.
Kartasapoetra, A.G, dkk. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta.
Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi. Jakarta.
Susilo, Bambang. 2006. Biodiesel Pemanfaatan Biji Jarak Sebagai Alternatif Bahan Bakar. Surabaya. Trubus Agrisarana.
Syah, Andi Nur Alam. 2006. Biodiesel Jarak Pagar. Agromedia Pustaka.
Lampiran 1: Program Simulasi Produksi Biodiesel
% Program Menghitung Produksi Biodiesel dan Hasil Samping Limbah Jarak
A=10000; % Luas lahan dalam (m2)
Panjang=1;
Lebar=1;
disp ('PREDIKSI PRODUKSI BIODIESEL DAN HASIL SAMPING LIMBAH JARAK')
disp ('Waktu Biji_Jarak Kernel Kulit_Biji Bungkil Biodiesel')
disp ('(tahun) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)')
disp (' ')
JarakTanam=Panjang*Lebar;
Pohon=A/JarakTanam;
for i=1:5;
t=i;
Biji_Jarak=Pohon*2;
Kernel=0.6*Biji_Jarak;
Kulit_Biji=Biji_Jarak-Kernel;
BD=0.3*Kernel;
Bungkil=0.7*Kernel;
fprintf('%i %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f\n',t,Biji_Jarak,Kernel,Kulit_Biji,Bungkil,BD)
end
for i=6:20;
t=i;
Biji_Jarak=Pohon*4;
Kernel=0.6*Biji_Jarak;
Kulit_Biji=Biji_Jarak-Kernel;
BD=0.3*Kernel;
Bungkil=0.7*Kernel;
fprintf('%i %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f\n',t,Biji_Jarak,Kernel,Kulit_Biji,Bungkil,BD)
end
for i=21:50;
t=i;
Biji_Jarak=Pohon*2;
Kernel=0.6*Biji_Jarak;
Kulit_Biji=Biji_Jarak-Kernel;
BD=0.3*Kernel;
Bungkil=0.7*Kernel;
fprintf('%i %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f\n',t,Biji_Jarak,Kernel,Kulit_Biji,Bungkil,BD)
if i>=25
disp('Tanaman Jarak sudah tidak produktif lagi')
break
end
end
t(i)=t;
Biji_Jarak(i)=Biji_Jarak;
Kulit_Biji(i)=Kulit_Biji;
Kernel(i)=Kernel;
BD(i)=BD;
Bungkil(i)=Bungkil;
i_max=i;
for k=1:i;
end
fprintf('%i %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f %5.2f\n',t(k),Biji_Jarak(k),Kernel(k),Kulit_Biji(k),Bungkil(k),BD(k))
plot (t, Kulit_Biji)
xlabel('Waktu (tahun)')
ylabel('Bungkil (kg/tahun)')
Lampiran 2 : Hasil Simulasi Produksi Biodiesel
PREDIKSI PRODUKSI BIODIESEL DAN HASIL SAMPING LIMBAH JARAK
Waktu Biji_Jarak Kernel Kulit_Biji Bungkil Biodiesel
(tahun) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
1 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
2 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
3 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
4 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
5 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
6 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
7 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
8 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
9 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
10 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
11 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
12 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
13 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
14 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
15 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
16 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
17 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
18 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
19 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
20 40000.00 24000.00 16000.00 16800.00 7200.00
21 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
22 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
23 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
24 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
25 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
Tanaman Jarak sudah tidak produktif lagi
25 20000.00 12000.00 8000.00 8400.00 3600.00
Lampiran 3: Program Simulasi Laju Erosi
Program Untuk Lahan 1 (Dengan Terrasering)
%PROGRAM PREDIKSI EROSI LAHAN DENGAN PERSAMAAN USLE
% Menghitung Nilai erosivitas hujan,
r=2.5608; % R adalah curah hujan tahunan
R=2.34*(r^1.98);
% Menghiting Nilai erodibilitas tanah,k
M=210; % tekstur tanah lempung berat
P=2; % permeabilitas lambat
S=2; % struktur tanah granuler halus
O=0.5; % persentase kandungan bahan organik pada tanah)
k=(2.713*(10^-4)*(12-O)*(M^1.14)+3.25*(S-2)+2.5*(P-3)/100);
%Menghitung Faktor panjang dan Kemiringan lereng,LS
L=1000; % panjang lereng dalam m
s=1; % kemiringan dalam satuan derajat
z=0.2; % konstansa yang bergantung pada nilai s
LS=((L/22)^z)*(0.006541*(s^2)+0.0456*s+0.065);
%Menginput faktor Tanaman penutup dan manajemen tanaman
C=0.8; % lahan ditanami dengan ubi kayu
%Menginput faktor Konservasi Praktis
P=0.04; % dilakukan sistem terrasering pada lahan dengan konstruksi baik
disp('TABEL HASIL SIMULASI ing EROSI LAHAN')
disp('waktu Erosi Tingkat Erosi')
disp(' ')
E_a=0;
for i=1:10;
t=i; %diasumsikan bahwa erosi akan berlanjut pada 10 tahun
E_a=E_a+(R*k*LS*C*P);
fprintf('%i %18.2f\n', t, E_a)
if E_a < 1.75
disp(' Tingkat Erosi Sangat Ringan')
elseif (E_a>1.75)&(E_a<17.50)
disp(' Tingkat Erosi Ringan')
elseif (E_a>17.50)&(E_a<46.25)
disp(' Tingkat Erosi Sedang')
elseif (E_a>46.25)&(E_a<92.50)
disp(' Tingkat Erosi Berat')
else
disp(' Tingkat Erosi Sangat Berat')
end
end
t(i)=t;
E_a(i)=E_a;
i_max=i;
for k=1:i_max;
end
fprintf('%i %4.2f\n', t(k), E_a(k));
plot(t,E_a)
xlabel('Waktu(tahun)')
ylabel('Erosi (ton/ha/tahun)')
Program Untuk Lahan ke-2
Pada program ini, nilai faktor konservasi praktis (P) diubah dengan nilai 1,00 (nilai P untuk tanah tanpa tindakan pengendalian erosi)
%PROGRAM PREDIKSI EROSI LAHAN DENGAN PERSAMAAN USLE
% Menghitung Nilai erosivitas hujan,
r=2.5608; % R adalah curah hujan tahunan
R=2.34*(r^1.98);
% Menghiting Nilai erodibilitas tanah,k
M=210; % tekstur tanah lempung berat
P=2; % permeabilitas lambat
S=2; % struktur tanah granuler halus
O=0.5; % persentase kandungan bahan organik pada tanah)
k=(2.713*(10^-4)*(12-O)*(M^1.14)+3.25*(S-2)+2.5*(P-3)/100);
%Menghitung Faktor panjang dan Kemiringan lereng,LS
L=1000; % panjang lereng dalam m
s=1; % kemiringan dalam satuan derajat
z=0.2; % konstansa yang bergantung pada nilai s
LS=((L/22)^z)*(0.006541*(s^2)+0.0456*s+0.065);
%Menginput faktor Tanaman penutup dan manajemen tanaman
C=0.8; % lahan ditanami dengan ubi kayu
%Menginput faktor Konservasi Praktis
P=1.00; %tidak dilakukan tindakan pengendalian erosi
%Menghitung Tanah tererosi
disp('TABEL HASIL SIMULASI EROSI LAHAN')
disp('waktu Erosi Tingkat Erosi')
disp(' ')
E_a=0;
for i=1:10;
t=i; %diasumsikan bahwa erosi akan berlanjut pada 10 tahun
E_a=E_a+(R*k*LS*C*P);
fprintf('%i %18.2f\n', t, E_a)
if E_a < 1.75
disp(' Tingkat Erosi Sangat Ringan')
elseif (E_a>1.75)&(E_a<17.50)
disp(' Tingkat Erosi Ringan')
elseif (E_a>17.50)&(E_a<46.25)
disp(' Tingkat Erosi Sedang')
elseif (E_a>46.25)&(E_a<92.50)
disp(' Tingkat Erosi Berat')
else
disp(' Tingkat Erosi Sangat Berat')
end
end
t(i)=t;
E_a(i)=E_a;
i_max=i;
for k=1:i_max;
end
fprintf('%i %4.2f\n', t(k), E_a(k));
plot(t,E_a)
xlabel('Waktu(tahun)')
ylabel('Erosi (ton/ha/tahun)')
Lampiran 4: Hasil Simulasi Laju Erosi
a. Lahan dengan Tindakan Konservasi (Terrasering)
TABEL HASIL SIMULASI EROSI LAHAN
waktu Erosi Tingkat Erosi
1 0.16
Tingkat Erosi Sangat Ringan
2 0.33
Tingkat Erosi Sangat Ringan
3 0.49
Tingkat Erosi Sangat Ringan
4 0.66
Tingkat Erosi Sangat Ringan
5 0.82
Tingkat Erosi Sangat Ringan
6 0.99
Tingkat Erosi Sangat Ringan
7 1.15
Tingkat Erosi Sangat Ringan
8 1.32
Tingkat Erosi Sangat Ringan
9 1.48
Tingkat Erosi Sangat Ringan
10 1.65
Tingkat Erosi Sangat Ringan
z
b. Lahan Tanpa Tindakan Konservasi
TABEL HASIL SIMULASI EROSI LAHAN
waktu Erosi Tingkat Erosi
1 4.12
Tingkat Erosi Ringan
2 8.24
Tingkat Erosi Ringan
3 12.35
Tingkat Erosi Ringan
4 16.47
Tingkat Erosi Ringan
5 20.59
Tingkat Erosi Sedang
6 24.71
Tingkat Erosi Sedang
7 28.83
Tingkat Erosi Sedang
8 32.94
Tingkat Erosi Sedang
9 37.06
Tingkat Erosi Sedang
10 41.18
Tingkat Erosi Sedang
Langganan:
Postingan (Atom)