Kamis, 22 April 2010

LAPORAN MAGANG PERBENGKELAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada saat sekarang ini teknik las telah dipergunakan secara luas yang dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Luasnya penggunaan teknologi las disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan mempergunakan teknik pengelasan ini menjadi lebih murah. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi sangat luas meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran, kendaraan rel dan sebagainya. Salah satu tempat yang menggunakan teknologi las dalam pembuatan sebuah konstruksi bangunan adalah bengkel CV. Haji Sulong Tappa, yang beralamat di Jl. Perintis Kemerdekaan, Batu Tambung No. 001 km 17 Makassar. Di tempat tersebut, pemilik bengkel menerima pesanan pembuatan pagar besi, atap, menara dan sebagainya.
Proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang coran, membuat lapisan keras pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan macam-macam reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama dari konstruksi tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las dengan kegunaan konstruksi serta keadaan sekitarnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilaksanakanlah kegiatan magang di sebuah bengkel las, untuk mengetahui penggunaan dari teknologi las tersebut.

1.2 Tujuan dan Kegunaan
Kegiatan ini bertujuan untuk mempelajari beberapa penggunaan dari teknologi las di salah satu bengkel las yang ada di Makassar
Kegunaan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai referensi / wawasan dalam bidang perbengkelan, khususnya pengelasan
2. Menganalisis teknologi pengelasan pada bengkel las CV Haji Sulong Tappa.

1.3 Rumusan Masalah
Proses pengelasan tidak hanya dilakukan untuk menyambungkan logam saja, tetapi juga dapat untuk memotong logam. Dalam sebuah konstruksi suatu bangunan dilakukan dengan pengelasan. Oleh karena itu harus diketahui teknik pengelasan yang baik, bahan dan jenis las yang digunakan. Bengkel Las CV Haji Sulong Tappa merupakan salah satu bengkel las yang ada di Makassar. Maka perlu dilakukanlah suatu praktek lapang untuk menganalisis kegiatan dan inventarisasi eraatan bengkel pada bengkel las CV Haji Sulong Tappa


II. TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan dan tujuan itu sendiri erupakan realisasi dari kebutuhan sehingga secara tidak langsung manajemen adalah alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manajemen bengekel adalah alat untuk mengatur efektivitas dan efisiensi bengkel. Pengelolaan manajemen bengkel baik diharapkan dapat mengatur dan menggerakkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan bengkel tersebut (Daryanto, 2007).
Menurut Daryanto (2007), manajemen bengkel yang baik harus didukung oleh administrasi yang tertib. Administrasi ini harus mencatat semua sumber daya yang menjadi aset bengkel. Untuk itu, diperlukan kartu-kartu administrasi sebagai berikut:
• Kartu pemakaian bengkel
• Kartu laporan kerusakan
• Bon pinjam/ pengembalian alat
• Daftar alokasi tugas
• Daftar kondisi peralatan menurut keadaan
• Buku inventaris alat/ mesin
• Buku penerimaan barang
• Buku pengeluaran/ pemakaian bahan
• Kartu perbaikan peralatan
• Catatan pengembangan staff

Perbengkelan pertanian sangat membutuhkan pengelompokan alat kerja, hal ini dilakukukan untuk mendukung semua proses kegiatan secara optimum. Pengelompokan alat didasarkan pada fungsi dari alat tersebt sehingga para pekerja bengkel tidak menggunakan alat diluar fungsi (Tim Asisten, 2010).
Menurut Herren dan Elmer (2002), alat bengkel diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yaitu:
1. Layout tools (L) merupakan alat-alat yang digunakan untuk mengukur atau menandai kayu, logam, atau bahan lainnya.
2. Cutting tools (C) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memotong, memisahkan atau memindahkan material/bahan
3. Boring tools (Br) merupakan alat-alat yang digunakan untuk melubangi atau mengubah ukuran dan bentuk lubang
4. Driving tools (Dr) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memindahkan alat dan material lain
5. Holding tools (H) merupakan alat-alata yang digunakan untuk menejepit kayu, logam, plastik dan bahan lain.
6. Turning tools (Tr) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memutar sekrup, palang, baut atau mur.
7. Digging tools (D) merupakan peralatan yang digunakan untuk mengeraskan, mengendurkan dan membuat rata.
8. Other tools (O) merupakan kelompok peralatan dalam bengkel yang tidak termasuk ke dalam penggolongan di atas


Peralatan dasar yang dibutuhkan untuk sebuah bengkel antara lain adalah obeng, palu, tang, kunci pas dan kunci-kunci khusus, catok, bor. Selain itu, peralatan lain yang tidak kalah pentingnya dalam menyelesaikan pekerjaan di bengkel adalah meja kerja, papan alat, dan kotak peralatan (Rozali, 2007).
Menurut Tas (2008), untuk bengkel yang lebih lengkap, misalnya yang digunakan untuk perbaikan alat yang lebih rumit atau untuk produksi, tersedia mesin perkakas misalnya:
1. Mesin penekuk / melipat lembaran logam.
2. Mesin pembuat alur pada permukaan logam
3. Mesin pembuat roda gigi.
4. Peralatan cor logam
5. Peralatan tempa.
6. Kompresor udara.
7. Mesin pres lembaran logam.
Peralatan dan perlengkapan perbengkelan yang dianjurkan adalah hanya yang dibutuhkan untuk perawatan dan perbaikan sehari-hari, bukan untuk pekerjaan besar (overhaul) alsin pertanian. Pekerjaan ringan seperti perbaikan konstruksi alsin pertanian dapat pula ditangan sendiri oleh bengkel. Suatu bangku kerja yang diletakan di dekat dinding dan diikat erat dengan baut sangat dibutuhkan. Almari untuk menyimpan paku, baut, mur, suku cadang juga sangat diperlukan. Alat-alat perbengkelan ini diperlukan untuk mempermudah seluruh kegiatan perawatan dan perbaikan alat dan mesin pertanian yang ada di bengkel (Aristyo, 2008).





















III. METODOLOGI PEMAGANGAN

3.1 Waktu dan Tempat
Proses pemagangan dilakukan di pada Sabtu, 17 April 2010 dari pukul 14.00 WITA sampai dengan pukul 17.00 WITA di Bengkel Las CV Haji Sulong Tappa, Jalan Perintis Kemerdekaan, Batu Tambung No 001 Km 17 Makassar.

3. 2 Metode Pemagangan
Metode pemagangan yang dilakukan adalah metode wawancara. Peserta magang secara langsung akan mewawancara Direktur Utama Bengkel Las CV Haji Sulong Tappa dengan beberapa item topik, seperti sejarah pendirian bengkel, kondisi peralatan dalam bengkel, hingga jenis-jenis pekerjaan yang ditangani dalam bengkel (proyek kerja), administrasi bengkel, hingga jumlah pekerja bengkel tersebut. Selain itu, juga dilakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pekerja bengkel dalam bengkel las CV Haji Sulong Tappa.







IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1 Inventarisasi Peralatan Bengkel Las CV Haji Sulong Tappa
No Nama
Alat Jumlah Fungsi dan Kegunaan Spesifikasi Keadaan
1 Bor statis 1 Fungsi: untuk membuat lubang
Kegunaan: Melubangi suatu material Baik
2 Mesin las listrik Trafo 8,
Dinamo 2 Fungsi : untuk memotong dan menyambung.
Kegunaan: Memotong dan menyambung material dengan lebih efisien. BXI-250-2 Baik
3 Circular saw 4 Fungsi: Memotong bahan yang terbuat dari logam.
Kegunaan: Memotong besi Baik
4 Obeng 1 set Fungsi: Memutar sekrup
Kegunaan: membantu melepaskan mur dan baut Baik
5 Gurinda 4 Fungsi : memperhalus permukaan material bahan
Kegunaan: membantu dalam menghaluskan bahan
Baik
6 Tang 2 Fungsi : Sebagai penjepit
Kegunaan:Memegang bahan yang akan dilas sehingga bahan tidak goyang atau tetap Baik
7 Martil/palu 6 Fungsi : sebagai pemukul
Kegunaan : membantu dalam pembentukan hasil las Baik
8 Meteran 4 Fungsi : mengukur bahan yang akan dipotong
Kegunaan : menentukan jarak atau ukuran potongan Baik
9 Kunci shock 1 set Fungsi : untuk memutar sekrup
Kegunaan: untuk melepaskan dan memasang mur dan baut Baik
10 Catok C 2 Fungsi : Penjepit
Kegunaan: agar bahan tidak bergerak saat dipotong Baik
11 Catok Horizontal 3 Fungsi: Penjepit
Kegunaan:Agar bahan tidak bergerak pada saat dipotong Baik
12 Face Mask/ Kap Las 8 Fungsi : Sebagai pelindung mata
Kegunaan : mengurangi resiko kecelakaan kerja Baik
13 Bor magnetik 1 Fungsi : Untuk membuat lubang
Kegunaan: Dapat melubangi bahan Baik
14 Blender 1 Fungsi : Memotong logam dengan ketebalan yang tinggi
Kegunaan: memotong dengan cepat Baik
15 Bor tangan 4 Fungsi : Membuat lubang dengan tingkat ketelitian tinggi
Kegunaan :dapat melubangi bahan/material lgam/non logam Baik
16 Tungku Pembakaran 1 Fungsi : sebagai sumber panas
Kegunaan : membantu dalam proses pengelasan Baik
17 Sarung Tangan 8 Fungsi : Pelindung Tangan
Kegunaan : Sebagai salah satu faktor penunjang keselamatan kerja Baik
18 Kunci Kombinasi 1 set Fungsi : memutar sekrup
Kegunaan: memasang atau melepaskan sekrup Baik
Sumber : Bengkel Las CV Haji Sulong.2010

4.2 Pembahasan
Bengkel las CV Haji Sulong pada dasarnya sudah memenuhi standar sebagai bengkel las. Hal ini didukung oleh kualitas peralatan las dan perbengkelan secara umum; dalam bengkel yang rata-rata sudah menggunakan tenaga mesin. Peralatan bengkel las tersebut diantaranya adalah bor magnetik, bor statis, circular saw, blender, dan lain-lain.Dari segi kuantitas, perlatan juga tersedia dalam jumlah yang memadai. Misalnya saja, circular saw, gurinda, dan meteran tersedia dalam empat unit. Akan tetapi, dalam bengkel tersebut belum memiliki inventarisasi peralatan bengkel padahal inventarisasi peralatan merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui dan memanajemen peralatan dalam bengkel. Hal ini didukung oleh pendapat Daryanto (2007) yang menyatakan bahwa dalam manajemen bengkel yang baik harus didukung oleh administrasi yang tertib. Salah satunya adalah buku inventarisasi alat dan mesin. Kegiatan administrasi yang dilakukan dalam bengkel las CV Haji Sulong hanya berupa inventarisasi jenis pekerjaan/proyek yang harus dikerjakan oleh para karyawan bengkel las.
Dalam bengkel juga tidak terdapat penggolongan atau klasifikasi peralatan, misalnya peralatan potong (Cutting tools), peralatan ukur (Layout tools), penjepit (Holding tools), peralatn untuk pembuatan lubang (Boring tools) dan lain-lain. Klasifikasi ini akan memudahkan dalam penggunaan peralatan sesuai dengan fungsinya. Hal ini di dukung oleh pendapat Herren dan Elmer (2002) yang menyatakan bahwa Layout tools (L) yang merupakan alat-alat yang digunakan untuk mengukur atau menandai kayu, logam atau bahan lainnya. Cutting tools (C) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memotong, memisahkan atau memindahkan material/bahan. Boring tools (Br) merupakan alat-alat yang digunakan untuk melubangi atau mengubah ukuran dan material lain. Driving Tools (Dr) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memindahkan alat di material lain. Holding tools (H) merupakan alat-alat yang digunakan untuk menjepit kayu, logam, plastik dan bahan-bahan lain. Turning tools (Tr) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memutar sekrup palang, baut atau mur. Diging tools (D) merupakan peralatanyang di gunakan untuk mengeraskan, mengendurkan dan membuat rata. Dan Other tools (O) merupakan kelompok peralatan dalam bengkel yang tidak termasuk ke dalam penggolongan.
Secara umum, peralatan dalam bengkel berada dalam kondisi baik. Artinya bahwa dalam bengkel, peralatan bengkel masih layak digunakan. Dengan kata lain masih bekerja sesuai dengan fungsinya. Namun, secara fisik, peralatan tersebut tidak teratur. Hal ini dapat dilihat pada kebanyakan alat yang berhamburan. Selain itu, mesin-mesin dalam bengkel berada dalam kondisi yang kotor. Sisa-sisa logam pengelasan dan pemotongan memenuhi bengkel. Di sini nampak bahwa kurangnya perhatian para pekerja bengkel pada aspek kebersihan bengkel. Alat kebersihan dalam bengkel sangat tidak memadai Tidak terlihat peralatan kebersihan yang memadai dalam bengkel CV Haji Sulong. Oleh karena itu dari aspek kebersihan, bengkel las CV Haji Sulong belum memnuhi standar. Hal ini didukung oleh pendapat Daryanto (2007) yang menyatakan bahwa daftar kondisi peralatan bengkel merupakan salah satu administrasi tertib yang akan mendukung manajemen bengkel. Namun kondisi seperti ini memang sulit dihindarkan dari kegiatan perbengkelan dalam bengkel las tersebut yang tentunya banyak melakukan kegiatan pemotongan dan pengelasan sebagai kegiatan utama.



















V. PENUTUP

5.1 Hasil
Berdasarkan pemagangan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. CV Haji Sulong Tappa merupakan salah satu bengkel yang bergerak dalam bidang pengelasan di Makassar.
2. Dalam bengkel pengelasan, tidak hanya terdapat peralatan las saja tetapi juga terdapat peralatan bengkel lain seperti gurinda, bor, kunci, circular saw, dll yang akan membantu pekerjaan dalam bengkel tersebut.
3. Dalam bengkel las CV Haji Sulong Tappa, safety factor juga sangat diperhatikan, karena terdapat sejumlah peralatan keselamatan kerja seperti face mask dan sarung tangan
4. Kondisi peralatan dalam bengkel las CV Haji Sulong Tappa sudah sangat memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Akan tetapi belum terdapat sistem administrasi dan inventarisasi peralatan bengkel yang memadai pada bengkel tersebut.
5. Dalam bengkel pengelasan dikerjakan beberapa konstruksi seperti konstruksi atap bangunan, pagar, tralis dan juga kursi dan meja yang berbahan logam.
6. Berdasarkan kriteria sebuah bengkel las, Bengkel las CV Haji Sulong Tappa sudah ideal.


5.2 Kesimpulan
Dalam proses pemagangan, kami mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman tentang perbengkelan, khususnya tentang bengkel pengelasan. Dalam bengkel pengelasan tersebut, kami menjumpai beberapa peralatan yang belum pernah kami lihat sebelumnya seperti, bor magnetik dan blender. Pun, dalam dunia perbengkelan dan teori kampus terdapat perbedaaan istilah nama-nama alat perbengkelan. Misalnya saja penyebutan alat circular saw (kampus), sementara di bengkel las yang kami datangi menyebutnya cutter. Face mask (kampus) disebut dengan kap las oleh para pekerja bengkel. Oleh karena itu, kami menyarankan agar kegiatan pemagangan seperti ini perlu diintensifkan untuk menjembatani dunia kampus dan industri.












Laporan Magang
Perbengkelan Pertanian

ANALISIS KONDISI PERBENGKELAN
BENGKEL LAS CV HAJI SULONG TAPPA
MAKASSAR




OLEH:
KELOMPOK V

 Vivin Suryati
 Andi Tenri Were Sidra
 Nur Fajar Humair
 Resky Febrianti Rauf
 Muh. Irvan Mahmud Asia  Annisa Risdianika Putri
 St. Nurhardiyanti
 Moh.Inun Hiola
 Muh. Hasan


PERBENGKELAN PERTANIAN
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010

DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2007. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bengkel. Jakarta. Rineka Cipta.

Herren, V Ray dan Elmer L Cooper. 2002. Agricultural Mechanics Fundamentals & Aplications 4th Edition. USA.

Tas. 2008. Pengantan Kuliah Perbengkelan. Http://syairpuisiku.wordpress.com/2008/10/30/pengantar-kuliah perbengkelan-pertanian/. Diakses pada Minggu, 14 Maret 2010.


















LAMPIRAN

Gambar 1 Gurinda

Gambar 2 Mesin Las

Gambar 3 Kondisi Umum Bengkel

Gambar 4 Kondisi Bengkel Las

Gambar 5 Bor Statis

Gambar 6 Hasil Pengelasan

Gambar 7 Kondisi Peralatan Bengkel

Gambar 8 Tungku Pembangkaran

Gambar 9 Lokasi Pengelasan dalam Bengkel

Gambar 10 Besi

Gambar 11 Aneka Cat Besi

Gambar 12 Rak Penyimpanan Peralatan Bengkel

DESIGN HEAT EXCHANGER PEMBUATAN VCO

TUGAS KELOMPOK
THERMODINAMIKA

RANCANG BANGUN ALAT PEMINDAH PANAS HEAT EXCHANGER
SEBAGAI SALAH SATU TEKNOLOGI ALTERNATIF
DALAM PEMBUATAN MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONUT OIL)

OLEH
KELOMPOK X
VIVIN SURYATI G621 08 252
RISMAWATI G621 08 259
NURFITRIANTI G621 08 268
AISYAH ALIMUDDIN L G621 08 013
FEBRIYANTO G621 08 251

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Heat exchanger merupakan suatu alat yang dapat memindahkan panas atau energi, baik dengan metode konveksi, radiasi maupun konduksi. Heat Exchanger memanfaatkan perbedaan suhu untuk memindahkan panas.
Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) merupakan salah satu hasil olahan dari buah kelapa (Cocus nucifera). VCO dimanfaatkan sebagai bahan suplemen dan bahan baku farmasi serta kosmetik. Selain itu, VCO telah dikenal sejak lama oleh masyarakat sebagai sebagai minyak goreng. Indonesia sebagai negara tropis, memiliki prospek tinggi dalam produksi buah kelapa Hal ini akan mendukung agroindustri pengolahan kelapa menjadi minyak kelapa murni (VCO).
Proses pembuatan VCO pada masyarakat masih dilakukan secara tradisional/sederhana (cara basah), tidak memerlukan keahlian khusus dan alat-alat tertentu. Pemanasan dengan teknik manual merupakan salah satu proses utama dalam pembuatan VCO. Santan akan dipanaskan sampai suhu 950 C hingga diperoleh minyak kelapa murni (Sutarmi dan Hartin Rozaline, 2005).
Rancang bangun alat pemindah panas (Heat Exchanger) merupakan salah satu alternatif yang dapat mengefisienkan proses pengolahan kelapa menjadi minyak kelapa murni. Dalam hal ini, rancang bangun akan memanfaatkan perbedaaan suhu antara fluida pembawa panas (uap) dan fluida bahan (santan). Santan akan akan mendapatkan transfer panas maksimal sehingga diperoleh minyak kelapa murni.
Berdasarkan landasan tersebut di atas maka dibangunlah suatu design Heat Exchanger dengan estimasi dan kalkulasi yang berdasar.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari perancangan alat Heat Exchanger Pembuat VCO adalah sebagai berikut:
Mampu memaksimalkan proses pemanasan santan dengan heat exchanger untuk menghasilkan minyak kelapa murni (VCO)
Membuat design Exchanger yang sesuai dengan proses pengolahan kelapa menjadi VCO
I.3 Kegunaan
Rancang bangun alat pemindah panas (Heat Exchanger) Pembuat VCO dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :
Sebagai salah satu aplikasi teknologi pengolahan pembuatan VCO
Dapat menjadi referensi bagi para industri pengolahan minyak kelapa murni
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari Perancangan Alat Pemindah Panas adalah:
Apakah yang dimaksud degan Virgin Coconut Oil?
Bagaimanakah proses pengolahan kelapa menjadi VCO dengan metode pemanasan?
Bagaimanakah design alat pemindah kalor (Heat Exchanger) yang ideal dalam pembuatan minyak kelapa murni (VCO)?
Bagaimana perhitungan matematis dalam proses pindah panas yang terjadi dalam alat Heat Exchanger?



II. TINJAUAN PUSTAKA
Minyak Kelapa Murni / Virgin Coconut Oil
Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni merupakan salah satu produk diversifikasi kelapa yang akhir-akhir ini sedang menjadi primadona karena beberapa khasiatnya, disamping harganya yang tinggi cukup menggiurkan untuk diusahakan. VCO lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan suplemen don bahan baku farmasi serta kosmetik daripada sebagai minyak goreng. Saat ini nilai jualnya dapat meningkat lebih 500% dibanding minyak kelapa biasa yang harganya Rp. 7000/liter (Anonim I, 2006).
Berbagai macam penyakit dapat dicegah dengan mengkonsumsi VCO karena adanya kandungan asam lemak rantai sedang seperti asam laurat dalam VCO tersebut. Beberapa khasiat dari VCO adalah membunuh berbagai virus, bakteri, jamur dan ragi penyebab berbagai penyakit, mencegah hipertensi, diabetes, sakit jantung, kanker, lever dan mencegah pembesaran kelenjar prostat
(Anonom I, 2006).
Teknik pembuatan VCO dilakukan dengan cara pemanasan bertahap dan terkontrol, yaitu (Anonim I, 2006) :
1. Persiapan bahan baku
Bahan utama pembuatan VCO adalah buah kelapa segar yang sudah tua atau matang dengan ciri-ciri sabut berwarna coklat dan buah belum ada yang berkecambah. Umur buah kelapa berkisar 11-12 bulan. Buah kelapa yang demikian akan menghasilkan rendemen minyak yang banyak.

2. Pembuatan santan
Santan dibuat dengan cara kelapa dikupas don diparut dengan mesin pemarut kemudian diperas dengan air bersih dengan perbandingan air dan kelapa adalah 2: 1. Pemisahan suntan don ampas kelapa dilakukan dengan cara disaring menggunnkan kain atau saringan.
3. Pemisahan krim
Santan ditempatkan dalam wadah plastik atau ember plastik transparan. Penggunaan wadah /ember plastik transparan bertujuan agar bahan santan dalam wadah akan tampak dari luar. Dengan demikian pemisahan santan dengan krim akan mudah diamati. Santan didiamkan selama 3 jam. Setelah 3 jam suntan akan terpisah men jadi tiga lapisan yaitu krim (kaya minyak), lapisan tengah berupa skim (kaya protein) dan lapisan bawah berupa endapan. Bagian yang dimanfaatkan untuk pembuatan VCO adalah krim. Krim dipisahkan dengan menggunakan selang plastik kecil, satu ujung selang diletakkan pada lapisan krim dan ujung lain pada wadah penampung.
4. Pemanasan krim santan
Krim merupakan bagian santan yang kaya minyak. Agar kandungan minyak dapat diambil dari krim maka diperlukan proses pemanasan pada suhu 80 - 100 ° C. Pemanasan dapat dilakukan di atas api menggunakan wajan yang baru (tidak bekas pengolahan produk lain). Hal ini dilakukan untuk menghindari perubahan dan warna dari minyak yang dihasilkan. Pengadukan dilakukan secara terus menerus. Lama pemanasan santan sampai diperoleh minyak yang belum matang adalah 3 jam ditandai terbentuknya blondo. Blondo yang terbentuk masih berwarna putih dan masih mengandung minyak 10 - 15 %. Untuk mengeluarkan minyak dari blondo dilakukan pengepresan blondo. Bahan minyak didinginkan dan disaring sebanyak tiga kali dengan menggunakan kertas saring.
5. Pemanasan minyak
Untuk mendapatkan minyak murni, minyak yang belum matang dipanaskan kembali. Pemanasan dilakukan pada suhu 80 - 100° C sampai minyak berwarna bening. Bila masih ada blondo, blondonya berwarna coklat muda.
2.2 Heat Exchanger
Heat Exchanger merupakan sebuah alat yang dibangun untuk mengefisienkan pindah panas dari suatu medium ke medium lainnya, mediumnya boleh saja dipisahkan oleh dinding yang bersifat padat sehingga tidak bercampur ataupun terjadi kontak langsung (Anonim II, 2010)
Terdapat beberapa tipe Heat Exchanger, diantaranya adalah sebagai berikut (Anonim II, 2010):




III. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses rancang bangun Heat Exchanger Pembuat Virgin Coconut Oil yaitu:
Bahan yang digunakan adalah kelapa dan air dengan perbandingan 1:2
Alat yang digunakan adalah
Pipa Aluminium
Pompa
Ketel uap
4. Thermostat
3.2 Asumsi
Dalam perancangan model , terdapat asumsi yang menjadi batasan.
Perpindahan kalor terjadi pada kondisi mantap
Koefisien pindah panas santan di sepanjang pipa dianggap konstan
Tidak ada pindah panas secara aksial melaui konduksi pada pipa
Panas bertukar diantara dua fluida yang mengalir melalui heat exchanger. Dianggap bahwa tidak ada heat loss yang terjadi sepanjang heat exchanger. Selain itu, tidak ada kalor yang menyebar ke luar.






LAMPIRAN : Perhitungan Matematis Design Heat Exchanger
1. Perhitungan Rancangan Design
Diketahui : Diameter dalam pipa (D) = 0,025 m
Laju massa santan (m) = 0,5 kg/s
Suhu santan awal (T1) = 95 0 C
Suhu santan akhir (T2) = 30 0 C
Suhu awal fluida pembawa panas (uap) = 120 0 C
Suhu akhir fluida pembawa panas (air ) = 97 0 C
Panas spesifik (Cp) =
Panjang pipa (l) = 100 m
Ditanyakan : Koefisien pindah panas dari pipa (Aluminium) ke santan (U) ?
Penyelesaian
q= m Cp (T1–T2)
q = 0,5 x Cp x (95-30)
q = 325 Cp = U A Δ Tlm
A = π D l
A = 3,14 x 0,025 x 100
A = 7,85 m2
Untuk mengetahui koefisien pindah panas pipa, maka Δ Tlm harus diketahui
Δ T1 = TH exit - TC exit
= 97 - 95
= 2
Δ T2 = TH inlet - TC enlit
= 120 – 30
= 90
Δ Tlm = (Δ T2-Δ T1)/(ln (Δ T2)/(Δ T1))
Δ Tlm = (90-2)/(ln 90/2)
Δ Tlm = 88/ ln 45
Δ Tlm = 88/3,8067
Δ Tlm = 23,117 0 C
Q = U A (Δ Tlm )
325 Cp = U x 7,85 x 23,117
325 Cp = U x 181,468
U =(325 Cp)/181,468
U = J. m-2 °C-1









LAMPIRAN : RANCANGAN DESIGN HEAT EXCHANGER PEMBUATAN VCO

KETERANGAN

CREATED BY VIVIN SURYATI




LAMPIRAN : VIRGIN COCONUT OIL












DAFTAR PUSTAKA
Sutarmi dan Hartin Rozaline. 2005. Taklukkan Penyakit dengan VCO. Jakarta. Penebar Surabaya
Anonim II. 2010. Heat Exchanger. Http : //id. Wikipedia.org/. Diakses pada Kamis, 1 April 2010
Anonim I.2006. Teknik Pembuatan VCO.
Supratomo dan Mursalim. 2010. Thermodinamika dan Perpindahan Panas.
Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin