I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi makhluk hidup. Dalam pertanian, tanah digunakan sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air.
Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain. Di samping percampuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horizon-horizon. Oleh karena itu, dalam definisi ilmiahnya, tanah (soil) adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media tumbuhnya tanaman.
Tanah dapat berubah-ubah dari suatu tempat ke tempat yang lainnya secara vertikal maupun secara horisontal. Perubahan ini bukan karena pengaruh insitu atau internal tetapi juga karena proses alami lainnya (eksternal). Bekerjanya pengaruh tersebut menimbulkan perbedaan kenampakan pada setiap tanah baik secara fisik, kimia, maupun biologi.
Profil tanah adalah urutan-urutan horizon tanah, yaitu lapisan-lapisan tanah yang dianggap sejajar dengan permukaan bumi. Lapisan-lapisan tersebut mempunyai sifat yang berbeda-beda. Untuk keperluan-keperluan tertentu (misalnya genesa tanah, analisa tanah, biologi maupun fisika tanah dan keperluan lainnya) sangat diperlukan gambaran yang lebih jelas tentang tanah, umumnya hal ini dapat diatasi dengan pembutan suatu profil tanah. Untuk mengetahui sifat-sifat pada setiap lapisan tanah, maka dilakukanlah praktikum pengamatan profil tanah.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum profil tanah adalah untuk mengetahui sifat-sifat dari setiap lapisan tanah meliputi kedalaman lapisan, batasan lapisan, topografi batas lapisan, warna, tekstur, struktur, konsistensi dan karatan tanah.
Adapun kegunaan dari praktikum profil tanah adalah praktikan dapat melihat karakteristik dari setiap lapisan atau horizon tanah dengan pengamatan langsung di lapangan. Selain itu, praktikan dapat memberikan rekomendasi terhadap vegetasi yang sesuai dengan jenis tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Apabila kita menggali lubang pada tanah, maka kalau kita perhatikan dengan teliti pada masing-masing sisi lubang tersebut akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di suatu tempat ditemukan lapisan pasir berselang-seling dengan lapisan liat, lempung atau debu, sedang di tempat lain ditemukan tanah yang semuanya terdiri dari liat, tetapi di lapisan bawah berwarna kelabu dengan bercak-bercak merah, di bagian tengah berwarna merah, dan lapisan atasnya berwarna kehitam-hitaman. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk karena dua hal yaitu (Hardjowigeno, 1987) :
1. Pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air. Apabila air genangan tersebut masih mengalir dengan kecepatan tinggi maka hanya butir-butir kasar seperti pasir, kerikil yang dapat diendapkan. Bila air yang menggenang tidak mengalir lagi maka butir-butir yang halus seperti liat atau debu mulai dapat diendapkan. Tanah-tanah dengan endapan yang berlapis-lapis ini umumnya ditemukan di sekitar sungai di daerah-daerah datarn banjir atau teras.
2. Proses pembentukan tanah dimulai dari proses pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses percampuran bahan oranik dengan bahan mineral di permukaan tanah, pemindahan bahan-bahan dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain yang dapat menghasilkan horizon-horizon tanah. Horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk kerena hasil dari proses pembentukan tanah.
Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah disebut profil tanah. Terdapat enam horizon utama yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah yaitu horizon O, A, E, B, C dan R. Sedangkan horizon yang menyusun solum tanah hanya horizon A, E dan B (Hardjowigeno, 1987).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan secara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan kegiatan penelitiannya. Dalam hal ini misalnya untuk keperluan genesa tanah pada Oksisol yang solumnya (tebal) pembuatan profil tanah dapat mencapai kedalaman sekitar 3 – 3,5 meter (Kartasapoetra dan Mulyani, 1987).
Definisi lain dari profil tanah yaitu urutan-urutan horizon tanah, yakni lapisan-lapisan tanah yang dianggap sejajar dengan permukaan buli. Profil tanah dipelajari dengan mengenali tanah dengan lubang vertikal ke lapisan paling bawah. Warna, tekstur, ketebalan horizon dan kedalaman solum, sifat perakaran atau konkresi merupakan sifat-sifat penting tanah yang selanjutnya menjadi parameter pengukuran profil tanah (Tim Asisten dan Dosen, 2010).
Pada umumnya penelaahan lapisan-lapisan pembentuk tanah ditekankan pada ketebalan solum tanah (medium bagi pertumbuhan tanaman) yang diukur ketebalannya itu mulai dari lapisan batu-batuan sampai ke permukaan tanah. Setelah diketahui solum tanah itu kemudian dapat ditentukan tebalnya lapisan atas tanah (top soil) dan lapisan bawahnya (sub soil) yang satu dengan yang lainnya yang akan menunjukkan perbedaan atau kekhususan yang mencolok. Tentang hal ini dapat dikemukakan sebagai berikut (Kartasapoetra dan Mulyani, 1987) :
1. Lapisan tanah atas (top soil) yang ketebalan solumnya sekitar 20 – 30 cm merupakan tanah yang relatif lebih subur jika dibandingkan dengan sub soil, banyak mengandung bahan organik dan biasanya merupakan lapisan olah tanah bagi pertanian yang banyak memungkinkan keberhasilan usaha penanaman di atasnya. Pada tanah litosol ketebalan solum ini biasanya kurang dari 25 cm.
2. Lapisan tanah atas merupakan media utama bagi perkembangan akar tanaman yang kita budidayakan, denan kandungan unsur-unsur haranya yang tinggi serta tingkat kelembaban tanahnya menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengelolaan tanah yang baik (pengolahan dan pemberian bahan organik) akan lebih memperbaiki sifat fisik tanah itu, sedangkan kesuburan dan produktivitasnya akan dapat lebih ditingkatkan dengan beberapa perlakuan, seperti pemberian pupuk, pemulsaan, pengapuran, pengeringan atau pembasahan dan lain sebagainya.
3. Akan tetapi dalam ketahanannya, tanah lapisan atas biasanya lebih rapuh, lebih mudah terangkut dan hanyut dibanding dengan sub soil, terutama pada permukaan tanah yang mempunyai kemiringan (slope), hanya dengan beberapa perlakuan pula (pemulsaaan, penterasan, penanaman rumput-rumputan dan lain-lain) maka keadaan top soil akan dapat lebih dipertahankan.
Terdapat unsur hara yang diperlukan dalam tanah yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Unsur hara terdiri atas unsur hara dasar (unsur hara makro) dan unsur-unsur kelumit (unsur hara mikro). Unsur hara makroyaitu Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Belerang, Fosfor, Kalium, Kalsium dan Magnesium. Sedangkan unsur hara mikro meliputi besi, tembaga, boron, seng, dan mangan (Reintjes dkk, 1992).
Warna pada tanah disebabkan oleh bebrapa faktor, antara lain (Kartasapoetra dkk, 1985):
1. Bahan organik pada tanah organosol menyebabkan tanah berwarna hitam, atau gelap coklat
2. Mangan, ditandai dengan tanah berwarna gelap
3. Ferum pada tanah latosol menyebabkan tanah berwarna merah jingga atau kuning coklat
4. Garam-garam, pasir kwarsa, kaolin, dan garam-garam karbonat akan memperlihatkan warna putih pucat.
Sifat morfoligi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah merupakan sifat-sifat fisik dari tanah tersebut. Beberapa sifat-sifat fisik tersebut adalah Hardjowigeno (1987) :
1. Batas-batas Horizon
Batas suatu horizon dengan horizon lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Dalam pengamatan tanah di lapang ketajaman peralihan horizon-horizon ini dibedakan ke dalam beberapa tingkatan yaitu nyata (lebar peralihan kurang dari 2,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm), berangsur (lebar peralihan 6,5 – 12,5 cm) dan baur (lebar peralihan lebih dari 12,5 cm). Di samping itu bentuk topografi dari batas horizon tersebut dapat rata, berombak, tidak teratur atau terputus.
2. Warna tanah
Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya disebabkan
oleh perbedaaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan organik, warna tanah semakin gelap. Di lapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe yang didapat.
3. Tekstur
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halusnya tanah (< 2 mm). Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur.
4. Struktur tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.
5. Kemantapan dan tingkat perkembangan struktur
Ketahanan struktur tanah dibedakan menjadi tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanah mudah hancur), tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agak sukar hancur), dan tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur tanah sukar hancur). Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan kelembaban tanah. Tanah-tanah permukaan yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat perkembangan yang kuat. Tanah yang kering umumnya mempunyai kemantapan yang lebih tinggi daripada tanah basah. Jika dalam menentukan kemantapan struktur tidak disebutkan kelembabannya, biasanya dianggap tanah dalam keadaan mendekati kering atau sedikit lembab karena dalam keadaan tersebut struktur tanah dalam keadaaan tersebut struktur tanah dalam keadaan yang paling baik.
6. Konsistensi
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Dalam keadaan lembab atau kering konsisteni tanah ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak bila kering. Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (kering).
2.2 Tanah Ultisol
Ultisol dapat berkembang dari berbagai bahan induk, dari yang bersifat masam hingga basa. Namun sebagian besar bahan induk tanah ini adalah batuan sedimen masam. Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah ultisol dan sangat merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal ini karena kesuburan tanah ultisol seringkali hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan atas. Bila lapisan ini tererosi maka tanah menjadi miskin bahan organik dan hara (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Tanah ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan oleh penampang tanah yang dalam. Kenaikan friksi liat eiring dengan kedalaman tanah, reaksi tanah masam dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation. Pada umumnya ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah. Ultisol diklasifikasikan sebagai Pedsolik Merah Kuning (PMK) (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Ultisol merupakan tanah yang telah mengalami proses pelapukan lanjut melalui proses Luxiviasi dan Podsolisasi. Ditandai oleh kejenuhan basa rendah (kurang dari 35% pada kedalaman 1,8 m), Kapasitas Tukar Kation kurang dari 24 me per 100 gram liat, bahan organik rendah sampai sedang, nutrisi rendah dan pH rendah (kurang dari 5,5). Tingkat pelapukan dan pembentukan Ultisol berjalan lebih cepat, daerah-daerah yang beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan tinggi menyebabkan Ultisol mempunyai kejenuhan basa-basa rendah. Selain itu Ultisol juga mempunyai kemasaman tanah, Kapasitas Tukar Kation rendah (kurang dari 24 me per 100 gram tanah), kandungan nitrogen rendah, kandungan fosfat dan kalium tanah rendah serta sangat peka terhadap erosi (Askari, 2010).
III. KEADAAN UMUM LOKASI
3.1 Letak Astronomi dan Geografis
Lokasi pengamatan profil tanah secara astronomis yaitu 5015’28,1” LU dan 119055,07’06” LS atau dengan sistem UTM berada pada x = 0823567 dan y = 9418082. Lokasi pengamatan berada di Desa Takappala, Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa. Secara geografis, letak lokasi pengamatan dibatasi oleh vegetasi tanaman holtikultura, baik pada arah utara, timur, selatan maupun barat.
3.2 Topografi
Secara umum, topografi lokasi pengamatan profil tanah berupa lereng dengan tingkat kelerengan lebih kurang 35 persen.
3.3 Vegetasi
Lokasi pengambilan sampel merupakan ladang pertanian tanaman holtikultura. Terdapat beberapa vegetasi tanaman holtikultura (berupa sayur dan buah). Vegetasi yang paling dominan adalah tanaman wortel. Sedangkan vegetasi lainnya adalah tomat dan sawi.
IV. METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pengamatan profil tanah dilaksanakan pada Sabtu, 25 September 2010 pada pukul 14.00 sampai dengan 17.00 WITA di Desa Takappala Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa.
4.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah GPS (Global Positioning System), cangkul, cutter, ring sampel, karung, daftar isian profil, dan alat tulis menulis.
Adapun bahan yang digunakan adalah air, tanah, karet gelang, kertas label, kantong plastik.
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Cara pengambilan sampel tanah utuh adalah :
1. Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian meletakkan ring sampel tegak lurus (bagian runcing menghadap ke bawah) pada lapisan tanah tersebut.
2. Menekan ring sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalam tanah.
3. Meletakkan ring sampel lain tepat di atas ring sampel pertama, kemudian menekan lagi sampai bagian bawah dari ring sampel kedua masuk ke dalam tanah (10 cm).
4. Menggali ring sampel beserta tanah di dalamnya dengan sekop atau linggis.
5. Memisahkan ring sampel kedua dari ring sampel pertama dengan hati-hati, kemudian memotong kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah ring sampel sampai permukaan rata dengan permukaan ring sampel.
6. Menutup ring sampel dengan plastik, lalu menyimpan dalam kotak khusus yang sudah disediakan.
4.3.2 Cara pengambilan sampel tanah terganggu
1. Mengambil tanah dengan sendok tanah atau pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil, dimulai dengan lapisan paling bawah.
2. Memasukkan dalam kantong plastik yang telah diberi label.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada profil tanah maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Pengamatan Profil Tanah
Parameter Pengamatan Lapisan
I II III
Kedalaman lapisan (cm) 28 30 88
Batasan lapisan Baur Baur Baur
Topografi batas lapisan Berombak Berombak Berombak
Warna (Munsell) Hitam Kuning Kuning
Tekstur Liat berpasir Lempung berliat Liat
Struktur Kasar Sedang Halus
Konsistensi Basah Lembab Kering
Karatan Mn Fe Fe
Sumber : Data Primer Dasar-Dasar Ilmu Tanah, 2010.
5.2 Pembahasan
Lapisan-lapisan tanah yang terlihat memiliki kedalaman lapisan yang berbeda-beda. Lapisan I memiliki kedalaman lapisan sekitar 28 cm, sedangkan lapisan II memiliki kedalaman 30 cm. Adapun lapisan ketiga memiliki kedalaman lapisan sekitar 88 cm. Hal ini didukung oleh Kartasapoetra dan Mulyani (1987) yang menyatakan bahwa lapisan tanah atas (top soil) memiliki ketebalan solum sekitar 20 sampai 35 cm.
Pada lapisan-lapisan tersebut terdapat batasan lapisan yang menunjukkan perbedaan antarlapisan. Dalam pengamatan di lapangan, diperoleh bahwa batasan antar lapisan kurang tegasas atau baur dengan topografi batasan lapisan yang berombak. Adanya batasan dan topografi lapisan lapisan ini sesuai dengan Kartasapoetra dan Mulyani (1987) yang menyatakan bahwa lapisan-lapisan yang terbentuk pada profil tanah dapat dikatakan tidak selamanya tegas dan nyata tetapi kerap kali batas-batasnya agak kabur .
Perbedaan warna antarlapisan juga sangat jelas. Secara umum, lapisan atas lebih gelap dibandingkan dengan lapisan yang ada di bawahnya. Sesuai dengan pengamatan di lapangan lapisan I berwana hitam, lapisan II berwarna kuning gelap dan lapisan III berwarna kuning terang. Adanya perbedaan warna ini dijelaskan Hardjowigeno (1987) bahwa warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah semakin gelap.
Berdasarkan uji feeling di lapangan, tekstur lapisan tanah I, lapisan tanah II, lapisan tanah III berturut-turut adalah Liat berpasir, lempung berliat dan liat. Lapisan tanah I terasa halus, berat, tetapi terasa sedikit kasar dan juga melekat. Lapisan tanah II terasa agak licin dan melekat sedangkan lapisan tanah III terasa halu dan sangat lekat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1987) yang menyatakan bahwa di lapang, tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijit tanah basah diantara jari-jari, sambil dirasakan halus dan kasarnya yaitu dirasakan adanya butir-butir pasir, debu dan liat.
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Dalam praktek di lapangan, diperoleh struktur tanah tiap lapisan agak berbeda. Pada lapisan I struktur tanah kasar sedangkan lapisan II dan III masing-masing berstruktur sedang dan halus. Menurut Hardjowigeno (1987), gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.
Konsistensi tanah pada setiap lapisan juga menunjukkkan perbedaan. Pada lapisan I konsistensi tanah basah sedangkan pada lapisan II konsistensi tanah lembab. Adapun lapisan III konsistensi tanah kering. Menurut Hardjowigeno (1987) tanah basah adalah tanah dengan kandungan air di atas kapasitas lapang, tanah lembab adalah tanah dengan kandungan air mendekati kapasitas lapang sedangkan tanah kering adalah tanah dalam keadaan kering angin. Dengan demikian, konsistensi tanah dalam hal ini disebabkan oleh kandungan air pada setiap lapisan tanah.
Karatan menggambarkan kandungan mineral pada tanah. Pada lapisan I, II dan III terdapat perbedaan karatan. Pada lapisan I tanah berwarna hitam, pada lapisan II dan III terdapat butir-butir berwana kekuningan. Warna tanah hitam menunjukkan tanah mengandung unsur Mangan (Mn), sedangkan warna kuning pada tanah menunjukkan kandungan unsur mayoritas adalah unsur Al. Hal ini sesuai dengan Prasetyo dan Suriadikarta (2006) yang menyatakan bahwa pada umumnya tanah Ultisol mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation. Pada umumnya ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah. Ultisol diklasifikasikan sebagai Pedsolik Merah Kuning (PMK)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap profil tanah dalam praktek lapang, maka dapat ditarik beberapa konklusi yaitu:
1. Terdapat beberapa lapisan tanah pada profil tanah. Dalam pengamatan terlihat 3 lapisan tanah.
2. Kedalaman setiap lapisan tanah berbeda-beda
3. Topografi batas lapisan keseluruhan berombak
4.Warna tanah semakin ke bawah semakin gelap karena perbedaaan kandungan bahan organik.
5. Tekstur tanah pada setiap lapisan berbeda. Lapisan I liat berpasir, lapisan II lempung berliat, sedangkan lapisan III liat.
6. Struktur tanah dari lapisan I, lapisan II, dan lapisan II secara berturut-turut adalah kasar, sedang dan halus.
7. Lapisan I memiliki tingkat kandungan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan II dan III sehingga konsistensi pada lapisan I adalah basah, konsistensi lapisan II lembab dan konsistensi lapisan II kering.
8. Karatan pada setiap lapisan tanah menggambarkan kandungan bahan mineral. Lapisan I banyak mengandung Mn, sedangkan lapisan II dan III dominan mengandung unsur Fe.
6.1 Saran
Dalam pengamatan profil tanah yang dilaksanakan pada praktek lapang, suasana sangat tidak kondusif, dimana jumlah pengamat atau surveyor sangat banyak setiap kelompok, sehingga pengamatan yang maksimal pun akhirnya hanya bisa dilakukan secara kolektif. Akibatnya, surveyor kurang memahami parameter pengamatan dalam profil tanah padahal lokasi praktek lapang sangat luas. Oleh karena itu, praktikan menyarankan agar pada praktikum atau praktek lapang berikutnya, jumlah peserta dalam setiap kelompok dibatasi sehingga praktikan akan lebih fokus pada praktikum.
Parameter pengamatan juga sangat kabur dengan tidak tersedianya peralatan yang mendukung pengamatan. Meteran misalnya, tidak tersedia dan harus digantikan dengan mistar yang tingkat ketelitiannya sangat rendah. Akibatnya, hasil pengukuran kedalaman lapisan sangat tidak akurat. Begitupun, tingkat kelerengan hanya merupakan angka kira-kira. Warna tanah pada Daftar Isian Profil (DIP) yang mensyaratkan Munsell Soil Color Chart sangat tidak memungkinkan karena tidak adanya buku warna baku tanah tersebut. Oleh karena itu, praktikan juga mengharapakan agar asisten dapat mengarahkan praktikan dengan informasi yang menunjang pelaksanaan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Askari, Wahyu. 2010. Tanah Ultisol. http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/tanah-ultisol/. Diakses pada Senin, 27 Sepetember 2010 pukul 20.00 WITA.
Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta. Akademika Pressindo.
Kartasapoetra dan Mulyani Sutedjo. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta. Rineka Cipta.
Kartasapoetra, dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta. Rineka Cipta.
Prasetyo dan Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia.
http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3252061.pdf. Diakses pada Senin, 27 September 2010 pukul 20.10 WITA.
Reijntjes, Coen dkk. 1992. Pertanian Masa Depan. Yogyakarta. Kanisius.
Tim Asisten dan Dosen. 2008. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
PROFIL TANAH
OLEH
VIVIN SURYATI
NIM : G621 08 252
PRODI : KETEKNIKAN PERTANIAN
JURUSAN : TEKNOLOGI PERTANIAN
KELOMPOK : XXI
ASISTEN : AHMAD JUNAIDI SULTAN
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar